9

53 5 1
                                    

Eliza Fern mengusap kedua telapak tangan yang terbungkus sarung tangan. Saat ini cuaca sangat dingin, bahkan lebih dingin dari kemarin. Eliza sampai harus menggunakan mantel dua lapis super tebal, untuk menetralisir rasa dingin. Sementara itu, disebelahnya Carlos sedang sibuk dengan ponselnya⸻mengetik pesan untuk Amelia. Yeah, sesuai janji beberapa waktu lalu, hari ini mereka memang berencana untuk pergi ke The Rink At Rockefeller Center untuk skating. Yang Eliza tahu, tempat tersebut memang tempat ikonik untuk skating di New York.

Eliza dan Carlos menunggu selama kurang lebih dua puluh menit, sebelum akhirnya yang ditunggu menampakkan diri diujung jalan. Well, itu adalah Amelia dan Jonathan. Kemarin mereka bilang akan berangkat dari Studio Carlos karena tempatnya cukup dekat menuju The Rink.

Eliza langsung tersenyum sumringah ketika tanpa sengaja melihat siluet Jonathan Darrel yang perlahan mendekatinya⸻mendekat ke arah studio. Gadis itu lalu menyenggol lengan Carlos dengan sikunya, hingga membuat Carlos menjatuhkan pandangan ke arah yang sama dengan Eliza. Dan saat itu juga, Carlos melihat Amelia dengan rambut panjangnya⸻ditutupi beanie, jaket tebal berwarna cokelat, celana hitam, dan boot yang sering dia pakai. Gadis itu selalu tampak cantik dimata Carlos.

"Maaf, ya, kalian jadi menunggu lama." ujar Amelia ketika mereka sampai.

"Amelia harus berdandan dulu sebelum bertemu denganmu." Celetuk Jonathan, membuatnya mendapat tatapan menusuk dari Amelia⸻tanpa laki-laki itu sadari.

Carlos menanggapinya dengan tawa, kemudian dia mengelus rambut belakang Amelia dengan lembut. Melihat hal tersebut, membuat Jonathan menjauh sebelum dia jadi obat nyamuk. Jonathan pun memilih mendekati Eliza yang sejak tadi melihat keakraban mereka dari jauh.

"Kenapa diam saja?" tanya Jonathan, membuat Eliza yang tadinya fokus pada sang kakak, langsung menoleh pada Jonathan. Gadis itu langsung mengerutkan dahinya.

"Aku kenapa?"

"Kau hanya diam saja, tidak menyapaku." Jelas Jonathan.

Eliza langsung menggeleng. "Aku hanya kepikiran sesuatu." Katanya.

"Tentang keputusanmu untuk pulang?"

Eliza mengangguk, dia lalu menatap Jonathan tepat dikedua mata laki-laki itu. "Aku sudah terbiasa disini dan rasanya berat meninggalkan New York."

Jonathan tersenyum tipis. "Jangan begitu, disana ada keluargamu. Mereka pasti merindukanmu sampai disuruh pulang, padahal kau baru saja tinggal di New York."

Kini giliran Eliza yang tersenyum tipis. Sebenarnya alasannya bukan itu, ingin sekali dia mengucapkan kalimat tersebut. Hanya saja ia masih belum bisa. Entah sampai kapan dia harus merahasiakan hal ini pada semua orang.

"Hei, ayo kita berangkat!" sahutan Carlos itu berhasil membangkitkan semangat Eliza lagi. Saat ini dia tidak boleh bersedih. Hanya untuk hari ini saja. Setidaknya ia ingin membuat kenangan indah bersama Jonathan sebelum dia pergi. Tentunya Eliza akan merindukan Jonathan setelah ini.

Mereka pun berjalan menyusuri jalanan Kota New York yang ramai ditengah situasi menjelang hari natal. Hiruk pikuknya membuat kota ini tidak pernah padam, selalu ada saja orang-orang yang pergi ke luar rumah disaat dingin seperti ini.

Musik-musik khas hari natal terdengar mendominasi. Eliza beberapa kali berhenti didepan toko pernak-pernik natal untuk melihat pajangan toko yang terlihat cantik. Bahkan Jonathan sampai harus memegang dan menarik tangan gadis itu, supaya tidak hilang ditelan jutaan manusia yang saat ini tengah melenggang.

"Kau belum pernah ke New York?" tanya Jonathan ditengah riuhnya suara orang-orang.

Eliza menggeleng. "aku tidak punya teman untuk pergi jauh."

Hard But EasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang