Dewi memasuki halaman rumahnya. Hatinya begitu hancur bahkan jika ada kata yang dapat menggambarkan hati Dewi lebih dari hancur dirinya sangat membutuhkan kata tersebut. Dewi memilih ayunan depan rumahnya sebagai tempat untuk merenungkan akan kebodohannya selama ini. Dewi duduk dengan tenang sambil menikmati pemandangan tumbuhan yang tumbuh didepan rumahnya"indah,tapi sayangnya tak bisa digapai, kalaupun tergapai hanya dapat mangukir luka, sama kayak lo Vir gak bisa digapai" kata yang keluar dari mulut Dewi sambil menatap bunga Mawar yang tangkainya penuh dengan duri.
Perlahan air mata Dewi menetes membasahi pipinya,bahunya kembali bergetar, hatinya tergunjang begitu keras saat mengingat ucapan Virza yang terngiang-ngiang diingatannya. Harusnya Dewi sadar dari awal jika Virza tak pernah mengharapkan dirinya. Tangis Dewi semakin menjadi, ia tak menyangka rasanya akan sesakit ini bahkan lebih sakit dari pada sebelumnya. Dewi memegangi dadanya yang terasa sesak. Dewi butuh sandaran, ia butuh seseorang yang dapat mendengarkan isi hatinya. Tapi siapa? hampir dirinya lupa jika ia hidup sendiri punya keluarga tapi rasanya seperti tak punya keluarga.Sungguh Dewi merasa dirinya begitu malang mulai dari keluarga bahkan orang yang ia cintai tak ada yang menginginkannya.
Dewi mengusap kasar air matanya, dirinya lelah harus menangis.Ia beranjak dari ayunan dan segera masuk kedalam rumahnya.Lebih tepatnya rumah Ibu angkatnya. Dewi berjalan menuju kamarnya.Namun saat melintasi kamar sang Bunda dirinya mendadak ingat dengan kotak misterius yang ia letakkan dikamar sang bunda.
Dewi membuka pintu kamar bundanya, saat pintu telah terbuka Dewi melihat Bi Darti yang sedang membereskan kamar sang bunda."Bi.Bibi liat kotak waktu itu gak yang Dewi taro diatas kasur bunda pas waktu itu?"tanya Dewi pada Bi Darti sembari mengedarkan pandanganya keseluruh penjuru kamar. "oh...iya non. uda bibi pindahin ke kamar non Dewi tadi.Barusan aja bibi pindahin"
"Oh... iya uda Bi kalo gitu Dewi kekamar dulu" kata Dewi sambil membalikan badannya untuk segera berlalu."Non" panggil Bi Darti pada Dewi yang hendak pergi.Dewi yang merasa dirinya dipanggil segera membalikan badannya kearah Bi Darti."Ya Bi"jawab Dewi.
"Non Dewi abis nangis ya? matanya bengkak sekali non"ucap Bi Darti wanita paruh baya sambil merapikan tampat tidur.
"ah gak kok Bi. Tadi kelilipan debu"
"kalo Non ada masalah Non bisa cerita ke Bibi siapa tau Bibi bisa bantu"
Dewi hanya bisa tersenyum mendengar perkataan Bi Darti.
"dulu pas bibi masi muda bibi sering cerita ke ibunya bibi. bibi sering curhat gitu non"
mendengar kata IBU hati Dewi terasa tersayat. Dirinya tak tau Ibu yang mana yang harus dirinya ceritakan tentang masalahnya. telalu banyak Ibu yang ia miliki hingga niat untuk berbagi cerita pun tak terlintas dipikirannya.Dewi menyimpulkan masa mudanya tak seberuntung Bi Darti.
"jadi kalo Non Dewi mau-"
"Dewi kekamar dulu Bi"pamit Dewi segera berlalu meninggalkan Bi Darti.Dewi berlari menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWI
Teen FictionApa impianmu Dewi ? Pertanyaan yang sering dilontarkan untuknya sebagai gadis malang berparas cantik yang memiliki nama Dewi. Dalam menjalani harinya, Dewi sangat membenci satu nama yaitu " Ani " Gadis cantik, cemburuan, dan egois tinggi. Ani adala...