24# GainsBoro

19.8K 4.7K 923
                                    

Di atas kasur, ketika malam berjalan semakin larut, Mama menarik tangan kanan Nedia ke atas pangkuannya untuk ia genggam dengan kehangatan yang nyata. Sementara di sana, Nedia larut dalam kegamangan yang panjang. Otaknya berusaha keras memahami kejadian-kejadian yang baru saja terjadi. Namun di antara banyaknya kejadian itu, hanya satu yang ia ingat lebih jelas dari segalanya: Serena yang telah membunuh ayah.

Nedia tidak mengerti tentang apa yang terjadi. Mulai dari batalnya pertunangan Aji dengan Serena, kembalina seseorang bernama Rantika, Mama yang tiba-tiba saja menggugat cerai Papa, sampai Setiaji yang ternyata adalah dalang dari penangkapan Serena dan Papa. Tidak ada satupun yang ia mengerti. Ibarat pemain opera, dia adalah satu-satunya pemain yang tidak kebagian naskah.

"Mulai besok kita nggak akan tinggal di sini lagi." kata mama. Kali ini intonasi suaranya berubah, tidak seperti kemarin-kemarin saat mama bicara dengannya. Dan entah bagaimana, di titik ini Nedia merasa bahwa Tuhan baru saja mengabulkan doanya malam itu. Mamanya yang dulu telah kembali.

"Sebenernya semua ini apa, Ma? Nedia nggak ngerti."

Untuk sesaat, mama menghela napas panjang. Ternyata benar, bahwa tidak selamanya kesulitan menjamah setiap langkahnya. Akhirnya, ada titik dimana ia bisa menarik napas dengan tenang.

"Ini semua dimulai 3 tahun yang lalu, waktu ayah kamu meninggal." mama tersenyum nanar. "Mama nggak pernah tahu, kalau ternyata ayah kamu diincar atasannya karena dia tanpa sengaja tahu isi buku rahasia perusahaan. Satu-satunya yang bisa menolong ayah kamu saat itu hanya Tante Rantika, istri pertama Handoko, dia mama kandung Serena. Di perjalanan untuk menemui Tante Rantika, mobil ayah kamu tiba-tiba meledak. Mama yakin, semua itu pasti ulah orang-orang jahat yang nggak mau isi buku rahasia perusahaan dibongkar sama ayah kamu. Mulai hari itu mama berusaha keras untuk membongkar semuanya, hal-hal yang belum sempat dilakukan ayah kamu."

Dalam keheningan, sepasang air mata mama jatuh. Teringat bagaimana saat terakhir ayah meninggalkan rumah. "Tunggu aku pulang." katanya, tapi sampai hari ini ayah tidak pernah pulang dengan utuh.

"Mama tahu tante Rantika masih hidup. Jadi mama datangi dia di rumah sakit jiwa, mama ceritakan semuanya yang terjadi. Dengan menjadi istri Handoko, mama akan punya akses lebih mudah dan Rantika mengijinkan mama untuk itu. Diam-diam kami bekerja sama untuk mengumpulkan bukti-bukti dan mencari buku rahasia itu. Sampai akhirnya, mama ketemu lagi sama Tante Dewi. Dia teman SMA mama, mamanya Aji. Dia bilang, mungkin anaknya bisa bantu mama untuk mencari tahu semuanya. Awalnya mama menolak, biar semua ini jadi perjuangan mama untuk keadilan ayah kamu. Tapi Tante Dewi memaksa, dia bilang hanya ini satu-satunya jalan. Kami pertama kali ketemu 6 bulan yang lalu dan di luar dugaan mama, anak itu betulan mau bantuin mama."

Nedia masih terdiam, ia membiarkan napas mama tersengal-sengal karena menahan tangis. Dalam kepalanya, diam-diam bayangan laki-laki berkelebat begitu jelas. Jadi selama ini yang Setiaji lakukan hanya pura-pura? Kenapa dia sampai melakukan hal sejauh itu hanya untuk membantu orang asing dalam hidupnya?

"Mama harus berterima kasih sama dia. Karena kalau nggak ada dia, mungkin keadaan kita nggak akan seperti sekarang. Dia juga yang udah menyelamatkan kamu dari anak-anak itu." detik itulah Nedia terhenyak. Ia menatap sepasang mata mama dengan lekat, berharap bahwa ia diberi penjelasan lebih dari sekadar senyuman. "Serena memang keterlaluan. Sebenarnya selama ini mama tahu apa yang anak-anak itu lakukan sama kamu. Mama nggak pernah menutup mata, Nak. Hanya saja mama nggak bisa melakukan apa-apa. Mama minta maaf. Maaf karena mama udah bikin kamu merasa asing dengan dunia kamu sendiri. Maafin mama, Nedia... maafin mama."

Nedia menggeleng pelan, kemudian ia menangis sesegukan. Ternyata selama ini ia telah salah memahami mama. Dalam keterdiaman itu ia berandai-andai, andai ia cukup dewasa untuk memahami semuanya. Andai ia bisa mengerti tentang segalanya. Demi sebuah kebenaran, mereka terpaksa menyakiti satu sama lain. Hingga akhirnya, keduanya memutuskan untuk berbagi pelukan setelah sekian lama hidup dalam renggang. Malam membuat mereka bersedu-sedan, melepaskan balok-balok sesak yang selama ini mereka simpan rapat dalam dada.

Colors in The Sky✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang