2# LightCyan

42.2K 7.1K 2.7K
                                    

"Yang bener lo?"

Aji melotot. Laki-laki jawa-sunda itu membolak-balikkan topi baseball hitam ditangannya hampir tidak percaya.

"Balenciaga asli?" Nah, siapa yang percaya kalau pencopet tadi punya barang branded sekelas Balenciaga seperti ini?

Sementara di kasur, Ecan membanting komik One Piece milik Setiaji dengan wajah murka. Di sebelahnya, Raja geleng-geleng kepala.

"Lo maunya apa sih?"

Ditanya begitu, Aji malah geming. Tiba-tiba dia merasa lemas sekaligus kegirangan disaat yang sama. Tapi disatu sisi dia juga masih kesulitan mempercayainya. Tidak peduli sekalipun Raja dan Ecan mencibirnya habis-habisan, Aji tetap mengetikkan merk topi itu dalam kolom pencarian.

Balenciaga Embroidered Baseball Cap, harganya sekitar $430 dan benda yang berada di tangannya sekarang benar-benar asli!

"6 juta, cuk!!"

Ecan memutar bola mata jengah. "Dia kenapa sih? Kesurupan?"

Raja hanya terkikik, lalu menggedikkan bahu karena dia juga sama-sama tidak mengerti. Dia dan Ecan sedang berada di Memorella saat Aji menelpon dan meminta mereka untuk datang ke rumahnya. Bertanya tentang sebuah topi baseball bertulis Balenciaga yang entah ia dapat dari mana. Saat Ecan bilang bahwa topi itu asli sebab Ecan juga punya topi yang sama, Aji justru seperti orang kesurupan.

"Gue tadi kecopetan."

Aji memutar kursinya dan mendapati kedua temannya menatap balik ke arahnya.

"Gue bilang gue tadi kecopetan! Kasih reaksi kek!"

"Astaghfirullah haladzim."

"Tuhan..."

Giliran Aji yang memutar bola matanya. Tahu begini dia menelpon Jeno saja. Paling tidak Jeno lebih waras ketimbang dua cecunguk ini.

"Yang nyopet cewek." Kata Aji, sembari mengingat bayang-bayang perempuan itu yang tergambar jelas di permukaan topi.

Sementara Ecan yang semula hendak merebahkan diri, tiba-tiba bangkit lagi dengan bantal yang ia peluk erat di dadanya. Matanya membulat, dan kupingnya otomatis melebar untuk menampung lebih banyak informasi. Just Ecan being Ecan, right?

"Terus terus?"

Dalam hitungan detik, wajah Setiaji langsung memerah. Kalau di ingat-ingat, kenapa embak-embak tadi tidak jadi kasir Indomaret saja? Mencopet kan perbuatan tercela.

"Cantik, Can." Aji terkikik, lantas memegangi kedua pipinya dengan malu-malu.

"Dapet nomer wasafnya?"

"Ngapain gue minta nomer wasaf? Duit sama hape gue diembat sama dia."

"Itu punya dia?" Raja menggedikkan dagu pada topi yang menjadi tujuannya kemari.

"Iya." Kata Aji, "Dia nyopet buat beli barang-barang beginian? Yang bener aja."

"Heleh, tadi aja seneng soalnya yang nyopet cewek cantik. Sekarang sok-sokan merugi." Ecan mencebik lalu beranjak ke arah televisi. Laki-laki itu tiba-tiba teringat bahwa ia pernah meninggalkan DVD Evie Tamala di tempat ini.

"Cicing siah!" Aji melempar bungkusan passeo utuh. Namun meleset sebeb Ecan keburu menyadari gerakan itu dari layar televisi yang padam.

"Kayak ftv aja lo." Raja terkikik.

"Cantik-Cantik tapi Copet. Lah anjir, gue malah keinget Revalina S Temat." Ecan tergelak. Membayangkan Aji sungguhan beradu akting dengan Revalina sebagai pemeran utama perempuan. Seperti ftv jam 10 siang di SCTV yang sering dia tonton semasa puber.

Colors in The Sky✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang