Pagi-pagi sekali, Nedia memutuskan untuk bergegas keluar rumah. Masih sedikit gelap dan terlalu terburu-buru untuk pergi ke sekolah. Benar saja, masih jam 5 lewat 25 menit saat Nedia berdiri di depan pagar rumahnya.
Ini bukan karena Nedia bersemangat berangkat sekolah, tapi karena ia terlalu malas bertemu dengan orang-orang rumah. Terlebih Mama. Nedia sudah bisa membayangkan, pertemuan mereka dimeja makan hanya akan membuat perdebatan tidak penting itu terjadi lagi. Nedia terlalu malas meladeni Mama sepagi ini.
Setelah menaikan tudung hoodie hitamnya, Nedia mulai berlari kencang. Menerobos dingin dan lembabnya kabut pagi itu tanpa tujuan. Dia akan pergi kemana saja langkah kaki membawanya berlari. Sejauh mungkin tanpa langkah kembali-- kalau bisa.
○○○●●●》♤♤♤《●●●○○○
Aji nyaris tidak ingat, kapan terakhir kali ia bangun lebih awal dan berlari mengitari Taman Barito sepagi ini. Langkah kaki berbalut run shoes hitamnya terayun ringan, diiringi lagu Coldplay dan suara burung baru bangun dari kejauhan.Dalam ritme pernapasannya yang keluar teratur, Aji kembali teringat tentang kejadian semalam. Ketika ia memutar balik motornya dan berdiam diri cukup lama di depan rumah Nedia. Tak lama setelahnya, Aji melihat gadis itu duduk terpekur didepan meja belajar. Mengambil sebuah kotak musik, lalu menangis tersedu-sedu setelahnya.
Aji tidak tahu senanar apa tangisan itu. Dia juga tidak tahu sepilu apa lagu yang ada didalam kotak musik itu. Yang dia tahu hanya satu, Nedia terluka berada disana.
Mulanya Aji merasa biasa-biasa saja. Dia bahkan tidak tertarik sama sekali saat hal serupa terjadi pada Jonathan dan Keenan, tapi apa yang terjadi pada Nedia terus-terusan membuatnya bertanya. Apa yang terjadi pada gadis itu? Maka selepas makan malam, ia memutuskan untuk mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. Menghalau serangan Papa yang bisa saja tiba-tiba datang dan berdiskusi soal alien dan eksistensinya di dunia lain.
Saat Aji mengetikkan nama perempuan itu dikolom mesin pencarian, yang keluar justru profil seorang pria paruhbaya bernama Abraham Jatmika yang tewas dalam sebuah kecelakaan tunggal di tol Cipularang 3 tahun yang lalu. Nama Nedia Demensah tertera disana sebagai salah satu anggota keluarga yang ditinggalkan.
Tidak cukup sampai disana, Aji mulai berselancar pada akun-akun dunia maya milik Nedia. Dia tidak berhasil menemukan akun sosial media yang lain, tapi ia menemukan akun instagram atas nama gadis itu.
Bermodal akun bodong dengan nama perempuan, Aji menelusurinya perlahan-lahan. Tidak banyak foto yang diposting. Kebanyakan hanya foto-foto nature dan gambar interior yang kelihatan menarik. Satu diantara foto-foto itu, ada satu foto dimana Nedia tersenyum lebar. Memegang sebuah kue bertulis namanya dengan lilin angka 15. Selain foto yang diambil 3 tahun yang lalu itu, tidak ada foto Nedia yang lain.
Disaat lagu Coldplay di earphonenya berganti dengan lagu lain, Aji berhenti berlari. Langit mulai terang ketika ia menemukan gadis dalam bayangannya itu duduk tak jauh dari tempatnya berdiri. Menangis tanpa suara sembari menengadah langit, sementara mulutnya sibuk mengunyah sosis.
Untuk sesaat Aji terkekeh dalam kegamangan. Kenapa Nedia selalu muncul saat ia mulai memikirkan gadis itu?
Maka tanpa suara, Aji menuruni anak tangga satu per satu untuk sampai ditepi kolam. Kemudian berhenti dalam radius 5 meter dari tempat gadis itu duduk.
"Yah? boleh nggak sih Nedi ikut Ayah aja? Mama tuh sekarang udah berubah, Yah. Anak Mama sekarang tuh bukan Nedi lagi, tapi Serena. Ayah ingat Serena kan? Anak boss Ayah yang Ayah bilang kayak princess itu loh. Iya, sekarang Mama sayangnya cuma sama dia. Mama bahkan nggak ingat kalau hari ini aku ulang tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Colors in The Sky✔
Fantasy[SUDAH TERBIT] TRILOGI BAGIAN 3 Coloring is a matter of being sure or not sure. While drawing is a matter of can or cannot. And im sure to coloring your life, to drawing your dream plan. ©tenderlova2020, Colors in The Sky