Nedia memejamkan matanya dengan khidmat saat sebuah kereta argo melintas dihadapannya dengan kecepatan kencang. Meninggalkan hembus angin bercampur aroma besi berkarat. Setelah kereta benar-benar pergi dan ia membuka matanya kembali, cahaya kuat dari matahari langsung menerpa wajahnya. Senja datang lagi. Kenapa hari terus berganti padahal jelas-jelas Tuhan tahu kalau Nedia enggan hidup lagi?
Satu-satunya hal yang mau berdamai dengannya mungkin hanya cahaya matahari dari kejauhan itu. Yang tidak pernah protes setiap kali Nedia datang kemari. Memperlihatkan bagian lain dirinya yang lebih hancur lagi.
Pada daratan yang lebih tinggi dari rel kereta, diantara puluhan ilalang yang tumbuh menjulang, Nedia selalu memperhatikan bagaimana matahari perlahan-lahan kembali pada peraduan. Seolah-olah mengatakan padanya bahwa hal buruk akan terjadi lagi besok.
Nedia tidak begitu yakin sejak kapan perundungan tehadapnya ini dimulai. Mungkin sejak semester kedua dikelas 10?
Awalnya hidup Nedia tidak semenyedihkan ini. Nedia Demensah adalah anak tunggal yang terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ayahnya dulu adalah seorang manager keuangan disebuah perusahaan retail di Jakarta. Ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Dulu Nedia tidak sekaya raya Noren dan anak-anak yang ada di sekolah. Keluarga Nedia hanya keluarga kaya biasa yang nyaris tidak pernah disinggahi masalah.
Sekali lagi, itu awalnya. Sampai semuanya berubah saat Ayahnya terenggut dalam sebuah kecelakaan tunggal di jalan tol. Kejadian yang cukup membuat Nedia hancur sehancur-hancurnya. Kematian Ayah yang janggal, juga pernikahan Mama dengan boss Ayah 6 bulan kemudian membuat Nedia dikecam sakit hati parah. Papa tirinya memperlakukannya dengan baik. Begitu juga dengan Serena, kakak tirinya yang sering disebut-sebut sebagai jelmaan malaikat. Nedia mengaku, dia menyimpan terima kasih atas perlakuan Papa dan kakak tirinya tanpa melupakan perasaannya yang belum pulih.
Sampai kapan pun, Ayah adalah bagian terbaik yang pernah Nedia punya. Hal itu jelas mutlak, tidak akan pernah terganti.
Fakta mengenai Mama yang berselingkuh dengan boss ayah langsung menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Nama baik keluarganya dan 2 tahun sisa sekolahnya terancam hancur berkeping-keping. Hanya dalam sekejap mata, Nedia menjadi sasaran empuk anak-anak perundung di sekolahnya.
Anak pelakor, katanya. Kalau ada yang salah dengan Mama, maka itu sepenuhnya salah Mama. Kenapa harus Nedia yang menanggung dampaknya?
Menghabiskan waktu tanpa seorang pun teman adalah hal terberat yang Nedia alami saat ini. Perasaan dan mentalnya seakan-akan dijadikan permainan oleh banyak orang. Ini jelas menyebalkan. Tapi apa yang bisa Nedia lakukan untuk dirinya? Tidak ada. Dia hanya perlu bertahan sekuat tenaga selama 2 tahun ke depan dalam labirin waktu yang menyakitkan.
Dan diantara rasa ketidak adilan itu, Nedia menatap coat hitam wangi yang sengaja ia letakkan di atas rerumputan. Nedia tersenyum getir, teringat bagaimana pertemuan pertamanya dengan laki-laki itu yang sangat tidak menyenangkan. Dilanjutkan pertemuan kedua yang-- memalukan.
"Denger ya, murid baru! Take your own business! Ini bukan tempat dimana lo bisa berbuat semau lo. Gue bakal balikin duit sama hape lo yang gue ambil kemarin, gue janji. Tapi nggak sekarang. Ngerti?!" suara itu kembali membuat Nedia meringis. Disetiap pertemuan, kenapa Nedia juga harus menendang selangkangannya segala sih?
Ragu-ragu Nedia membuka tasnya. Mengeluar ponsel keluaran lama tapi masih nampak bagus.
"Orang macam apa yang pakai wallpaper fotonya sendiri?" cibirnya. Namun diam-diam ia juga tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colors in The Sky✔
Fantasy[SUDAH TERBIT] TRILOGI BAGIAN 3 Coloring is a matter of being sure or not sure. While drawing is a matter of can or cannot. And im sure to coloring your life, to drawing your dream plan. ©tenderlova2020, Colors in The Sky