AKBAR

120 5 0
                                    

Langkah kaki gadis malang ini perlahan meninggalkan teras rumah yang dianggap istana barunya. Dewi begitu terpuruk, hatinya hancur berkeping-keping.Tak ada lagi harapan baginya untuk dapat merasakan arti keluarga yang sesungguhnya.

Langkah Dewi semakin lama semakin jauh dari teras rumahnya. Saat Dewi menoleh ke arah rumah bernuansa coklat yang tepat berada disamping rumahnya.Ralat.Rumah Bram. Ada rasa sesak dihatinya. Dirinya teringat akan Virza,seorang lelaki yang telah berhasil membuatnya merasa gelisah dimana dirinya tak dapat lagi melihat Virza dibalkon kamarnya. Dewi tak tau,apakah setelah ini dirinya dapat bertemu dengan Virza atau tidak?

Dewi menghapus air mata yang telah membasai pipinya yang mulus.Dirinya berusaha mengiklaskan atas semua yang telah terjadi, memulai hidup baru bagai terlahir dua kali didunia ini.

Dewi berjalan begitu gontai. "silahkan nyonya muda" kata lelaki tua yang berprofesi sebagai sopir keluarga Ratna seraya membukakan pintu mobil untuknya.

"Terimah kasih pak" dengan senyum yang begitu dipaksakan.

Saat hendak meninggalkan rumah mantan keluarga barunya. Mobil yang ditumpangi Dewi terhenti karena terhalang oleh mobil yang telah berhenti tepat dipagar keluar rumah Bram.

"maaf pak, berikan saja alamatnya, nanti saya bakal mengantar Dewi dengan selamat"ujar pria tersebut saat tengah memohon kepada sopir keluarga Ratna yang bernama mang Dadang yang telah menurunkan kaca mobilnya.

Dewi yang sedari tadi hanya melamun akhirnya tersadar saat mendengar suara pria yang tak asing di pendengarannya.

"Akbar? kok lo bisa disini?"pertanyaan Dewi pada pria yang tengah bernegosiasi dengan sopir keluarga Ratna.

"lo ikut gue aja"

"kenapa harus ikut lo ?"

"gue ada perlu"

Dewi hanya mengangguk mengiyakan permintaan sahabatnya Akbar.

"Pak saya nanti pergi kerumahnya dianter sama sahabat saya pak.Kalo ditanya sama Ibu Ratna.Bilang saja saya yang mau"

"Baik nyonya muda"

Dewi turun dari mobil yang ia tumpangi.

"Ini alamatnya" ujar sang sopir sambil menyerahkan kartu nama Keluarga Andijaya.

Akbar yang telah menerima kartu nama tanpa melihatpun ia segera memasukan kedalam saku celananya.

"ayo ikut gue"kata  Akbar yang telah menggandeng tangan Dewi. Sedangkan Dewi hanya bisa mengikuti kemauan sahabatnya.

"masuk" perintah Akbar yang telah membukaan pintu mobil miliknya untuk gadis manis berparas cantik yang tak lain adalah Dewi
—————
Baru 30 menit roda mobil Akbar berjalan meninggalkan rumah Bram.  Hujan tiba-tiba turun membasahi ibu kota.Dewi masih setia dengan posisi duduknya yang tersandar dikaca mobil dan menatap kearah jalanan yang telah basah terguyur hujan.

"Wi"panggil Akbar

"hm"

"Wi lo kenapa?"

"kenapa apanya?" tanya Dewi masi dengan posisi yang sama

"keluarga lo" kata Akbar seraya fokus meyetir mobil

"gak papa" ucap Dewi yang berusaha menguatkan dirinya agar tidak terlihat lemah di hadapan Akbar.

"wi jelasin ke gue, lo kenapa? apa yang terjadi sama lo dan keluarga lo"tanya Akbar  yang tak mendapat respon Dewi.

"Wi lo bisa cerita sama gue"

"gak ada yang perlu diceritain Bar" ucap Dewi yang perlahan suaranya berubah menyadi serak.

Akbar menepikan mobilnya.Dirinya  tak ingin menyetir lagi. Akbar membalikkan badanya mengahadap ke arah Dewi yang tengah duduk disampinya. Ia mendengar suara isakan Dewi yang begitu pelan.

"Wi" dengan nada suara yang begitu lembut

Dewi membalikkan badanya menghadap ke arah Akbar."gue gak papa Bar...Gue gak papa...Harus berapa kali gue bilang-"ucapan Dewi  yang  terjeda karena Akbar telah memeluknya.

"gue gak papa bar...gak papa" Dewi terisak.Bahunya bergetar.Gadis itu tak kuasa menahan tangisnya.

Akbar mempererat pelukannya.Berusaha memberikan ketenangan pada Dewi melalui pelukannya.ia merasa pundaknya basah karena air mata Dewi yang tak berhenti mengalir.Hatinya begitu tersayat saat mendengar suara tangisan wanita yang sangat dirinya sayangi. Setelah ini Akbar tak akan membiarkan seorangpun melukai Dewi.

Akbar perlahan melepaskan pelukannya.Akbar segera menangkup pipi cabi milik Dewi.Menatap  nanar  gadis yang berada dihadapannya.  Jemari Akbar perlahan menghapus air mata yang perlahan mengalir membasahi pipi Dewi.

"Wi... lo pasti kuat,gue yakin lo pasti bisa ngadepin semuanya"ujar Akbar.

Dewi menatap manik mata Akbar. Begitupun Akbar menatap manik mata berwarna  coklat milik gadis yang berada dihadapannya.Mata yang biasanya sangat meneduhkan dengan senyuman yang selalu terukir diwajahnya sekarang nampak sayu.

"makasih Bar"

"Gue akan selalu ada untuk lo, gue janji gue gak bakalan diem aja kalo ada orang yang nyakitin lo, gue janji gue gak bakal biarin lo nangis kayak gini lagi. ini yang terakhir wi..." Akbar tersenyum seraya mengelus pundak Dewi.

Dewi hanya  mengangguk lemah.

___________________________

DEWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang