Langit Prapanca menjelang jam 3 sore sedikit mendung. Matahari yang dari jam 10 sudah mentereng seakan-akan lenyap entah kemana. Angin berhembus kencang, menerbangkan daun-daun kering di pinggir jalan. Wajah Setiaji seperti diterpa angin Kutub Utara begitu ia mendorong satu sisi pintu Indomaret. Dengan aroma lavender dan lagu romantis khas malam minggu, mbak-mbak rambut sebahu itu tersenyum padanya,
"Selamat datang di Indomaret dan selamat berbelanja."
Setiaji tersenyum, lalu menenteng keranjang biru sebelum ia menjelajahi rak demi rak. Indomaret selalu punya cerita, untuk hari ini, untuk besok, untuk kapan saja. Hanya di Indomaret Aji menemukan mbak-mbak secantik model berbicara dan tersenyum ramah padanya. Hanya di Indomaret Aji bisa mendengarkan lagu-lagu acak yang belum pernah ia dengan sebelumnya. Hanya di Indomaret Aji bisa berjam-jam duduk diterasnya tanpa peduli dia sendirian atau tidak. Hanya di Indomaret dia bisa merasakan sebuah adrenalin saat tiba-tiba tukang parkir muncul entah dari belahan bumi mana.
Indomaret selalu punya tempat khusus. Meski harga belanjaanya terbilang lebih mahal sebab pajak yang harus dibebankan. Tapi Aji masih merasa puas, sebab dia bisa menemukan apa saja di Indomaret. Kisah bapak-bapak penjual kacang asin di seberang jalan misalnya. Atau pengamen dengan suara merdu yang selalu menghampirinya saat lagi nongkrong di teras Indomaret. Atau tentang ide-ide yang selalu mengalir setiap dia datang ke Indomaret.
"Mbak, Ichitan Thai Milk Tea-nya kok nggak ada ya?"
Aji hanya perlu melongok dari balik rak bagian snack untuk bertanya pada mbak-mbak kasir kenapa minuman kesukaannya itu tidak ada dalam chiller.
"Wah, barusan banget ada yang borong, Mas."
Aji melenguh. Hidupnya terasa hampa tanpa Ichitan Thai Milk Tea, sungguh. Dan sebagai gantinya, ia meraih lima kaleng susu bear brand dan tiga bungkus biskuit Regal Marrie. Akhir-akhir ini ia melihat kombinasi Bear Brand dan Regal Marrie tengah digandrungi masyarakat. Dia jelas penasaran bagaimana rasanya, dan tidak ada salahnya juga kalau dia mencoba.
"Ini aja, Mas?"
Aji mengangguk.
"Nggak sekalian pulsa hapenya, Mas?"
"Nggak mbak, itu aja."
"Hari ini ada promo loh mas, bisa tebus Rinso anti nodanya 19.900 ribu."
Setiaji tersenyum, "Kebetulan sama pakai So Klin mbak."
"Atau beli minyak Filma-nya yang 2liter sekalian? 26.000, kalau normal harganya 29.900."
"Hehehe, enggak mbak."
"Oreonya juga promo loh mas, 10 ribu bisa dapat dua. Bebas varian apa aja."
Aji nyaris tertawa. Ini yang ia suka, mbak-mbak Indomaret tidak pernah menyerah untuk membujuknya berbelanja ini atau itu. Dengan senyum manis dan suara yang lembut, kadang ingin sekali Aji bertanya sekonyong-konyong. "Mbak, jadi pacar saya mau nggak?"
Tapi tidak, Aji memang jomblo. Tapi dia tidak seputus asa itu untuk mengobral perasannya dengan harga yang murah. Cukup Rinso anti noda saja yang dapat diskon, hatinya jangan.
"Mbak-nya ini pinter banget menghasut ya ternyata?"
Si mbak-mbak Indomaret terkekeh.
"Yaudah deh, tambahin oreonya."
"Jadi totalnya 99.800."
Aji menyurukkan uang pecahan 100 ribu. Lalu dalam hati dia berbisik, 200nya boleh didonasikan, Mas?
"200nya boleh didonasikan, Mas?"
Tuhkan! Aji bahkan hapal semua dialog mbak-mbak Indomaret.
"Boleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Colors in The Sky✔
Fantasi[SUDAH TERBIT] TRILOGI BAGIAN 3 Coloring is a matter of being sure or not sure. While drawing is a matter of can or cannot. And im sure to coloring your life, to drawing your dream plan. ©tenderlova2020, Colors in The Sky