6

57 9 2
                                    

Jonathan Darrel memasuki studio lukis milik Carlos dengan tas gitar dipunggungnya. Udara yang dingin tak menutupi langkahnya untuk bertemu dengan Eliza. Setelah kunjungan terakhir Eliza yang tak terduga, Jonathan mulai menaruh kepercayaan pada Eliza. Dia ingin mengatakan sesuatu yang selama ini ia simpan seorang diri. Jonathan yakin, mungkin dengan memberitahu Eliza soal rahasianya, gadis itu bisa percaya padanya. Setidaknya sama-sama saling mempercayai sebagai seorang teman.

Jonathan tidak melihat siapapun didalam studio. Tempatnya terlihat sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Lantas ia pun masuk lebih dalam lagi⸻saking seringnya kesini, dia sudah menganggap studio tersebut seperti rumah sendiri.

"Carlos?" Sapa Jonathan ketika dia melihat Carlos keluar dari tempat persembunyiannya. Tampak Carlos terkejut dengan kehadiran Jonathan yang tiba-tiba.

"Sejak kapan disini?" tanya Carlos.

"Baru sampai." Katanya, "Eliza ada?"

Carlos membuka celemek dan meletakkannya dikursi. "Dia pergi ke tempat Amelia."

"Amelia?"

Carlos mengangguk. "Kenapa?"

Awalnya Jonathan heran, kenapa Eliza bisa pergi ke tempat Amelia, kemudian dia ingat kalau Eliza dan Amelia belum lama ini bertemu bahkan sampai bekunjung ke tempat tinggal Amelia.

Jonathan buru-buru menggeleng. "Tidak."

"Omong-omong, kenapa mencari Eliza?"

"Cuma mau mengobrol."

"Mengobrol atau pdkt?" Goda Carlos. Ya ampun, Carlos terkadang suka benar kalau bicara.

"Dasar tukang ikut campur!" Ledek Jonathan.

Carlos menanggapinya dengan tawa, lantas ia menggiring temannya ke depan, dekat meja resepsionis.

"Kenapa bawa gitar segala? Jangan-jangan kau mau buat lagu untuk Eliza, ya?"

"Huh, aku malas bicara denganmu." Keluh Jonathan, tak mau menanggapi candaan Carlos. Ia memang malas kalau sudah ditanya-tanyai begini.

"Sensi sekali, padahal cuma bercanda." Cibir Carlos. "Mau menunggu Eliza atau menyusul dia ke tempat Amelia? Sebentar lagi jam makan siang, rencananya aku mau kesana mengajak mereka makan."

"Boleh." Jonathan berujar dengan cepat. "Kalian makan dimana?"

"Diujung jalan dekat toko bunga Amelia, masakan Italia." Kata Carlos.

"Hm.. aku sedang tidak ingin makan masakan Italia. Apa Eliza punya masalah soal makanan?"

Carlos menggeleng. "Tidak. Dia tidak pernah punya masalah dengan makanan. Justru dia sulit bila disuruh makan."

"Hah? Memang dia begitu?"

"Iya!" Seru Carlos. "Makanya dia sangat kurus, aku jadi khawatir pada kondisi kesehatannya."

"Pantas dia sakit kemarin." Gumam Jonathan.

"Oh iya, omong-omong, kau mengajak Eliza ice skating ya saat malam natal?" Carlos mengalihkan pembicaraan sambil memainkan ponselnya⸻mengirim pesan pada Amelia.

"Um, iya. Kau mau ikut?"

"Sayang sekali, aku ada janji lain dengan Amelia. Kami akan pergi ke Broadway."

"Wah, sepertinya menyenangkan. Apa aku perlu ajak Eliza juga kesana?"

Carlos menaikkan bahunya, sedikit ragu. "Aku tidak yakin, tapi Eliza pasti tidak mau."

"Kenapa?" Tanya Jonathan. "Pasti karena membosankan." Tebak laki-laki itu melanjutkan bicaranya.

"Tidak." Sahut Carlos. "Dia tidak mau bertemu dengan teman-temannya. Dia dulu anak teater dan memutuskan keluar dari sanggar, sebelum pergi ke New York. Aku tidak tahu alasan dia keluar, padahal dia adalah kandidat pemeran utama untuk pementasan malam natal nanti." Jelasnya.

Hard But EasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang