Mukena Baru

6.8K 316 63
                                    

#Mahkota_yang_Terenggut

Mukena Baru

Di suatu sore yang cerah, Nabila baru saja ke luar dari
kamar mandi usai membersihkan badan. Dengan rambut yang masih basah, wanita itu melangkahkan kaki menuju ruang tengah. Tempat di mana Ibu dan suaminya tengah berbincang ringan. Nabila menghempaskan pelan tubuhnya di samping Ibu yang sedang membelai-belai sebuah mukena berwarna hijau tosca. Nabila menduga pasti Sabiru yang telah membelikannya. Di meja juga tergeletak sebuah baju koko putih yang masih rapi terbungkus plastik.

"Eh ... La. Lihat ... Sabir baru aja beliin ibu mukena. Cantiiik banget. Mana warnanya sesuai kesukaan ibu," ujar Ibu semringah. Wanita itu memeluk mukena itu dengan senyum yang mengembang.

"Aku gak dibeliin?" tanya Nabila datar.

Sabiru tersenyum kecil. "Punyamu ada di kamar," jawabnya seraya menatap sang istri yang terlihat begitu segar dengan rambut yang masih basah. Aroma harum shampo yang menguar  harum membuat Sabiru menahan napas. Nabila begitu seksi sore ini di matanya. Pipinya yang chubby karena menambahnya berat membuat Sabiru ingin sekali menjawil pipi mulus itu. Sayangnya itu hanya angan semata, karena hingga detik kini sikap Nabila masih datar. Hanya saja tidak sedingin dahulu.

"Kenapa tumben belanja-belanja barang beginian?" Pertanyaan Nabila membuyarkan angan Sabiru yang tengah melalang entah ke mana.

"Enggak ... kebetulan tadi temen kantorku mba Yenika Koesrini-"

"Siapa dia? Kayaknya kamu gak pernah bilang punya teman kantor yang namanya dia deh," sela Nabila dengan tampang curiga.

"Ada ... itu lho yang dateng pas nikahan kita pake hijab pink."

"Mana ingat," sela Nabila melengos.

"Itu lho ... yang jualan sambel Mantan kesukaanmu. Sama novel yang kamu baca kemarin ... Senandung dan Pasca Cerai itu kan karya dia," papar Sabiru panjang.

"Oh ... ya, aku ingat. Yang orangnya manis itu kan? Ada tahi lalat di tepi bibirnya?"

"Nah  ... itu inget," sahut Sabiru lega.

"Oh ... jadi selain nulis novel, jualan sambel, dia juga jualan mukena juga?" tanya Nabila mulai melunak.

"Ya. Aku liat mukenanya cantik, bahan sutra velvet yang halus sepertinya nyaman dipake buat ibadahmu. Makanya aku beli buat Ibu dan kamu," terang Sabiru kalem.

"Ihhh ... kamu memang menantu kesayangan, Sabir. Tau aja ibu butuh mukena baru buat sholat tarawih nanti. Makasih, ya," ucap Ibu berseri.

"Sama-sama, Bu." Sabiru membalas dengan senyum tipis.

Nabila sendiri tidak bersuara. Dirinya menderapkan langkah menuju kamar pribadi. Meninggalkan Ibu dan Sabiru yang masih asyik berbincang. Begitu sampai kamar, terlihat mukena cantik jualane otor Yenika Koesrini tergeletak di ranjang.

Nabila meraih kain berwarna shocking pink itu. Dibelainya kain halus berenda-renda besar itu. Dengan hiasan kristal yang berkilau , mukena pemberian dari Sabiru tampak begitu anggun. Tiba-tiba angan Nabila melayang ke masa lima tahun silam. Saat dirinya masih berusia delapan belas tahun. Kelas dua belas SMA.

Sore itu, usai mengikuti tambahan pelajaran seperti biasa Nabila akan mampir ke sebuah toko kue. Tempat di mana kue-kue buatan ibu tirinya dititipkan. Namun, sepertinya hari ini hari yang jelek bagi Nabila. Pasalnya kue-kue yang ia titipkan masih tersisa banyak. Hanya laku beberapa butir saja.

Nabila gamang. Dirinya takut pulang ke rumah. Pasalnya, jika dia pulang dengan sedikit uang maka sang ibu tiri akan mencak-mencak dan memarahinya. Nabila bukan tipe anak pendiam yang selalu mengalah pada perangai ibu tiri, tetapi dirinya juga tak kuasa melawan wanita sihir itu.

Mahkota yang Terenggut (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang