Part 13(Pertengkaran)

7.7K 461 54
                                    

Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Kian hari perutku semakin membuncit. Dan usia kehamilanku  purnama ini menginjak bulan ke enam.

Sudah dapat kurasakan pergerakan janin di dalam sana. Gerakan dan hentakan calon bayiku terasa begitu kuat. Sehingga sering kali membuat aku terkejut. Dan yang lebih menyenangkan hati adalah berkurangnya rasa mual dan muntah. Nafsu makan pun  sudah lumayan membaik. Sehingga berat badanku kini pelan-pelan mengalami kenaikan.

Sepertinya hormon dalam tubuh telah menyesuaikan keadaan. Karena sekarang  aroma atau yang wewangian yang dulu begitu memabukkan, kini sudah tidak terlalu mengganggu. Badan yang lemah kini kembali terasa bugar.

Namun, keseharianku masih sama. Hanya berdiam diri di rumah tanpa  ada kegiatan. Sehingga rasa bosan kerap melanda jiwa. Beberapa kali Ibu menyuruh untuk ikut kelas ibu hamil atau kegiatan lainnya. Namun, aku menolak. Karena akan ada peran seorang suami jika mengikuti kelas ibu hamil. Dan aku tidak mau berinteraksi terlalu dekat dengan Kak Sabiru. Hubungi kami harus tetap renggang. Sehingga bila nanti aku meminta perceraian darinya, prosesnya akan mudah.

Entahlah hingga detik ini, rasa benciku pada lelaki itu belum juga padam. Bahkan semakin menjadi. Kadang menyesali diri kenapa waktu itu mau saja memenuhi permintaan terakhir Kamila. Karena bagiku pernikahan ini begitu menyiksa. Di sisi lain, aku sangat membenci bahkan selalu menginginkan hal buruk menimpa pada Kak Sabiru. Sementara di sisi lain, aku dituntut untuk berbakti pada pria itu. Patuh dan hormat pada imam dalam hidupku itu.

Kerap kali Ibu memberiku petuah mengenai pentingnya menghormati seorang suami. Memberi wejangan tentang betapa berdosanya seorang istri bila tidak tunduk patuh pada suaminya. Kadang pula Ibu mengajakku menghadiri kajian-kajian di majelis taklim yang ia ikuti. Berharap aku dapat menimba banyak ilmu dari kegiatan itu.

Sebagai anak yang berbakti, aku menuruti ajakan Ibu. Lagi pula kegiatan itu sangat menyenangkan. Karena selain bisa menyerap ilmu, hati pun terasa tenteram damai bila mengikuti kajian tersebut.

Setiap hari Jumat Ibu akan menutup florist-nya lebih awal. Karena hari itu adalah jadwalnya dia mengikuti kajian grup majelis taklimnya . Dan seperti sore ini, kami berdua tengah bersiap untuk menghadiri kegiatan tersebut.

“La ... sudah siap belum? Jangan kelamaan nanti terlambat!” seru Ibu memperingatkan dari luar kamar.

“Iya, Bu. Sebentar. Lagi pasang hijab ini,” balasku pun sambil memasang dalaman hijab yang berbahan rajut itu dengan cermat.

Aku yang memang jarang berhijab kadang sering merasa kesulitan bila disuruh cepat-cepat memakai penutup kepala. Beberapa Ibu menyarankan agar aku memakai hijab instan saja atau pastan dan sejenisnya, tetapi aku enggan memakainya. Karena menurutku, wajah ini akan terlihat seperti ibu-ibu bila mengenakan hijab langsung jadi seperti itu.

Sebenarnya itu hanya asumsiku saja. Karena buktinya Ibu dan para tetangga yang tahu keseharianku, akan memuji bila melihatku memakai hijab baik yang segi empat atau langsung jadi. Akhirnya, setelah berkutat dengan jarum pentol hingga beberapa menit lamanya aku selesai juga memakai hijab segi empat ini.

Tersenyum puas aku menatap pantulan diri di cermin. Kembali terdengar Ibu berseru. Sepertinya wanita itu sudah berada di ruang tamu. Itu terdengar dari perintahnya yang setengah berteriak. Tas tangan berwarna hitam yang tergeletak di ranjang lekas kusambar. Ketika baru saja hendak membuka pintu, pintu sudah lebih dulu terkuak.

Wajah Kak Sabiru menyembul dari luar. Aku menyipit melihat kedatangannya. Cepat amat dia pulang kerja. Oh ya lupa, bukankah akhir-akhir ini dia sering pulang lebih awal. Katanya disuruh Ibu untuk menemaniku yang sendirian di rumah, supaya tidak kesepian. Padahal sudah kularang, tapi pria ini begitu patuh pada perintah mertuanya. Walaupun sebenarnya dia kerap kali mendapat perlakuan dingin dariku. Entah mengapa Kak Sabiru masih saja tetap bertahan.

Mahkota yang Terenggut (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang