Part 3 (Pov Sabiru)

11.4K 403 13
                                    

Gerimis membungkus kota. Air langit itu membasahi bumi sejak satu jam yang lalu. Menciptakan hawa dingin yang menembus tulang. Namun, itu tak menyurutkan niatku untuk menerobos rintik hujan yang tetesannya serupa jarum yang menusuk kulit.

Pasalnya sudah berjanji pada separuh jiwaku untuk tidak telat pulang. Hari ini Kamila tengah berulang tahun yang ke dua puluh enam tahun. Aku ingin merayakan hari jadi wanita mungil itu dengan menikmati makan malam di luar. Namun, sepertinya agenda itu harus dibatalkan. Karena hujan yang turun kian menderas saja.

Setelah memakai mantel hujan dan memasang helm, aku mulai menstater motor besar kesayangan. Sempat melambaikan tangan pada beberapa teman kantor yang memilih menunggu hujan reda. Dengan kecepatan yang sedang, kuda besi yang kutumpangi membelah hujan.

Ketika melewati sebuah toko tas, aku menepikan motor. Lalu memarkirkan kendaraan dan berlari kecil masuk ke toko tersebut. Tidak butuh waktu lama aku sudah menemukan barang yang dicari. Karena tahu apa warna favorit Kamila.

Maka tanpa ragu lagi kuambil sebuah tas kecil berantai dengan warna emas yang berkilau. Sembari tersenyum tipis, aku membayangkan wajah Kamila yang akan mengukir senyum tulus saat menerima kado sederhana ini.

Setelah membayar tas tersebut di kasir, kembali aku melajukan arah motor menuju rumah. Rasanya sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan perhiasan duniaku. Walaupun sudah dua tahun membina mahligai pernikahan, tetapi aku masih merasa seperti pengantin baru yang selalu saja didera rasa rindu menggebu bila berpisah sekejap. Itu karena perlakuan Kamila yang begitu tulus melayani.

Dengan menambah kecepatan laju motor, sampai juga aku di peraduan mungil ini. Bergegas kumasukan motor kesayangan ke garasi kecil rumah. Lalu dengan langkah yang ringan lekas menuju pintu.

"Assalamualaikum ...."

Aku mengucap salam sembari mengetuk pintu. Tepat di ketukan ke tiga, daun pintu terbuka lebar. Namun, mataku menyipit heran melihat sosok perempuan yang menyembul dari dalam. Siapa dia?

Aku kian dibuat terkesiap melihat sosok gadis yang menyambut. Dengan kaos putih tanpa lengan pendek dan celana hitam ketat yang membungkus kaki jenjangnya, gadis ramping itu berdiri tegak dan melempar senyum ramah padaku. Dilihat dari garis muka pemudi di hadapan sangat mirip dengan istriku. Mirip banget malah.

"Kak Sabir, ya?"

Gadis itu menyapa. Terdengar begitu lembut, walau tak semerdu suara Kamila. Setelah dua detik terdiam, aku mengiyakan sapaan gadis itu dengan anggukan kecil.

"Aku Nabila. Adiknya Kamila."

Gadis berambut sebahu itu kembali mengulas senyum ramah. Tak sungkan pula dia mengulurkan tangan padaku.

"Mas ...."

Belum sempat aku membalas jabatan gadis itu, datang sang belahan jiwa dari dalam. Setelah mengelap tangannya pada celemek yang melekat di badan, wanita berhijab merah muda itu meraih tanganku. Kamila mencium dengan takzim punggung tanganku seperti biasa.

"Oh ya, Mas. Kenalkan ini yang namanya Nabila. Adik aku yang tinggal di Medan bersama ayah." Kamila mengenalkan sang adik ke padaku.

Aku mengangguk ramah pada gadis berkulit kuning langsat di hadapan. Dan dibalas anggukan ramah juga oleh gadis bergigi gingsul itu.

Setelah merasa cukup perkenalannya, Nabila kembali masuk menuju dapur. Sementara aku berjalan beriringan menuju kamar pribadi bersama Kamila. Di kamar tamu terlihat ada seorang pemuda memasuki bilik tersebut.

"Siapa dia?" tanyaku merasa asing.

"Calonnya Bila." Kamila menjawab dengan enteng.

Kami lantas masuk ke kamar pribadi. Begitu masuk dengan cekatan Kamila membuka lemari untuk menyiapkan handuk dan baju ganti untukku. Penuh kelembutan kupeluk wanita mungil itu dari belakang.

Mahkota yang Terenggut (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang