Suara tepuk tangan itu membuat semua orang yang berada diatas panggung menghentikan aktivitas mereka dan langsung berkumpul di tengah panggung, sementara seorang wanita paruh baya mendekat menaiki panggung.
Yeah, saat ini Eliza dan teman-teman teaternya sedang melakukan latihan untuk pementasan 'Beauty and the Beast' yang akan ditampilkan pada saat perayaan sebelum malam natal. Eliza digadang sebagai tokoh utama wanita dalam drama musikal yang di remake dari cerita aslinya. Sementara lawan mainnya adalah Vian, yang menjadi beast.
Ketika Miss Anne⸺wanita paruh baya yang menghampiri para pemain sandiwara⸺ berada diatas panggung, mereka semua langsung terdiam dan seluruh mata terfokus pada wanita itu.
"Latihan yang bagus. Aku sangat menyukainya." Kata Miss Anne. Raut wajah yang awalnya sumringah, mendadak langsung luntur begitu melihat Eliza. "Sebenarnya kalian sudah cukup bagus, hanya saja ada sedikit coretan kecil yang harus diperbaiki."
Wanita paruh baya itu menghela napas, kemudian dia berkata, "oke, kalian semua boleh bubar. Kecuali, Eliza."
Eliza sedikit tersentak begitu namanya disebut oleh Miss Anne⸺selaku pembimbing dalam pementasan. Setelah semua kerumunan bubar, Eliza perlahan menghampiri Miss Anne dengan kepala yang tertunduk.
Wanita paruh baya itu langsung melipat kedua tangan didepan dada sambil menatap Eliza penuh tanya dalam sinar matanya yang tegas.
"Bisa kau jelaskan kenapa kau terlihat tidak konsen selama latihan?" tanya Miss Anne.
"Maaf, aku hanya kurang fokus saja. Lain kali ini tidak akan terjadi lagi." Jawab Eliza.
Miss Anne menghela napas, jengah. "Ini sudah berulang kali, pementasan tinggal sebentar lagi dan kau masih bisa bilang begitu." Wanita itu menurunkan tangannya dan memilih berkacak pingang, "jangan buat aku menyesal memilihmu sebagai murid terbaik untuk jadi pemeran utama."
"Apa kau ada masalah, Eliza?" tanya Miss Anne, berusaha memastikan bahwa murid kesayangannya tak memendam sesuatu.
Eliza menggeleng. "Tidak ada sama sekali, aku hanya... sedikit gugup, karena sebentar lagi pementasannya akan digelar."
"Yakin?"
"Tentu."
Miss Anne mengangguk, "okay, kalau begitu, buktikan kata-kata mu itu dan jangan buat aku kecewa, mengerti?"
Eliza pun membalas ucapan Miss Anne dengan sebuah anggukan. Setelahnya, wanita itu pergi dan menyisakan Eliza yang berdiri ditengah panggung besar itu. Kalau bicara soal hari kemarin, Eliza tidak pernah menyangka kalau dirinya akan dipasangkan dengan Vian sebagai pemeran utama dalam drama nanti.
Eliza juga tidak pernah menyangka kalau acara hindar-menghindarnya akan jadi sekacau ini. Dan Eliza semakin tidak menyangka bahwa niat untuk memeriksakan diri saat itu adalah awal dari kehancurannya.
Awalnya Eliza hanya berniat memeriksakan diri karena dia mengalami gangguan pencernaan. Waktu itu Eliza merasa sedikit terganggu pada bagian perutnya. Apalagi pementasan sudah dekat, otomatis Eliza harus menjaga kesehatannya. Namun saat Eliza memeriksakan diri, semua mimpi buruk itu datang. Membuat Eliza langsung terpuruk, sampai tidak konsentrasi latihan. Mungkin orang-orang mengira Eliza tidak fokus latihan karena Vian⸺well, sebagian orang tahu kalau beberapa waktu lalu Vian sempat menyatakan perasaan pada Eliza⸺dan kejadian tersebut bersamaan dengan diagnosis dokter yang menyatakan kalau Eliza terkena Kanker Pankreas stadium tiga.
Setelah semuanya selesai, Eliza pun turun dari panggung untuk segera mengemas barang-barang dan pergi menemui Dokter Jo⸺Dokter keluarga Eliza. Saat baru turun dari panggung, Eliza dihadang oleh Vian. Wajahnya terlihat begitu khawatir.
"Kau baik-baik saja?" tanya laki-laki itu. Namun Eliza hanya membalas dengan dehaman singkat. Saat Eliza akan pergi, tanganya kembali ditahan oleh Vian. "Aku belum selesai bicara." Katanya.
Eliza pun menghela napas lagi. "Apa lagi?"
"Apa semua ini gara-gara aku? Kau jadi tidak fokus dalam latihan."
"Bukan." Jawab Eliza singkat.
"Tidak biasanya kau sampai ditegur oleh Miss Anne, apa benar tidak ada masalah?"
Merasa jengah, gadis itu pun menatap Vian penuh pengharapan. "Tolong, saat ini aku butuh waktu sendiri."
Mengerti dengan keadaan Eliza, Vian pun segera melepas tangannya yang mencengkram pergelangan Eliza. Kemudian ia pun melihat Eliza menjauhi dirinya, meninggalkan area panggung.
Eliza Fern langsung mengambil semua barangnya yang ada di loker dan memasukkannya ke dalam tas. Tepat saat dia sedang mengemas barang-barangnya, Hillary datang dengan senyuman miring di wajah, seperti tengah meremehkan Eliza.
"Untuk pertama kalinya seorang Eliza Fern dimarahi oleh Miss Anne." Katanya, kali ini dia tersenyum lebar. "Aku penasaran apa yang dilakukan Vian sampai membuatmu tidak fokus." Gadis itu kini bersandar pada loker dibelakangnya, sembari menatap Eliza yang kini terhasut oleh bicaranya.
Eliza sempat menghentikan aktivitasnya sesaat, kemudian dia melanjutkannya lagi.
"Apa Vian menidurimu, makanya kau jadi begini?"
Dapat Hillary lihat, Eliza mulai tersulut emosi. Terlihat dari caranya menghela napas lalu berkacak pinggang. Tak perlu menunggu lama, Eliza pun berbalik dan menatap Hillary dengan tatapan garang.
"Jaga mulutmu itu! Asal kau tahu, kau tidak tahu satu pun hal tentang aku. Lebih baik kau diam!"
"Kenapa? Aku berhak bicara, kan?"
"Aku akan pastikan kau menyesali ini semua."
Hillary tertawa ringan, "Oke, coba saja."
Setelah perdebatannya dengan Hillary selesai, Eliza kembali mengemasi barang-barangnya. Ia tidak peduli lagi bagaimana orang-orang kini memandangnya. Saat ini yang Eliza butuhkan adalah istirahat dan menghindari dunia teatrikal, karena dunia itu penuh dengan kebohongan.
Eliza langsung menenteng tasnya pergi dari ruang penyimpanan, namun ada satu perkataan yang membuat Eliza terenyuh begitu mendengar Hillary bicara.
"Seburuk apapun masalahmu, aku harap kau baik-baik saja, karena masih ingin bersaing denganmu."
Kemudian Hillary pergi dari tempatnya, meninggalkan Eliza yang masih terdiam ditempatnya. Dalam diamnya, Eliza berusaha membuat keputusan terbaik untuk dirinya sendiri. Bagaimana seharusnya ia bertindak. Dan Eliza tahu, apapun keputusan yang ia ambil pasti akan menimbulkan pertanyaan besar dipikiran orang-orang.
Dan saat ini, keputusan yang ia ambil sudah bulat. Mungkin ini terakhir kalinya dia berada dalam dunia teater, karena setelah ini Eliza tidak akan pernah kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard But Easy
FanficJonathan Darrel pertama kali bertemu dengan Eliza Fern di studio lukis milik temannya. Jonathan tahu kalau Eliza menyembunyikan sesuatu darinya; lebih tepatnya dari semua orang. Sama seperti dirinya. Jonathan kira dia adalah satu-satunya orang yang...