Purnama

151 6 0
                                    

Suasana begitu ramai, para pasangan muda mudi banyak yang berdatangan kemari hanya untuk menyenangkan hati mereka.Disinilah Virza dan Dewi berada layaknya sepasang kekasih.

" kita mau ngapain sih?"tanya Dewi sembari memperhatikan para muda mudi yang sedang bermesraan.

"mau nonton bola" jawab Virza dengan santai.
"pilih boneka yang paling lo suka disini"perintah Virza yang berhasil membuat Dewi melongo.

Dewi mengerjapkan matanya beberapa kali, dirinya takut ia sedang bermimpi.
Jantungnya lagi- lagi berdetak tak beraturan.

" Cepetan sana" sambil mendorong bahu Dewi pelan.Dewi segera mengikuti perintah Virza. Dirinya menyusuri rak-rak yang diisi dengan aneka boneka.

Setelah berjam-jam Dewi memilih boneka yang ia sukai, akhirnya Dewi menemukan boneka beruang kecil yang berukuran segenggam tangannya. Bagi Dewi boneka ini lucu dan unik karena bisa dibawa kemana-mana.

" Sudah belum?"tanya Virza yang sedari tadi menunggu.

"Uda"jawab Dewi dengan senyumnya, hatinya saat ini sedang berbunga-bunga karena Virza menyuruh dirinya memilih boneka yang ia sukai.

Mereka berdua berjalan menuju kasir.
"Mana?"tanya Virza sambil mengulurkan tangannya meminta boneka yang telah dipilih Dewi untuk diberikan kepada pelayan kasir.

"Ini mba" ucap Virza sambil memberikan boneka pada pelayan kasir.

"Ini pacarnya ya mas?, cantik sekali, cocok sama mas. "tanya pelayan kasir seraya memuji Dewi dan tersenyum menggoda ke arah Virza.

Dewi hanya bisa tersipu malu atas ucapan pelayan kasir tersebut. Berbeda dengan Virza yang ditanya. Pria ini hanya diam tak menjawab ataupun tersenyum pada pelayan kasir , dirinya hanya menampakan wajah datarnya.

" selakian dibungkus pake kertas kado mba"ujar Virza

Dewi menatap Virza yang sedang memperhatikan mba-mba kasir dengan bingung.
"ngapain dibungkus kado? Orang gue uda liat bonekanya, mana gue yang milih lagi"ucap Dewi pelan dengan nafas yang dihembuskan kasar.

"Mau ditulis apa ini mas ?"tanya pelayan kasir sambil memegangi bolpen dan selembar kertas berbentuk hati yang dihiasi pita.

" tulis saja untuk Purnama"jawab Virza.

Jleb...Dewi diam seribu bahasa.Dewi menatap Virza dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Apa ini? Untuk Purnama? Mengapa Virza harus menyuruhnya memilih boneka yang ia sukai jika ini untuk Purnama? Mood Dewi hancur, hatinya tiba-tiba terasa perih. Walau bagaimanapun semua perempuan juga akan merasakan sakit jika dalam keadaan seperti Dewi.Harusnya Dewi sadar dari awal jika Virza tak mungkin menyukainya.Hati Dewi saat ini terlanjur terluka akibat ia  yang tadinya terlalu terbang bebas  dan akhirnya jatuh.
————————————————————

" Lo uda makan?" tanya Virza membuka pembicaraan saat berada didalam mobil. Masalahnya pasca membeli boneka Dewi tak lagi bersuara, dirinya hanya diam.

Dewi hanya mengangguk menjawab pertanyaaan lelaki yang sedang berada disampingnya.

Dewi sedari tadi hanya menatap rintik hujan lewat kaca mobil yang sedang ia tumpangi.Dirinya ingin sekali berbicara untuk sekedar basa-basi dengan Virza. Namun hatinya berkata lain hingga ia memilih diam.

"Lah ini kan bungkan arah ke rmh ?" tanya Dewi yang akhirnya membuka bibirnya yang sedari tadi ia bungkam.

"Temenin gue makan" jelas Virza dengan tampang tak berdosa yang sedang fokus menyetir.
Dewi hanya diam, malas menanggapi perkataan Virza, dirinya pasrah.
———————————————————
Mereka telah tiba di tempat makan tak jauh dari kompleks perumahan tempat tinggal Purnama.

" dah sampe, turun."ucap Virza sambil melepaskan sabuk pengamanya.

"Tapi hujan Vir, ntar basah. Dari mobil lo ke teras rumah makan aja mayan jauh.Klo gak pake payung  bisa basah kuyup."cerocos  Dewi.
Lelaki itu hanya melihat dan mengabaikan perkataan Dewi.

Virza turun dari mobil dan berlari meninggalkan Dewi.Dewi yang ditinggalpun segera bergegas mengikuti Virza berlari.

Sampai didalam rumah makan, Dewi mengedarkan pandangannya.Tempat ini cukup sepi, mungkin dikarenakan cuaca sedang hujan ditambah lagi petir dan guntur saling bersahut-sahutan mengakibatkan banyak para manusia yang takut keluar rumah.

" Mau makan apa ?" Tanya Virza sembari menyodorkan menu makan yang diberikan pelayan.

"Samain aja " jawab Dewi asal karena sibuk mengebas-ngebaskan rambutnya yang basah.

Suasana hening seketika karena menunggu makanan yang dipesan untuk datang.Tak ada pembicaraan diantara mereka.

Sampai akhirnya Dewi memutuskan untuk memulai pembicaraan.
"Vir gue mau-" ucapan Dewi terpotong karena suara dering hp milik Virza.

"Halo....bar"ucap Virza
"...."
"Apa?"
"...."
"Ok gue kesana sekarang" ucapan Virza yang mengakhiri pembicaraannya lewat telepon.

Wajah Virza sangat panik seketika, Dewi yang mengnyadari akan hal itupun penasaran apa yang sedang terjadi.

"Kenapa Vir, muka lo kok panik gitu, siapa yang nel-" tanya Dewi yang lagi-lagi ucapannya terpotong ,kali ini bukan terpotong karena suara telepon melainkan karena ucapan Virza.

"Purnama sakit, gue harus jengukin dia"ucap Virza dengan wajah yang begitu cemas.

Dewi hanya bisa manatap Virza dengan tatapan yang menanyakan bagaimana nasib dirinya jika Virza pergi ?.
Seakan tak peduli dengan tatapan Dewi, Virza segera memanggil pelayan untuk membayar bil.

"Gue pergi dulu, lo pulang naik taxi" ucap Virza yang mengantar kakinya untuk pergi meninggalakan Dewi.
Ucapan Virza yang terakhir mendatangkan rasa yang begitu luar biasa bagi Dewi. Dadanya tak mampu merasakan sesak yang ia rasa akibat menahan tangis.Perlahan buliran air mata mulai membasahi pipinya.

Lagi-lagi Dewi tersakiti karena satu nama.Dirinya dicampakan tak berarti dimata Virza. Virzalah yang mengajaknya pergi dan Virzalah yang meninggalkannya sendiri.Sungguh luar biasa pria itu mempermainkan hatinya.

Dewi meninggalkan makanan yang telah dibayar Virza. Moodnya hancur, napsu makannya telah hilang bersamaan perginya Virza.

————————————————————

DEWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang