18

42 1 0
                                    

Johan Alexander Rey sedikit tergesa dari koridor menuju studio rekaman musik yang berada di W Label⸺tempatnya bekerja⸺hari ini dia resmi menjadi manajer dari Jonathan Darrel⸺setelah sebelumnya ditunjuk oleh beberapa pejabat perusahaan. Dia cukup senang bisa bekerja sama dengan Jonathan, apalagi sebelumnya dia sudah sering mendengar nama Jonathan yang memang cukup terkenal dari beberapa orang disekitarnya, terutama para remaja.

Begitu memasuki ruang studio, ia langsung menghampiri Jonathan yang saat ini sedang istirahat⸺duduk diatas sofa sembari memegang kedua pelipis dengan sebelah tangan. Sementara tangan sebelahnya memegang sebuah naskah lirik lagu yang akan menjadi lagu perdananya ketika debut nanti.

“Sebaiknya tenangkan dirimu, kau sepertinya sedang kepikiran akan sesuatu.” sahut Johan setelah duduk disebelah Jonathan. Tangannya terulur memberikan sebuah botol air minum pada laki-laki disebelahnya. “Minum dulu.” katanya lagi.

Jonathan menerima minuman pemberian Johan, kemudian meneguknya. Setelah itu ia kembali berkutat pada naskah lirik lagu ditangannya dan sedikit menghela napas. “Nadanya terlalu tinggi, aku belum pernah bernyanyi dengan nada setinggi ini.” keluhnya. “Kalau kita revisi bagaimana?” tanyanya.

“Entahlah, tapi orang-orang sudah memilih lagu ini untuk kau nyanyikan. Kalau kita revisi, sepertinya akan memakan waktu yang cukup lama untuk debutmu.”

“Apa tidak bisa direvisi dibagian nada tingginya? Aku akan cari cara supaya bridge ini tersambung dengan bagian lainnya.”

“Mungkin kau bisa diskusikan pada Mrs. Russel. Siapa tau dia bisa membantumu.” balas Johan. Well, Mrs. Russel adalah komposer di W Label dan dia memang terkenal perfeksionis, tapi dia mau mendengarkan masukan orang-orang di perusahaan, termasuk para artis yang berada dibawah W Label.

“Yah, mungkin setelah ini aku akan menemuinya.” ujar Jonathan, pasrah.

“Jangan terlalu gegabah. Kurasa kau memang harus banyak berlatih untuk nada tinggi, kau tidak bisa terus menerus berada di zona nyaman. Anggap ini adalah tantanganmu, sebelum memasuki dunia hiburan yang sebenarnya.” balas Johan. Ia menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan Jonathan. Laki-laki disebelahnya itu seolah kepikiran akan sesuatu, namun ia tak mau memberitahu.

Tidak lama setelahnya, Jonathan bangkit dari duduknya sembari mengacak rambut belakangnya, seolah gusar akan sesuatu. Dia kemudian membalikkan badannya ke arah Johan.

“Apa aku bisa menelepon seseorang sekarang?” tanya Jonathan pada manajernya.

Johan mengangguk. “Tentu saja.” jawab laki-laki itu tanpa ragu. Kemudian ia melihat Jonathan mengeluarkan ponsel di kantong celananya. Beberapa saat setelahnya, Jonathan menempelkan ponsel tersebut ke telingannya.

Ketika sambungan telepon tersambung, Jonathan langsung berseru, “Carlos! Bagaimana keadaan Eliza?” itu adalah pertanyaan pertama yang dilontaran oleh Jonathan kala teleponnya tersambung dengan Carlos. Terjawab sudah alasan kegusaran seorang Jonathan Darrel.

Diamnya Carlos diujung sana, membuat Jonathan semakin gusar dan penasaran. Sebelah tangannya ia genggam kuat-kuat, mencoba menguatkan diri jikalau hal yang tidak diinginkan terjadi pada Eliza.

“Carlos?” tanya Jonathan sekali lagi, seolah menuntut Carlos untuk bersuara.

“Keadaan Eliza masih sama seperti sebelumnya. Tapi, dokter akan melakukan yang terbaik. Kau bisa fokus pada debutmu saja.” jawab Carlos pada akhirnya. Carlos tahu kalau kata-katanya barusan tidak akan membuat Jonathan puas.

“Maksudmu, dia masih belum sadar setelah operasi?” tanya Jonathan yang membuat Carlos bungkam. Kebungkamannya membuat Jonathan paham bahwa Eliza saat ini sedang tidak baik-baik saja, kemungkinan gadis itu untuk kembali sadar sangat amat kecil. Terakhir kali Jonathan dengar bahwa Eliza dioperasi lagi, tapi setelah menjalani operasi terakhirnya Eliza tidak pernah terbangun.

Hard But EasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang