🖤

125 5 0
                                    

Langit merubah menjadi cerah. Merntari menggantikan posisi sang bulan yang semalam bersinar. Dewi terusik karena nakalnya sinar sang mentari yang masuk ke sela-seka hordennya. Matanya mengerjab beberapa kali.

Dewi mengingat kemarin selepas dari rumah Virza. Dirinya langsung beristirahat. Panggilan sang bibi yang mengetuk pintu untuk mengajaknya makan malampun diabaikan oleh Dewi.

Dewi mencari ponselnya. Melihat jam yang ternyata telah menunjukan pukul 06. 30.

"Astaga gue telat" Dewi panik. Segera melompat dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri.

Tak perlu berlama-lama seperti biasa,kali ini Dewi telah selesai mandi dalam hitungan beberapa detik. Dewi segera bersiap-siap.

Mengenakan seragam, mengoles sedikt pelembab bibir untuk menambah kesan cantik namun terlihat Natural pada dirinya. Tak lupa menyisir rambut yang menjadi mahkota bagi Dewi dengan gerakan terburu-buru.

Dewi segera mangambil tasnya. Berlari keluar menuruni anak tangga.

"bibi"

"bi..."

"bi...Dewi kesekolah dulu bi.."

Dewi berlari menuju ruang makan mencari sang bibi. Dewi mendengar notif dari ponselnya.

Dewi segera mengeluarkan ponsel dari dalam saku seragamnya,melihat siapa yang telah mengirimkan sebuah chat dipagi hari

AKBAR: Wi... sorry gue tadi gak bisa jemput soalnya gue kesekolah bareng bokap.

AKBAR: Lo dimana Wi. Kelas dah mau mulai.

Dewi segera memasukan kembali ponselnya setelah membaca chat dari Akbar.

" Mang Dadang..."

"Mang Da-"

" Ya...ampun Non Dewi pagi-pagi kok dah teriak-teriak." kata Bi Darti yang muncul dari balik tembok sambil membawa segelas susu kepada Dewi.

"Bi Dewi terlambat Bi.Mang Dadang mana bi? mau minta tolong anterin Dewi kesekolah."

"iya ntar bibi panggilin.Ini susunya diminum dulu ya non.Biar perutnya ada isi." ujar sang Bibi dan segera berlalu mencari Mang Dadang.

Dewi segera menghabiskan segelas susu yang telah dibuar dengan Bi.Darti dengan penuh rasa kasih sayang. Dewi segera mengenakan kaos kaki dan sepatunya dengan terburu-buru. Dewi tak ingin berlama-lama karena dirinya sudah sangat terlambat kesekolah.

"Non Dewi itu mang Dadang dah nungguin di depan." ucap Bi.Darti yang berdiri disamping Dewi sembari merapikan rambut Dewi .

"Bi Dewi pergi Assalamualaikum" ucap Dewi sambil mencium punggung tangan sang Bibi. Dewi tak peduli siapa Bi Darti dirumah ini. Tak peduli dengan status Bi Darti yang adalah seorang pelayan di rumah ini.Baginya orang yang lebih tua tetap haruslah dihormati.

Dewi segera berlari menuju garasi rumahnya.Disana sudah terdapat mang Dadang yang telah menunggu disamping mobil.Pintu mobil telah dibuka lebar oleh mang Dadang.Dewi segera naik kedalam mobil.

Perlahan Mobil yang ditumpangi Dewi meninggalkan teras rumah keluarga Andijaya.





Dewi berlari dengan tergesa-gesa.Hari ini adalah jam pelajaran Fisika. Pak Hasan pasti sudah menunggu Dewi dengan berbagai hukuman yang akan diberikan untuk dirinya.

Tok...tok..tok..

"maaf pak saya terlambat"ujar Dewi dengan kepala tertunduk diambang pintu kelas.

Pak Hasan dengan kumis tebalnya yang sedang mengajar kini menghampiri Dewi. Langkah Pak Hasan kini berhenti tepat dihadapnnya Dewi.

"sudah jam berapa Ini?" tanya Pak Hasan dengan wajah tak sukanya.

DEWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang