Love

118 3 0
                                    

Angin sore yang begitu sejuk menjadi teman Dewi saat dirinya hendak pergi meninggalkan rumah Virza. Kakinya terus melangkah, meninggalkan rumah Virza dengan perasaan yang begitu campur aduk.

Dewi berjalan gontai.Hp nya lobat.Dirinya tak dapat menghubungi sopir keluarganya.Terpaksa ia harus berjalan kaki sampe ke halte bus.

Saat Dewi hendak melewati rumah bernuansa putih yang berada disamping rumah Virza ada perasaan begitu rindu yang dirinya rasakan. Rindu sang adik yang selalu memanggilnya dengan sebutan kak Tari, rindu ibunya yang membangunkan tidurnya, rindu Bram yang memperlakukan Dewi bagai anak kandungnya. Namun sayangnya perlakuan Bram hanya sebuah sandiwara yang membuat kesan manis sebelum datangnya rasa pahit.

Dewi berjalan melewati rumah tersebut. Dengan sekuat tenaga ia meluruskan pandangnya kedepan dan seolah tak ingin melihat ke arah rumah yang pernah menjadi surga sekaligus neraka bagi dirinya.

"Kak Tari" suara teriakan gadis kecil dari arah rumah bernuansa putih.

Langkah Dewi seketika berhenti. Dewi merasa jika Natali sedang memanggilnya. Dirinya begitu bahagia.

"Kak Tari Natali Kangen"
"Kakak..." teriak Natali sembari berpegangan pada pagar rumah yang sedang terkunci.
"Kakak" tangan gadis kecil ini terulur berharap Dewi yang berada diseberang sana akan datang dan memeluknya.

Dewi berpura-pura tidak mendengar teriakan Natali. Air matanya jatuh, tangannya terkepal meremas ujung rok miliknya. Dadanya terasa perih, jika saja Bram tidak menelponya malam itu dan mengatakan jika hubungan kekeluargaan mereka putus setelah Dewi menjadi anak dari keluarga Ratna. Mungkin Dewi tidak akan melakukan hal seperti ini.

Dalam lubuk hati Dewi, dirinya ingin sekali menghampiri gadis kecil itu.memeluknya dengan erat sambil berkata jika dirinya rindu. Dewi menghapus air matanya. Menguatkan hatinya dan segera berjalan meninggalkan sang adik tanpa menoleh sedikitpun.

"Kak Tari....hiks hiks.."
"Ayah lihat disana ada kak Tari"
"Sudah jangan menangis.Ayo masuk. Tidak ada kak Tari disana" jelas Ayahnya dengan nada tak suka.

Suara Natali masih terdengar di telinga  Dewi. Hatinya semakin terluka mendengar tangisan Natali yang begitu kencang. Tak sanggup lagi Dewi berlari dengan sekuat tenaga meninggalkan tempat tersebut menuju halte bus.

🌸🌸🌸

Sudah 20 menit Dewi menunggu di halte bus, namun tak ada satupun bus yang lewat. Entah dirinya tak mengerti kesialan apa yang sedang menimpanya.

Tak peru menunggu lebih lama lagi. Mobil mewah yang sering menjemput Dewi kesekolah berhenti tepat berada dihadapannya.Perlahan kaca mobil tersebut diturunkan oleh sang pemilik mobil sehingga menampakkan wajah lelaki tampan dengan setelan kaca mata hitam dikepalanya. Siapa lagi jika bukan Akbar.

"Akbar lo-"
"Masuk. Gue anter pulang"perintah Akbar yang segera di ikuti Dewi.

Perlahan roda mobil Akbar meninggalkan halte bus.

"Bar lo-"

"Gue tadi dari rumah Purnama, niatan mau bawain dia makanan kesukaannya, tadi gue lewat jadi gue beliin. Tapi katanya dia lagi gak dirumah .jadi gue balik"

"Oh"jawab Dewi singkat. Sebenarnya bukan itu yang ingin Dewi tanyakan. Mendengar penjelasan Akbar entah mengapa Dewi iri kepada Purnama. Mengapa semua sangat begitu peduli terhadap Purnama.

Dewi iri sangat-sangat iri. Dirinya merasa takdir tak adil padanya. Ia merasa dunia selalu ingin melihat dirinya menangis.

Tak ada pembicaran diantara mereka. Mood Dewi hancur ketika dirinya mendengar nama sahabatnya.

"Wi gue mau minta pendapat"

"Hm"

"Wi kira-kira gue bisa dapetin cewe yang gue suka gak ya?"

"Gak tau"jawab Dewi sambil mengangkat bahunya.

"Wi menurut lo gue ganteng gak sih ?"

"Pfttt.... lo kok jadi lebay sih?"kata Dewi. Mood Dewi seketika menjadi baik ketika mendengar pertanyaan konyol dari sahabatnya.

"Gue nanya bukan lebay"

"Lo jelek gak usa ngarep terlalu tinggi"
Kata Dewi. Dirinya berbohong karena pada dasarnya Akbar memang lelaki yang tampan, semua wanita akan tergila-gila padanya. Namun kecuali dirinya. Jika Akbar tak mempunyai wajah tampan tak mungkin para siswi disekolah akan membullynya dan menatap tak suka padanya ketika ia bersama Akbar.

"Lo ganteng kok, tadi gue bercanda"

"Hm"

"Lo ngambek Bar?" Sambil memperbaiki posisi menghadap Akbar.

"Lo lagi suka sama cewe Bar?"

"Hm.yakali gue homo"sambil fokus menyetir.

"Hm mulu lo. Emang lo suka sama siapa?"sembari tertawa.

"Lo mau tau?" Jawab Akbar sambil melirik Dewi.

"Siapa?"ekspresi Dewi masi sama penuh dengan tertawa. Dirinya tak menyangka jika Akbar bisa jatuh cinta.

Akbar meminggirkan mobilnya. Membalikkan posisinya menghadap kerah Dewi. Posisi mereka saling berhadapan.

Dewi yang melihat perubahan raut wajah Akbar yang menjadi begitu serius dirinya semakin penasaran.

"Lo mau tau gue suka sama sapa kan?"
"Iya"jawab Dewi dengan tersenyum lebar
"Gue dah lama suka sama dia. Cuman gue baru mau ungkapinnya. Gue tulus. Gue jatuh cinta pandangan pertama Wi" Akba menatap lekat manik mata Dewi.
"Kek drama-drama aja lo bar" Dewi kembali cekikikan mendengar jika lelaki dihadapannya ini jatuh cinta pada pandang pertama.
"Aduh...siapa sih orangnya"
"Kali gue ngomong emang lo bakal percaya?"
"Ya...ampu ribet banget. Gue percaya kok. Siapa?" Dewi menaik turunkan alisnya. Menatap Akbar jahil.
" gue suka sam lo Wi"

Deg.... Dewi diam menjadi patung seketika. Ekspresinya dari cengingisan berubah menjadi pucat. Dewi kebingungan harus berkata apa. Waktu seakan-akan berhenti. Dewi menatap manik mata Abar, berusaha mencari kebohongan disana.

"Gue sayang sama lo, gue cinta Wi"
Tangan Akbar terulur menggenggam jemari Dewi.

Jantung Dewi berdetak kencang. Napasnya serasa akan habis dalam hitungan beberapa detik.

"Wi please. Lo jangan jauhin gue setelah lo tau ini"

"Bar-"Dewi gugup begitu gugup. Dirinya tak mampu berkata-kata lagi.

"Please jangan jauhin gue pas lo tau klo gue ini lagi prank lo"kata Akbar. Diikuti ketawanya yang terbahak-bahak.

Dewi melongo melihat akbar. Apa-apaan ini?.Ingin rasanya Dewi membunuh lelaki yang berada didepannya ini jika saja membunuh bukanlah dosa.

"Gak lucu. Lo kira perasaan gue mainan apa diginiin."sambil membalikkan padannya menjadi membelakangi Akbar.

"Jangan ngambek dong wi gue kan bercanda"

"Jalanin mobilnya.gue mau pulang."
"Wi liat gue dong. Gue minta maaf"ujar Akbar sambil memelas.
"Gak papa. Gak usa minta maaf. Gue lebih suka liat jalanan dibanding muka lo yang ngeselin"

"Gue suka sama Ani. Bukan lo" jelas Akbar. Dirinya tak ingin Dewi menjadi marah padanya.
"Ani? Sepupu Virza?"
"Iya"
"Oh"
"Wi jangan marah dong" kata Akbar sambil menyalakan mobilnya dan segera berlalu menuju rumah Dewi.

"Gue cuman mau bilang. Hati-hati "
"Iya Wi"jawab Akbar lembut.
———————————————-

DEWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang