Rahasia

165 7 0
                                    

Langit berubah menjadi gelap, mentari telah digantikan dengan indahnya sinar bulan. Rintikan hujan tak lagi menetes. Disini Dewi duduk terdiam diteras balkon sambil menikmati secangkir kopi panas untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan akibat terguyur hujan saat kembali dari tempat makan.

"Makasih ya uda temenin gue belanja buat kado Purnama"ucap lelaki itu dengan tulus.

Dewi tau suara siapa yang sedang berbicara dengannya. Lelaki itu adalah Virza yang telah meninggalkan Dewi disaat suasana sedang hujan lebat.

Menyadari Dewi yang hanya tediam, ada sedikit terbesit rasa bersalah di hatinya. "Gue nyuruh lo milih karena gue gak tau selera cewe itu kek gimana"lanjut Virza yang sedang berdiri dibalkon kamarnya.

Mood Dewi sedang hancur, dia jengah mendengar suara lelaki yang ada didepannya. Dewi segera beranjak dari kursi dan meninggalkan Virza tanpa menoleh ke arah lelaki itu sedikitpun.

Dewi bukan membenci Virza, pada dasarnya dirinya ingin sekali berteman dengan lelaki itu. Namun hati Dewi sedang terluka ia tak suka dengan cara Virza meninggalkan dirinya sendiri disaat hujan lebat ditemani guntur dan petir yang sedang bersahut-sahuta


"siapa dia? "tanya lelaki itu kepada Virza.Sudah sedari tadi dirinya memperhatikan Dewi dari dalam kamar Virza.

"Dewi" jawab Virza singkat dengan tatapan sinis. Dirinya segera berlalu dengan emosi yang sudah memuncak,tangannya terkepal,darahnya mendidih jika melihat pria tersebut. Ia  muak melihat lelaki yang berada dihadapanya.

Dewi teringat ucapan Virza.Lelaki itu meninggalkan dirinya karena sahabatnya Purnama sedang sakit.

Dewi mengambil ponsel yang berada disampingnya, dirinya mencari kontak bernama Purnama untuk dihubungi. Meski hatinya sedang sakit karena nama Purnama namun Dewi tetap saja menghawatirkan sahabatnya itu. Baginya Purnama tak salah apa-apa.

Tut....tut...tut....panggilan terhubung namun tak diangkat oleh pemilik hp. Satu panggilan Dewi tak dijawab, dirinya semakin cemas. Sekali lagi Dewi mencoba menghubungi Purnama

"Halo Pur"
"Uhuk...uhuk....halo wi" jawab Purnama dari seberang sana yang diiringi dengan suara batuknya.
" Pur gue denger lo sakit, lo sakit apa pur, lo gak apa-apa kan pur.?" Pertanyaan Bertubi-tubi yang diajukan Dewi.
" gue gak papa Wi, gue hanya batuk doang, sama badan gue demam"
"Trus keadaannya lo sekarang gimana?"tanya Dewi semakin Cemas
"Gue gak papa Wi..gue dah mendingan, gue udah enakan kok"
"Ya uda syukurlah, kalau gitu lo istirahat aja Pur, obatnya diminum"
"Iya Dewi"
"Gue tutup telponnya. Cepet sembuh Pur. Dah Purnama"ucap Dewi sambil mengakhiri pembicaraan.
"Dah wi"

Dewi terbaring diatas kasurnya sambil menatap langit-langit kamarnya. Dewi merutuki dirinya, betapa egoisnya dia. Kenapa dia merasa iri terhadap Purnama, kenapa dirinya harus iri saat Akbar dan Virza sangat menghawatirkan Purnama?bukannya pantas karena mereka adalah sahabat, sedangkan Dewi hanya orang baru yang masuk dikehidupan mereka. Ada sedih yang dirinya rasakan
"Apakah jika aku sakit nanti aku bakal dihawatirkan seperti mereka menghawatirkan Purnama?" tanya Dewi pada langit-langit kamarnya.

Dewi sudah tak ingin memikirkan hal tersebut dirinya memilih tidur. Setidaknya dengan tidur Dewi bisa bermimpi indah, bermain dengan halusinasinya yang mungkin menjadi kenyataan.

Sudah sekitar 20 menit berlalu Dewi hanya bisa membolak balikan badanya diatas kasur,dirinya tak dapar tidur . Hati Dewi entah kenapa merasa sangat gelisa seperti akan terjadi sesutu padanya. Berkali-kali Dewi memeksa dirinya untuk tidur namun lagi-lagi gagal.

Dewi merasa bosan dikamarnya karena sedari tadi dirinya tak dapat tidur. Dewi memutuskan untuk keluar, melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga dan menyalakan TV memutuskan untuk menonton acara kartun yang disukainya. Saat Dewi sedang menonton flm kartun dirinya mendengar suara aneh serupa tangisan.Suara tangisan itu begitu pelan sehingga terdengar samar dipendengaran Dewi.

Dewi sedang fokus menonton,namun tiba-tiba dirinya terkaget saat ada tangan yang memegang pundaknya.Perlahan Dewi menoleh kearah pemilik tangan karena penasaran . Ternyata ibunyalah yang telah memegang pundaknya.

"belum tidur ?"tanya sang ibu dengan senyumnya

"belum bu, Dewi lagi gak bisa tidur.Bentar lagi baru Dewi tidur"

"ibu kenapa?" tanya Dewi sambil menatap manik mata sang ibu.Dirinya melihat ada sesuatu yang disembunyikan sang ibu dibalik senyumnya.

Tiba-tiba saja sang ibu langsung memluk Dewi, "maafkan ibu nak, ibu lagi-lagi gagal menjagamu" ucap sang ibu pelan.

"maafkan ibu nak, maaf ibu belum bisa jadi ibu yang baik buat kamu"

Dewi merasakan baju dipundaknya basah.Dewi mengetahui jika ibunya sedang menangis.Dewi ingin sekedar menenagkan ibunya.

Dewi menatap lekat manik mata sang ibu, memegang tangan wanita tersebut sambil berkata

"Ibu tidak perlu minta maaf.Dewi sudah melupakan semua yang telah terjadi.Dewi iklas bu.Dewi sanyang sama ibu, Dewi gak mau lihat ibu menangis kayak gini."ujar Dewi sambil menghapus buliran air mata yang telah membasahi pipi wanita dihadapannya.


Aina yang mendengar ucapan Dewi hatinya begitu tersayat. Tangisannya semakin menjadi. Dirinya merasa benar-benar gagal menjaga Dewi. Aina takut setelah apa yang akan terjadi, Dewi akan sangat membenci dirinya. Aina kembali memeluk Dewi dengan erat seakan dirinya tak ingin melepaskan Dewi pergi lagi darinya.


Dewi melepaskan pelukan dari sang ibu. Dirinya melihat Bram berjalan menuju ke arah luar.

Dewi sangat penasaran kemana ayahnya akan pergi malam-malam begini.

"ayah mau kemana bu?"tanya Dewi penuh selidik kepada ibunya.

ibunya hanya tersenyum,namun senyumnya terlihat begitu pilu.Dirinya dapat melihat senyum palsu diwajah ibunya,Dewi sangat tau itu karena senyum itulah yang sering digunakan Dewi dalam menjalani hari-harinya.

"ibu tidur duluan ya Wi, kamu tidurnya jangan malam-malam"pamit sang ibu.

Dewi hanya mengangguk mengiyakan ucapan sang ibu.Dewi merasa ada yang aneh akhir-akhir ini dengan keluarganya.Dewi merasa ada yang disembunyikan ibu dan ayahnya dari dirinya.


Dewi perlahan melangkahkan kakinya menuju ke arah jendela ruang tamu yang mengarah keluar .Dirinya mengintip dibalik horden,ia penasaran kemana ayahnya akan pergi.Dewi dapat melihat ayahnya sedang melelpon dengan seseorang.Dirinya tak tahu siapa yang sedang ayahnya telpon,namun wajah ayahnya sangat bahagia saat sedang berbicara dengan seseorang dibalik telepon tersebut.


Masih dengan rasa penasaranya Dewi setia menunggu ayahnya yang belum pulang hingga jam menunjukan pukul 23.00 WIB. Dewi sedari tadi menonton beberapa flm untuk menunggu ayahnya.Dirinya ingin menanyakan kemana ayahnya pergi.Masalahnya ini kali kedua dirinya melihat ayahnya pergi malam-malam,dan ini kali kedua dirinya mendapati ibunya menangis saat ayahnya pergi.Dewi mencium bau-bau mencurigakan dikeluargannya.


Bram kembali ke rumah saat jam menunjukan pukul 23.20 WIB.Saat Bram memasuki rumahnya dirinya mendapati seorang gadis yang sedang tidur terlelap didepan TV yang sedang menyala.Dirinya mendekati gadis tersebut yang tak lain adalah Dewi. Bram perlahan mendekat ke arah Dewi dirinya memperhatikan wajah gadis ini dengan seksama.Bram hanya dapat tersenyum menyeringai melihat gadis didepannya ini.

"dirimu terlalu polos untuk Duniaku Tari" ucap Bram sambil terus memperhatikan Dewi yang sedang terlelap.

"selamat tidur gadis malang.Semoga bahagia"ucap Bram sambil berlalu meninggalkan Dewi yang telah bermain dengan dunia mimpinya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DEWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang