Dewi telah sampai dirumahnya. Rasanya Dewi begitu sial akan hari ini, selain dirinya harus berpura-pura bahagia ia harus merasa terbakar karena sinar matahari yang menghukumnya saat berada di atas ojek.
Saat ini Dewi telah tepat berada di depan pintu gerbang rumahnya.
"Ini mas makasih ya" sambil menyerahkan uang kepada tukang ojek.
"Makasih mba" ucap lelaki paruh baya yang berprofesi sebagai tukang ojek.Dewi segera bergegas masuk ke dalam rumahnya, dirinya berniat akan membersihkan diri dan segera bersistirahat,ia tak ingin memikirkan apa yang telah terjadi hari ini karena hanya akan membuatnya semakin merasa terpuruk?.
Saat Dewi telah tiba di dalam rumah saat kakinya hendak menaiki anak tangga Dewi terkejut melihat koper yang berada tepat di bawah anak tangga. Terpaksa langkah Dewi terhenti.
Setelah Dewi melihat baik-baik koper tersebut, ternyata koper yang berada di hadapannya ini adalah koper yang menjadi tempat diisi pakaian Dewi saat pertama kali ia menginjakkan kakinya kerumah ini. Dewi tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dirinya segera berlari manaiki anak tangga dengan terburu-buru menuju kamarnya untuk memastikan apa yang dilihatnya itu salah.
Saat setibanya dikamar Dewi segera membuka lemari pakaiannya berharap semua masi tertata rapi didalam. Pintu lemari terbuka dengan lebar menampakkan pemandangan yang begitu menampar dirinya.Lemarinya kosong. Tak satupun pakaianya tersisa.
Dewi benar- benar tak mengerti dengan apa yang terjadi. Dirinya segera berlari menuruni anak tangga dan mencari keberadaan kedua orang tuanya."Ibu ,ayah." Panggil Dewi sambil mengetuk pintu kamar kedua orang tuanya.
" ibu, ayah" panggil Dewi sekali lagi karena tak kunjung mendapat jawaban.
"bu, ayah" hati Dewi semakin merasa tak karuan."Kenapa?" Sahut Bram setelah pintu terbuka.
"Ayah kenapa barang-barang aku semuanya gak ada di kamar, trus kenapa koper aku ada disana?" Dewi meminta penjelasan sambil menunjuk koper yang sedari tadi terdiam di bawah anak tangga.
"Oh koper ini" jawab Bram yang sedang menuju ke arah koper miliknya dan diikuti oleh Aina sang ibu.
Kemudian Bram menyeret koper tersebut dan diletakkan didepan pintu masuk rumahnya.Semakin bingung akan maksud ayahnya Dewi bertanya pada sang ibu.
"bu tolong jelasin Dewi ini maksudnya gimana?" tanya Dewi dengan perasaan yang tak lagi dapat diartikan.Dewi sangat takut jika takdir telah mengambil masa istirahatnya dan mengembalikan ia untuk berperan kembali sebagai pemeran utama dalam cerita yang penuh dengan air mata.
" Bu jelasin ke Dewi" pinta Dewi dengan suara yang berubah menjadi sendu akibat melihat manik mata sang ibu mulai berkaca-kaca.
" Mulai dari sekarang kamu tidak lagi tinggal dirumah ini" ujar Bram dengan wajah datarnya.
Sungguh ini adalah perkataan yang sukses membuat pertahanan Dewi runtuh, ditambah lagi melihat sikap Bram yang terlalu begitu cepat kembali seperti semula membuat hatinya semakin perih.
Dewi menatap manik mata ayah dan ibunya, dirinya berharap ada kebohongan pada ucapan mereka.
"Tapi kenapa kalian menyuruhku pergi?""Mulai sekarang kamu akan tinggal bersama tante Ratna, beliau adalah sahabat sekaligus boss saya diperusahaan. Beliau telah lama menginginkan seorang anak, jadi alangkah baiknya jika saya memberikan dirimu padanya." jelas Bram dengan tampnag yang tak berdosa.
Dewi tak mampu berkata- kata. Lidahnya seakan kaku. Lehernya bagai di cengkram sehingga sulit untuk bernapas dalam keadaan seperti ini.
Perih didadanya semakin menjalar kemana-mana saat mendengar penjelasaan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWI
Teen FictionApa impianmu Dewi ? Pertanyaan yang sering dilontarkan untuknya sebagai gadis malang berparas cantik yang memiliki nama Dewi. Dalam menjalani harinya, Dewi sangat membenci satu nama yaitu " Ani " Gadis cantik, cemburuan, dan egois tinggi. Ani adala...