Berpura-pura bahagia akan menjadi kebiasaan Dewi yang baru.Tetap memperlihatkan senyum meski hatinya sedang tersayat, terus menutup mulut meskipun hatinya ingin menjerit kesakitan. Semua ia jalani dengan kepalsuan.
Dewi dan ibunya berada tepat didepan pintu rumah ayah tirinya. Sambil menunggu pintu dibuka ibunya menekan bel rumah berkali-kali.
Pintu rumahpun terbuka menampakkan sosok lelaki tua yang seumuran dengan Almarhum ayahnya jika beliau masih hidup. Wajahnya yang tegas dengan rahang yang kokoh memberi kesan manakutkan bagi Dewi.
"Assalamualikum om "sapa Dewi dengan senyumnya yang khas sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Masuk" ucap lelaki tua itu yang bernotabet ayah tirinya dengan mengabaikan uluran tangan Dewi, dan berjalan masuk meninggalkan Ia dan ibunya tanpa senyum sedikitpun.
Tangan Dewi yang masi terulur diatas udara segera ia tarik dengan keadaan hati yang begitu tercabik.
" sudah jangan dipikirkan, ayahmu memang begitu orangnya. Ayo masuk..." ucap ibunya yang merasa tidak enak hati terhadap putrinya Dewi.
"Apa ? Ayah? Bahkan ayahku tidak pernah mengabaikanku" ucap Dewi dalam hati. Bahkan dirinya tak akan sanggup memanggil om-om itu sebagai ayahnya.
"Kamar kamu ada dilantai atas, kamu bawa barang kamu dulu, ibu mau bicara sama ayah" ucap ibunya dengan begitu lembut.
Tak ada jawaban kata sedikitpun yang diberikan Dewi atas perintah ibunya, dirinya langsung bergegas akan segera menaiki anak tangga.
Saat dirimya hendak menginjakan kakinya pada anak tangga, ia merasa ada tanggan mungil yang memeluk kakinya. Dewi menghentikan langkahnya. Melihat tangan mungil milik siapa yang telah memeluknya.
Dewi kaget, berbagai pertanyaan terlintas dipikirannya saat Dewi melihat gadis kecil berusia sekitar empat tahun bermata coklat yang indah sedang menatapnya.
" Kakak " ucap gadis kecil itu sambil mempererat pelukannya.Dewi melepaskan pelukan sang gadis bermata coklat, dan merubah posisinya dengan berjongkok agar dirinya sama tinggi dengan gadis tersebut.
Dewi memperhatikan baik-baik gadis dihadapannya.Dirinya tak mengelurkan sepatah katapun disaat gadis kecil itu terus memanggilnya dengan sebutan kakak
"Natali. Dia adikmu " ucap sang ibu memberi perjelasan kepada dirinya seperti ibunya tau apa yang sedang iya pikirkan.
Mendengar penjelasan sang ibu, Dewi hanya bisa terkekeh, dirinya tak bisa mengeluarkan isi hatinya, dia hanya bisa mengubur jauh dilubuk hatinya tentang apa yang ingin ia katakan.
Hatinya sakit, amat sangat sakit, apakah ada yang tau jika hatinya sakit."Jadi kamu bisa main sama natali, supaya gak terlalu-"
"Aina bawa natali kesini !!" Perintah Bram ayah tiri Dewi kepada Aina ibu Dewi"Kamu langsung naik istirahat saja" perintah sang ibu dengan senyumnya yang tulus.
"Iya" jawab Dewi singat disertai anggukan.
Dewi segera bergegas membawa barang-barangnya kekamar yang telah disediakan untuknya. Dewi sangat lelah dari perjalanan yang panjang,tulang-tulangnya terasa akan patah setelah duduk berjam-jam.Dewi ingin beristirahat dikamar baru miliknya.Matanya mulai terpejam, dirinya mulai terlelap dan bermain dengan dunia mimpi.
Dewi lelah,sangat-sangat lelah, bukan hanya raganya yang lelah tetapi hatinya juga merasa lelah.Dirinya ingin menyudahi semua ini.
————————————————————
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWI
Teen FictionApa impianmu Dewi ? Pertanyaan yang sering dilontarkan untuknya sebagai gadis malang berparas cantik yang memiliki nama Dewi. Dalam menjalani harinya, Dewi sangat membenci satu nama yaitu " Ani " Gadis cantik, cemburuan, dan egois tinggi. Ani adala...