Pertemuan Pertama

373 16 2
                                    

Ditenga tidurnya Dewi terusik dengan suara wanita yang tengah membangunkannya.

"Dewi....,Dewi....,bangun nak ayo makan malam dulu" ucap ibunya seraya membangunkan Dewi.

"Hmmmm" balas Dewi sambil mengerjabkan matanya.

Dewi melihat ibunya yang tengah duduk disampingnya. Dewi menatap manik mata sang ibu dengan begitu dekat. Tatapan sang ibu begitu menenangkan.Ada rasa bahagia yang dirinya rasakan ketika dapat sedekat ini dengan ibunya. Tak hanya bahagia, Dewi juga merasakan kepedihan akibat luka yang belum terobati di hatinya jika mengingat kembali semuanya.Dirinya bimbang apakah ia harus merasa bahagia ataukah malah sebaliknya.

"Ayo makan, apa mau diam bengong terus disitu ?" Ucap sang ibu sambil tertawa

"Iya" jawab Dewi lagi-lagi singkat, diikuti senyumnya.

"Ibu duluan, kamu cepetan nyusul" ujar sang ibu sambil berlalu meninggalkan Dewi dikamarnya.

Cuaca malam ini dingin Dewi ingin menutup Balkon kamarnya dan segera turun untuk menyantap makan malam bersama keluarganya. Ralat. Keluarga barunya.

Dewi melangkah menuju balkon kamar.Saat dirinya hendak menutup pintu balkon, pergerakan tangannya terhenti. Dirinya melihat sesosok lelaki berparas tampan yang tengah duduk diteras balkon, tepatnya di rumah sebelah dengan menikmati secangkir minuman.

"Dewi ayo cepat turun nak"suara teriakan sang ibu yang sukses membuat Dewi terkaget.

Dewi bergegas menutup pintu dengan gerakan yang terburu-buru. Sebelum pintu tertutup rapat manik mata miliknya sempat bertabrakan dengan manik mata lelaki tersebut.

Dewi bergegas menuju ke ruang makan, dirinya melangkahkan kaki menuruni anak tangga, ditenga perjalanan langkahnya terhenti dadanya sakit mendengar kata demi kata yang dilontarkan ayah tirinya.

"Bikin susah saja, tinggal makan saja harus dipanggil berkali-kali"ucap Bram dengan nada sinis

"Bentar lagi, mungkin dia lagi dikamar kecil"ucap sang ibu berusaha menenangkan suami tercintanya

"Kasi tau dia, dia bukan Ratu dirumah ini. "Ucap Bram

"Sudah-sudah " seru sang ibu

"Datang cuman bikin repot nambah-nambah biaya, mau sok jadi ratu, bilang ini bukan rumah kakaknya "ujar Bram yang emosinya sudah tidak tertahan.

"Kakak"panggil gadis kecil yang sedang bermain dibawah tangga sambil memegangi beberapa boneka beruang miliknya.

Menyadari kedatangan Dewi, sang ibu bergegas menghampiri dirinya. Aina takut Dewi mendengar semua ucapan Bram yang baginya sangat dapat melukai hati putrinya.

"Dewi ayo makan" ajak sang ibu dengan senyum yang begitu tulus

Bagai tersambar petir. Setelah mendengar semua percakapan ibunya dengan ayah tirinya Dewi hanya diam mematung. Sebegitu menggangguka Dewi dalam kehidupan keluarga kecil mereka ? Dirinya berusaha menahan sakit dan perih yang ada di hatinya, berusaha tersenyum, namun entah kenapa rasanya sulit sekali.

Pandangannya mulai kabur, matanya berkaca " ibu...aku, aku tiba-tiba kenyang, aku ke atas dulu ya bu, mau istirahat, selamat malam semua" jawab Dewi dengan senyum yang begitu ia paksakan, perih telah menjalar didadanya.

"Ibu mau main sama kakak " rengek sang gadis kecil
" Gak usa ! Dia mau istirahat. Jangan diganggu !" Sahut sang ayah di tenga rengekan Natali.

Untuk pertama kalinya Tari memengang puncak kepala Natali
" besok kita main ya, sekarang uda malam, waktunya tidur" ucap tari dengan ekspresi yang sedang ia paksakan untuk terlihat baik- baik saja.

Dewi berlari menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya. Dirinya sangat ingin melepaskan sesak yang berada di hatinya. Sedari tadi dirinya menahan agar air matanya tak menetes.
"Ayahhhhhhhh.....!!! Dewi capek yah,capek..." teriak Dewi diteras balkon kamarnya sambil menatap langit malam yang penuh dengan bintang.

Dewi menangis sekuatnya, memeluk dirinya sendiri karena dinginya udara malam yang ia rasakan. Dirinya melampiaskan semua sesak yang telah ia tahan, semua perkataan Bram bagaikan belati yang menusuk hatinya. Perkataan Bram sangat membuatnya terluka.

Dewi duduk termenung, sudah tiga puluh menit berlalu Dewi masi saja setia menangis, melepaskan semua keluh kesahnya lewat air mata. Matanya sangat sembab. Namun dirinya tak ingin berhenti menangis hingga hatinya benar- benar merasa tenang.

Tanpa Dewi sadari disebelah sana ada sosok lelaki dari dua arah yang berbeda yang tengah memperhatikan dirinya yang sedang terpuruk.
"Apa yang terjadi pada gadis itu?" ujar lelaki itu didalam hatinya.

Dengan cerita yang begitu menyedihkan Dewi menghabiskan hari pertamanya dengan keluarga barunya.

————————————————

DEWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang