Hari semakin sore menunjukan sang mentari perlahan meninggalkan indahnya langit.
Disini Dewi, dikamar bundanya. Sepulang sekolah Dewi memilih berdiam diri dikamar sang bunda. Dirinya rindu akan sosok Ratna dihari-harinya. Sudah beberapa hari ini panggilan Dewi tak kunjung diangkat oleh Bundanya. Mungkin sang bunda sedang sibuk. Itulah yang Dewi pikirkan mengingat bundanya adalah seorang pebisnis terkenal.Dewi terbaring sambil memeluk foto Ratna sang bunda.Ia membayangkan jika bundanya kini tengah memeluk dirinya. Betapa miris nasib Dewi.
Dewi mencari ponsel yang sedari tadi dirinya letakkan disamping tempat ia tidur. Hari ini entah mengapa Dewi merasakan rindu yang begiru hebat pada keluargannya. Rindu pada Ibunya, Ayah tirinya, pada Natali, juga pada Johan.
Berbicara tentang Johan lelaki itu menjadi sulit dihubungi pasca Dewi pindah ke rumah ayah tirinya saat itu. Berbagai cara Dewi lakukan untuk dapat mengetahui kabar Johan namun tak satupun membuahkan hasil. Kali ini Dewi ingin mencoba menghubungi Johan. Siapa tau hari ini dirinya beruntung dan dapat berbicara dengan sang kakak.
Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif...
Suara operator yang selalu setia menjawab telponnya kala dirinya menghubungi Johan.
Dimana Johan sebenarnya?.Dewi frustasi. Ia membuang ponselnya sembarangan. Kakinya sedang asik digoyang-goyangkan sambil menatap langit-langit kamar sang bunda. Dewi berusaha berpikir keras bagaimana caranya ia dapat bertemu Johan.
Tok...tok...tok...
"Non Dewi"suara panggilan Bi Darti dari balik pintu. Dewi beranjak dari ranjangnya dan segera membukakan pintu untuk Bi Darti.
Pintu telah terbuka lebar. Dewi disuguhkan pemandangan Bi Darti yang sedang membawa sebuah kotak terbungkus rapi berukuran sedang. Sembari memegang kenop pintu Dewi menatap bingung ke arah Bi Darti.
" non Ini tadi ada yang kasi ke Bibi pas bibi buang sampah di depan. Katanya buat non Dewi" jelas Bibi sambil memberikan kotak tersebut pada Dewi.
Dewi segera mengambil kotak tersebut dari tangan Bi Darti. Ia membolak balikan kotak tersebut. Dewi berharap dirinya dapat menemukan nama si pengirim.
"Dari siapa Bi?""Kurang tau non. Gak sebutin nama. Tapi orangnya cowok, ganteng lagi non. Pake hoodie warna apa ya...tadi?" Bi Darti berusaha mengingat lelaki itu.
"Ah abu-abu non"ujar Bi Darti dengan heboh.Dewi terkekeh melihat kehebohan Bi Darti saat menjelaskan ciri-ciri lelaki yang telah mengirimkannya sebuah kotak. "Trus orangnya dimana sekarang Bi?" sambil meletakkan kotak tersebut di atas tempat tidur.
"Tadi sih diluar non tapi-"ucapan Bi Darti terpotong saat melihat Dewi telah meninggalkannya begitu saja diambang pintu.
Dewi berlari tergesag-gesah sambil menuruni anak tangga. Dirinya melangkahkan kakinya ke teras rumah. Ia berharap dapat bertemu dengan lelaki yang telah mengirimkannya sebuah kotak.
Pelarian Dewi terhenti tepat didepan pagar rumahnya. Dewi mengedarkan pandangnya mencari sosok misterius tersebut. Namun pencarian Dewi terhenti saat pandangan matanya terjatuh pada lelaki yang mengenakan hoodie berwarna abu-abu yang tak jauh dari rumahnya.
Dewi mengingat jelas penjelasan Bi Darti jika laki-laki itu menggunakan hoodie berwarna abu-abu. Dewi segera membuka pagarnya dan berlari mengejar lelaki itu.
"Hei tunggu..." teriak Dewi sambil terus berlari.
"Kamu yang pakai hoodie abu-abu, tunggu"
Akhirnya lelaki yang dirinya panggilpun menghentikan langkahnya.
Napas Dewi terpenggal-penggal. Jaraknya lari lumayan jauh. Dewi membungkuk memegangi lututnya yang terasa gemetar akibat lari.
Saat Dewi mendongakkan kepalanya. Dirinya terkejut. Matanya membulat sempurna. Tak menyangka dengan siapa yang berada dihadapannya sekarang."Virza lo-"ucapan Dewi terpotong. Apakah benar yang dimaksud bibi itu Virza?
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWI
Teen FictionApa impianmu Dewi ? Pertanyaan yang sering dilontarkan untuknya sebagai gadis malang berparas cantik yang memiliki nama Dewi. Dalam menjalani harinya, Dewi sangat membenci satu nama yaitu " Ani " Gadis cantik, cemburuan, dan egois tinggi. Ani adala...