7

54 10 1
                                    

Eliza mengusap kedua telapak tangannya⸻mencari kehangatan setelah masuk ke dalam apartemen Jonathan. Yeah, gadis itu tidak langsung kembali ke toko bunga Amelia. Setelah kejadian mengharukan tadi, Eliza memutuskan untuk menemani Jonathan, katanya dia mau bicara jujur dengan ibunya dan dia minta ditemani⸻kalau-kalau sesuatu yang buruk terjadi dan dia butuh teman untuk membuatnya merasa lebih nyaman.

Eliza menurutinya, toh Amelia tidak memaksa Eliza untuk bekerja di toko bunga⸻begitu juga dengan Carlos. Jadi Eliza merasa hal tersebut tidak akan membuat dua orang itu perlu mempermasalahkannya. Lagipula, Eliza sudah mengirimkan pesan pada Amelia kalau dia mau menemani Jonathan mencari hadiah natal untuk ibunya.

Yeah, memang benar, tadi Eliza sempat pergi ke salah satu toko pernak-pernik natal untuk membelikan hadiah ibu Jonathan. Kata Jonathan, dia mau memberikan langsung kado pada ibunya untuk pertama kali⸻setelah kabur selama beberapa tahun.

"Maaf, ya, apartemenku berantakan, belum sempat beres-beres." Kata Jonathan, ketika mereka sampai dibagian ruang tengah yang terhubung langsung dengan dapur.

"Tidak apa-apa." Sahut eliza singkat.

Dia memilih untuk duduk di sofa dekat perapian kecil yang baru saja Jonathan nyalakan. Suhu udara saat ini benar-benar membuat Eliza bisa mati kedinginan.

"Kau mau minum minuman hangat?" tanya Jonathan menawarkan.

"Boleh, aku mau teh hangat."

Kemudian Jonathan berlalu menuju dapur kecilnya dan mulai membuatkan teh hangat untuk Eliza⸻bahkan sampai terdengar suara cangkir dan kompor yang dinyalakan.

Mendengar Jonathan yang sibuk di dapur, Eliza pun bangkit dan berjalan menuju jendela didalam apartemen Jonathan. Salju memang belum turun, tapi suhu udara makin hari makin terasa begitu dingin. Eliza pikir, mungkin sebentar lagi salju akan turun.

Sembari memeluk dirinya sendiri, pikiran Eliza mulai melalang buana. Eliza mulai berpikir, apa yang akan dia lakukan setelah ini? Cepat atau lambat semua orang pasti akan tahu, seberapa besar dia menyimpan rahasia gila ini.

Eliza hanya bisa menghitung waktu dan menikmati hari sekarang. Rasanya Eliza tidak ingin hari ini berubah dan berganti. Tetapi, mau tidak mau, Eliza mesti menghadapinya apapun yang terjadi.

Eliza merasa, sebentar lagi pasti orang tuanya akan memanggilnya dan menyuruh Eliza kembali ke rumah.

"Apa salju pertama sudah turun?" tanya Jonathan yang mebuat Eliza terkesiap. Gadis itu langsung berbalik dan menatap Jonathan yang kini tengah meletakkan dua cangkir teh hangat diatas meja.

Eliza menggeleng. "Aku sangat menantikan salju pertama datang."

"Biasanya salju pertama turun menjelang hari natal, tapi kemungkinan datang lebih awal, karena suhu udara sekarang lebih dingin dari sebelumnya." Jelas Jonathan setelah duduk di sofa⸻diikuti oleh Eliza.

"Sepertinya menyenangkan merayakan natal ditengah salju." Sahut Eliza sambil menyeruput tehnya.

"Omong-omong Eliza, apa kau keberatan kalau rencana skating kita saat hari natal dimajukan? Hm... aku pikir saat hari natal aku mau menemui keluargaku, tapi kalau kau tidak⸻"

"Tidak! Aku tidak memaksa. Kita bisa melakukannya kapan saja, kan? Yang penting kau berkumpul dengan keluargamu." Ujar Eliza memotong omongan Jonathan.

"Kau tidak keberatan?"

Eliza tersenyum simpul, "tentu saja, tidak. Aku malah senang sekarang kau bisa bertemu dengan keluargamu lagi."

Jonathan pun tersenyum, matanya terlihat berbinar. "Terima kasih. Aku tidak tahu mau bicara apalagi." Jonathan begitu terharu.

Hard But EasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang