Tak Terduga

241 7 0
                                    

Weekend telah tiba. Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang untuk menghabiskan hari bersama keluarga tercinta. Tapi ingat tidak dengan Dewi. Baginya hari ini tak ada bedany dengan hari-hari lainya. Sejak ayahnya meninggal dunia dirinya tak pernah lagi merasakan bagaimana weekend bersama keluarga.

Hari ini adalah hari ke 7 Dewi tinggal bersama keluarga barunya. Dewi ingin mengajak Natali bermain di taman kota. Saat menuruni anak tangga Dewi mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Natali.

"Natali? Uda mandi belum? " tanya Dewi pada sang adik yang sedang menyisiri rambut boneka barbie barunya yang dibelikan oleh Bram.

"Sudah kak, ini Natali uda harum, kakak cium coba "jelas Natali yang menarik bajunya untuk diciumkan kepada Dewi.

" Mau jalan-jalan gak ?" tanya Dewi

"Mau mau mau" jawab Natali dengan bahagianya sambil melompat-lompat.

Melihat Natali seperti itu Dewi hanya bisa tertawa pelan.

" Ok tunggu kakak Tari disini ya ...kk mau ambil sesuatu di kamar !" Jelas Dewi memberi perintah kepada Natali untuk menunggunya.

Natali hanya menjawab dengan anggukan yang disertai senyuman.

Dewi segera berlari menaiki anak tangga menuju kamar mengambil tas kecilnya dan segera bergegas kembali menemui Natali yang telah menunggunya.

"Natali pamit gih sama ayah" ucap Dewi yang langsung diikuti oleh Natali

"Ibu. Aku mau ke taman kota sama Natali" ijin Dewi pada sang ibu.

"Iya sudah hati-hati"jawab ibu dengan senyumnya.

Saat Dewi hendak menggandeng tangan Natali untuk berjalan bersamanya. Natali melepaskan genggaman tangan Dewi.Sejenak Dewi menatap ke arah Natali.
"Kenapa Nat?" Tanya Dewi bingung.

"Aku bawa ini boleh gak kak ?" mohon Natali sambil menunjukan boneka Barbie kesayangannya.

"Boleh" jawab Dewi dengan senyumnya. Semakin hari rasa sayang Dewi kepada Natali semakin besar. Dewi tak bisa menyangkal akan hal itu.

Saat mereka berdua berjalan hendak sampai di depan pintu rumah, langkah mereka tertahan karena suara Bram yang menyuruh mereka berhenti.

"Tunggu" ucap Bram dengan volume suara yang begitu kencang.

Dewi kini tak kaget jika mendengar suara Bram yang lagi-lagi kencang seperti itu. Dewi perlahan sudah terbiasa dengan kelakuan Bram ,mulai dari tak ingin melihat dirinya berlama-lama makan di meja makan, suara bentakan, tatapan sinis, bahkan suara teriakan seperti ini. Dewi perlahan sudah hafal kebiasaan ayah tirinya.

"Kenapa ayah, Natali uda mau pergi ini ayah" tanya Natali kesal pada sang ayah.

Apakah ayah tirinya berubah pikiran dengan keputusan mengijinkan Natali pergi bersama dirinya? Pertanyaan yang terlintas dipikiran Dewi

"Ayah sama ibu akan ikut kalian ke taman" jawab Bram dengan nada santainya.

Dewi kaget, teramat kaget. Dewi cepat-cepat membalikan badanya utuk menatap Bram. Apakah dirinya sedang bermimpi? Apakah ayah tirinya tidak sadar dengan apa yang telah dirinya katakan?

"Aina,ayo cepat kita pergi ke taman kota bersama Natali dan Tari" ajak sang ayah pada ibunya

Dewi diam mematung, tak tau apa yang harus ia katakan, dirinya bingung harus bahagia ataukah menangis. Sungguh dirinya tak bermimpi,namun jika ini mimpi biarlah dia terlelap dalam mimpinya lebih lama lagi.

"Ayo..." ajak Bram pada mereka semua sambil berjalan menuju mobil.

"Dewi ayo nak" ajak ibunya

Dewi berjalan menuju mobil ayahnya. Tepat di depan pintu mobil Dewi menghentikan langkahnya. Sampai akhirnya suara ayahnya yang menyuru Dewi masuk ke dalam mobil.
"Ayo masuk Tari. Cepat" ujar Bram.
Dewi terus meyakinkan hatinya jika dirinya tak sedang bermimpi. Ini adalah kali kedua Dewi dapat naik mobil ayahnya. Selama ini dirinya kesekolah hanya naik angkutan umum.
Dewi benar-benar bingung apa yang sedang ayahnya pikir hingga ia berubah menjadi begitu baik dari sebelumnya.

DEWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang