Terlalu cepat

154 6 0
                                    

Pagi begitu  indah dengan kicauan para burung yang menyambut kedatangan sang  mentari yang setia memancarkan sinarnya. Dewi keluar dari kamarnya dengan seragam yang telah menghiasi tubuhnya. Dibawah sudah seperti beberapa hari yang lalu ayah dan ibunya selalu menunggunya untuk sekedar sarapan bersama.Dewi segera bergegas menuruni anak tangga menuju ke ruang makan karena cacing dalam perutnya telah meronta-ronta. Dewi sangat kelaparan. Kemarin Dewi tak menyentuh makanan yang telah dibeli Virza saat di rumah makan. Terakhir Dewi hanya meminum teh hangat saat dibalkon.

Dewi mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha menghapus fikirannya tentang Virza yang kemarin berhasil membuat moodnya hancur. Saat hendak duduk dikursi depan meja makan Dewi melihat Natali yang sedari tadi sedang memperhatiakan dirinya.

"Natali...kenapa?"tanya Dewi

"Mau disuap sama kakak Tari" pintahnya dengan wajah memelas yang terkesan imut didepan Dewi.

Dewi tersenyum, dirinya segera menghampiri Natali.Namun niatnya dicegah oleh Bram.

"kamu makan saja,jangan pedulikan Natali. Kamu harus kesekolah dengan tepat waktu"ujar ayahnya yang tengah menyantap roti.

"Natali sayang...nanti makanya sama ibu aja ya nak" tawar sang ibu pada Natali yang langsung diberi anggukan oleh gadis kecil itu.

Dewi segera menyantap sarapan yang telah berada dihadapanya. Disaat dirinya tengah sibuk menikmati roti yang telah ditaburi meses buatan sang ibu. Dirinya lagi-lagi dikejutkan dengan pertanyaan Bram.

"sebentantar kamu pulang jam berapa?"

"seperti biasa"

"sebentar ayah jemput"ujar ayah tirinya

Dengan cepat Dewi menolak" gak usa yah,,,bentar aku juga lagi ada urusan jadi pulangnya agak telat" jawab Dewi sembari mengangkat gelas susu dan meminumnya.

Dirinya hanya bisa tersenyum melihat perhatian sang Bram yang mungkin telah menerima ia sepenuhnya dirumah ini.Ada bahagia yang ia rasakan saat bisa makan bersama dengan keluarga barunya yang awalnya dimana Bram selalu tak sudi makan bersama dirinya. Tapi disisi lain Dewi merasa sedih karena dikeluarganya terasa belum lengkap tanpa kehadiran Johan.Meski begitu Dewi sangat bersyukur kepada sang pencipta.Akhirnya doa yang selama ini dirinya panjatkan setiap malam pun terjawab.Dewi berharap jika ini bukanlah hanya sebuah pemanis yang telah disediakan takdir untuk mengantar dirinya  pada rasa pahit yang menimbukan luka baru.

Suara klakson mobil terdengar sangat brutal didepan rumahnya. Dewi tau siapa pemilik mobil yang telah membunyikan klakson tanpa perasaan didepan dirumahnya itu.Siapa lagi jika bukan Akbar dan Ipul.Dewi segera berpamitan kepada kedua orang tuannya.Suara klakson semakin menjadi,Dewi segera berlari menuju keluar .

Sebelum Dewi menaiki mobil yang telah berada tepat dihadapnnya.Dewi diam sejenak menghentikan langkahnya.Memperhatikan dengan seksama mobil yang berada didepannya.Seperti ada yang aneh dengan penampilan mobil yang biasa dirinya tumpangi.

Bukan dari warna,bukan pula dari segi merek.

"sampai kapan lo mau diem disitu Wi ?"suara ipul yang berasal dari dalam mobil

"ayo masuk Wi" ujar Akbar dengan senyumnya yang lembut sambil menurunkan kaca mobil.Ya hanya Akbar yang berperilaku selembut itu pada Dewi, membuat dirinya selalu nyaman saat bersama Akbar. Akbarlah yang menjadi penyemangat ia ke sekolah, dan Akbar mungkin akan menjadi tempat curhatan Dewi yang baru.

Dewi segera mengikuti perintah kedua sahabatnya.Saat Dewi sampai didalam mobil, betapa terkejutnya Dewi melihat pria yang berada didepannya. Tepatnya dikursi pengemudi.

Dewi tak percaya dengan apa yang telah terjadi.Dirinya berusaha memutar otaknya untuk mecerna semua ini.Bukanya sedari pagi Dewi telah melihat Virza berangkat kesekolah? Bukannya tadi Virza naik mobilnya yang berwarna merah?Kenapa tiba-tiba Virza bisa berada dihadapanya.

"ini mobil siapa ?" tanya Dewi dikarenakan penasaran.

"ini mobil lo kan Bar? tapi ko plat nomernya beda?"tanya Dewi semakin penasaran yang tak kunjung dijawab oleh Akbar.

"Budek lo ya Bar?" kesal Dewi

" ini mobil gue"jawab lelaki yang sedang fokus menyetir.

Dewi hanya bisa ber Ohhh ria mendengar jawaban lelaki dihadapnnya ini.Dewi merasa aneh saja dengan tingkah Virza, Dewi bisa melihat Virza sedang tersenyum ke arahnya melalui kaca spion. Tak biasanya Virza tersenyum dan tak biasannya juga Virza berangkat bersama dengan Akbar dan Ipul. Biasanya Virza hanya bisa menunjukan wajah datar miliknya yang  layaknya papan tripleks.

Dewi tak ingin memikirkan masalah ini lagi, semakin dirinya memikirkan akan hal itu semakin dirinya stress sendiri.Dewi akhinya mencoba membuka pembicaraan untuk sekedar berbasa-basi dengan Virza. Dewi sangat senang dengan cara respon lelaki yang berada dihadapannya. Pada dasarnya Dewi ingin lebih mengenal Virza, Dewi tak menyangka jika lelaki dihadapnnya ini akan merespon baik dirinya.Lelaki ini lebih banyak tersenyum dan sesekali tertawa saat sedang berbincang dengan Dewi.Sungguh sikap lelaki yang berada dihadapanya ini sangat berbanding terbalik dengan sebelumnya,lelaki ini terlalu cepat tiba-tiba berubah.

Mungkinkah takdir sedang berpihak pada Dewi sehingga semua berubah begitu cepat dan mengejutkan dirinya.?___________________________

DEWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang