Perjalanan dari New York menuju San Fransisco memang memakan waktu yang cukup panjang. Meski berada dalam satu benua, namun rasa jetlag itu tak bisa Eliza hindari. Setelah perjalanan tersebut, sampai di rumah Eliza langsung merebahkan dirinya diatas kasur tanpa membereskan barangnya terlebih dahulu. Bahkan Carlos yang awalnya akan pulang ke rumahnya pun akhirnya memilih menginap di rumah Eliza, saking lelahnya dan malas menunggu keluarganya di bandara. Carlos pikir esok saat malam natal keluarganya juga akan berkumpul di rumah Eliza. Jadi sekalian saja dia menginap di tempat Eliza barang semalam.
Carlos tidur bersama Dion, adik laki-laki Eliza yang terpaut satu tahun dengan kakaknya. Dari kecil hubungan Carlos dan Dion memang sudah sangat dekat seperti saudara kandung. Jadi, begitu Carlos datang, Dion langsung bersemangat menyuruh Carlos menginap di rumahnya.
Hari ini, tepat satu hari sebelum natal menjelang, Carlos dan Dion sudah duduk dibawah pohon natal, meletakkan kado-kado yang sudah dipersiapkan keluarga mereka sebelumnya. Tahun ini, perayaan natal diadakan di rumah Eliza. Jadi, pagi-pagi sekali ibu, ayah, juga asisten rumah tangga Eliza sibuk menata rumah. Mereka membagi tugas, ibu Eliza bersama asisten rumah tangga mereka memasak di dapur, sementara ayah Eliza, Dion dan Carlos membantu menghias rumah.
Ditengah kesibukkan orang-orang rumah, Eliza Fern membuka pintu kamar dengan wajah khas bangun tidurnya. Dia berjalan keluar dari kamarnya untuk melihat keadaan rumahnya dari lantai dua. Dari tempatnya berdiri, Eliza dapat melihat semua orang tengah sibuk di ruang tamu⸺terutama Carlos dan Dion yang sibuk menghias perapian dan pohon natal.
Gadis itu perlahan turun dari tempatnya berdiri untuk menghampiri orang-orang dibawah sana. Tidak ada yang menyadari kehadiran Eliza begitu ia sampai dibawah, hingga pada akhirnya Dion
tidak sengaja menoleh dan mendapati sang kakak yang perlahan menuju ke arahnya."Oh, Eliza?" sapanya.
"Morning, Eliza!" Carlos ikut menyapa disela-sela kegiatannya mengangkat kado yang akan diletakkan dibawah pohon natal.
Eliza menanggapi sapaan kedua laki-laki itu dengan senyum, dalam hati dia sedikit menyesal karena harus bangun paling terakhir daripada yang lainnya. "Maaf aku baru bangun."
"Tidak apa-apa, aku tahu kemarin itu melelahkan bagimu. Sebaiknya sekarang bersihkan wajahmu dulu lalu kembali lagi kesini." Eliza pun menuruti perkataan Dion dan kembali ke kamarnya untuk membasuh wajah di kamar mandi.
Selama berada di kamar mandi, Eliza terus memperhatikan wajahnya yang sedikit pucat dari balik cermin. Perjalanan yang panjang kemarin membuat badan Eliza terasa tidak enak. Dari bangun tidur Eliza sudah merasakan ketidaknyamanan itu. Sebenarnya, subuh tadi Eliza sempat terbangun sebentar, namun karena rasa kantuk ditambah tubuhnya sedang dalam kondisi tidak fit, Eliza memutuskan untuk kembali tidur dan berakhir bangun kesiangan.
Eliza mulai khawatir jika orang-orang curiga padanya. Meskipun Eliza menyembunyikannya dengan baik saat ini, pasti suatu hari akan terbongkar. Seperti peribahasa, tidak ada asap kalau tidak ada api. Yang perlu Eliza lakukan sekarang hanyalah menunggu waktu kapan semua orang akan tahu kebenarannya.
Gadis itu memilih menghela napas, kemudian membasuh wajahnya sekali lagi agar wajahnya tak terlihat pucat. Setelah cukup lama berada didalam kamar mandi, Eliza langsung bersiap-siap, mengganti bajunya dengan baju yang lebih hangat⸺yeah, meskipun San Fransisco tidak turun salju, tapi suhu udaranya lumayan dingin.
Eliza langsung menuruni anak tangga begitu dia selesai dengan persiapannya dan langsung menghampiri Dion dan Carlos yang kini tengah menghias pohon natal.
"Ada yang bisa aku bantu?" ujar Eliza pada dua laki-laki dihadapannya. "Oh, iya dimana ayah dan ibu?"
"Ibu sedang memasak di dapur, ayah sedang berada di halaman belakang⸺sedang menyiapkan tempat untuk makan malam bersama." ujar Dion, dengan tangan yang masih memasang umbul-umbul disekitaran pohon natal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard But Easy
FanfictionJonathan Darrel pertama kali bertemu dengan Eliza Fern di studio lukis milik temannya. Jonathan tahu kalau Eliza menyembunyikan sesuatu darinya; lebih tepatnya dari semua orang. Sama seperti dirinya. Jonathan kira dia adalah satu-satunya orang yang...