44. Keputusan terbaik

1.1K 154 43
                                    

Maafin Bunda ya sayang, selamat tinggal." ucapnya berbisik lalu mengecup pelan kening putranya untuk terakhir kali sebelum kepergiannya ke negara sang Ratu Elizabeth.

•Introvert 2•

Kali ini biarkan dia pergi dengan rasa egois, jika keadaannya sudah pulih. Dia akan segera kembali untuk semuanya, meski nanti akan sulit lagi seperti semula.

Perpisahan hanya di hadiri oleh Arkan, Riri, dan Noura. Hanya Noura yang mengetahui alasan mengapa Alle harus pergi. Arkan bahkan Riri hanya berusaha memahami mengapa Alle tak dapat menceritakan masalah nya, karena mereka paham. Tak semua masalah dapat diceritakan dengan gamblang, mereka benar-benar menghargai privasi Alle.

Langit cerah kota London tampak mengagumkan hari ini, terakhir ke tempat ini ia masih menampakkan senyumnya. Namun tidak dengan kali ini, ia hanya dapat tersenyum masam berusaha kuat menghadapi masalahnya kali ini. Atha datang menjemputnya, senyum tulus pun kini tampak ragu tercetak di wajahnya.

"Aku gapapa, kakak jangan khawatir. Kak Noura juga baik kabarnya." Alle mengulas senyumnya meski kali ini cukup berat.

Ketika mereka sampai di rumah milik keluarga Kea, Alle berjalan masuk bersama dengan Atha. Kakinya melangkah ke sebuah kamar, dimana bundanya tampak menolak lagi suapan makanan dari Kea.

"Bunda.. " panggil Alle sehingga membuat Dera menoleh ke arah sumber suara.

"Sayang..-" Alle menangis memeluk tubuh Dera yang kini ia dapat merasakan betapa kurusnya sang ibu saat ini.

"Ayah jahat dek sama bunda.." ucapnya menangis sesenggukan dipelukan sang anak.

"Bunda jangan khawatir, aku akan yakinin ayah buat kembali sama kita. Aku gak akan biarin mereka merebut semua yang aku punya." tekad Alle bahwa niatnya kali ini tak akan pupus.

"Sekarang bunda istirahat, jangan kayak gini. Aku khawatir, kak Noura lebih khawatir.. Aku minta bunda tetap sehat seenggaknya jangan buat aku atau ka Noura tapi buat bunda sendiri, ya?" Alle mengusap pipi tirus bundanya.

Dera mengangguk menurut, setelah itu Alle keluar dari kamar itu dan membawa kopernya.

Cassey menghampirinya, "Kemarin gue dapet informasi kalau apartemen ayah ada di deket kampus kita." Cassey mengeluarkan ponselnya dan mengarahkannya ke arah Alle.

Alle melirik santai lalu mengangguk, jari-jarinya kini terulur untuk menyisir rambutnya ke belakang, rasanya lelah dengan keadaan saat ini.

"Gue gak nyangka sampai sekarang.. Bisa gitu ya? Orang yang terlihat mencintai berpotensi ngelakuin hal kayak gitu." ujar Cassey sambil memeluk lututnya di atas sofa.

Alle tertawa sinis, "Itu kenapa gue kemarin nolak ajakan nikah Genta." kepalanya menoleh sebentar lalu memainkan kuku jarinya.

"Lo di lamar sama Genta?" pekik Cassey tak menyangka bahwa secepat itu Genta ingin meminang sepupu nya.

Alle mengangguk, "Sekarang hubungan gue dan dia udah berakhir kok, gak ada yang harus gue pikirkan lagi. Fokus gue sekarang cuma satu, menghancurkan hubungan yang lagi mereka bangun." ujarnya dengan nada datar.

"Chetta gimana?" tanya Cassey yang merasa iba dengan bocahbitu, yang mungkin akan sangat sedih ditinggal oleh ibu nya.

"Ada Genta dan kak Noura yang bisa gue percaya buat jaga Chetta, lambat laun Chetta juga lupa dengan rasa sedihnya. Hidup harus terus berjalan kan?" lengkungan senyum tipis terukir di wajah Alle, namun Cassey merasakan perbedaan dari senyum itu.

Introvert 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang