Mukena Untuk Ibu dan Adik Tiriku

7.6K 319 25
                                    

#Mahkota_yang_Terenggut

Mukena Untuk Ibu dan Adik Tiriku

"Dari tadi senyam-senyum mulu liatin hape. Ada apa sih?" Si bumil jutek Nabila mendekati suaminya yang tengah serius dengan gadgetnya. Wanita itu duduk di sebelah Sabiru dengan pandangan tak suka. Pasalnya dari semenjak pulang kantor sang suami malah asyik mainan ponsel.

"Eh ... enggak. Ini mba Yenika lagi ngerayu aku," jawab Sabiru santai sembari terus menatap layar datarnya. Tanpa sedikitpun mau menoleh Nabila.

"Apah ... merayu?" Nabila bertanya dengan mata membulat dan suara yang setengah berseru. Bibir wanita itu mencibir kecut.

Sabiru mengalihkan pandangan dari ponsel ke wajah sang istri. "Iya ... merayu aku buat beli dagangannya. Padahal beberapa waktu lalu aku udah borong mukenanya buatmu, Ibu, Elma, Tante Mirna, dan Kiara. Eh ... dia nawarin lagi. Udah aku tolak, tapi mba Yenika pantang menyerah. Ni lagi ngerayu mulu," papar Sabiru panjang lebar.

"Kalo ada rejeki dibeli dagangan temanmu kan baik, Nak Sabir. Saling berbagi rejeki." Tiba-tiba Ibu datang menimpali, lalu duduk di seberang putrinya.

"Iya sih, Bu. Kebetulan juga aku lihat mukena cantik. Bahannya bagus dan unik, tapi masalahnya kalo aku beli mau dikasih siapa? Kan kalian baru aku belikan seminggu yang lalu." Sabiru berasalan.

"Kamu bisa beli untuk ibu dan adik tiriku di Medan." Nabila menyambar. Sabiru dan Ibu saling berpandangan. "Iya. Kalo aku emang niat beli dagangan temanmu mba Yenika itu, tolong belikan mukena buat mereka. Kasihan ...." Nabila menjeda omongan. Wanita itu menunduk menatap lantai. "Ayah adalah tulang punggung kami dulu. Setelah Ayah tiada bagaimana nasib mereka sekarang?" Nabila menggeleng pelan. "Aku bahkan jarang menghubungi mereka." Nabila mendesah. Wanita itu diliputi rasa bersalah.

"Ya sudah Nak Sabir, tolong penuhi permintaan istrimu, ya," pinta Ibu kemudian.

"Ya, Bu," jawab Sabiru mantap. "Sekalian aku pesan gamisnya juga buat mereka. Mba Yenika juga jualan gamis cantik plus khimarnya. Apa kalian mau dipesankan gamis juga?" tawar Sabiru manis.

"Wahhh ... tentu saja mau dong, Nak." Ibu berseru semringah, sedangkan Nabila diam saja. Namun, hati wanita itu menghangat.

"Ya udah ... silahkan Ibu dan Bila pilih sendiri warna dan modelnya."

Sabiru menyerahkan ponselnya pada Ibu. Wanita paruh baya itu antusias menerimanya, lantas segera menscroll gambar-gambar berbagai gamis dan mukena.

"Lihat, La! Cakep-cakep bener ini gamisnya." Ibu memperlihatkan layar ponsel itu pada sang anak. Nabila turut mengamati. "Ibu mau gamis yang ini ya, Nak Sabir," pinta Ibu sambil menunjuk gamis cantik berwarna biru dongker.

"Oke," sahut Sabiru enteng. "Kalo Bila mau yang mana?" Ia menatap sang istri.

"Aku yang ini aja." Nabila menunjuk gamis berkhimar pink kalem.

"Oke."

"Untuk Ibu dan adik tiriku juga sama seperti ini modelnya, bedain warnanya aja. Terserah mau warna apa," pinta Nabila lagi.

"Oke. Kalo mukenanya?" Kembali Sabiru bertanya.

"Terserah kamu," sahut Nabila pendek. "Pilihkan yang mana menurutmu baik aja."

"Oke. Ya udah ... aku hubungi mba Yenika dulu ya."

Setelah mendapat anggukan setuju dari Nabila dan Ibu, Sabiru berlalu.

"Nabila ... tau kenapa ibu begitu menyayangi Sabir?" tanya Ibu usai Sabiru pergi. Nabila menggeleng. Ibu mengulum senyum. "Karena Sabir begitu baik dan perhatian. Dia memperlakukan ibu layaknya ibu kandung sendiri." Mata Ibu menerawang.

"Ya memang seharusnya seperti itu kan, Bu." Ucapan Nabila sukses membuat Ibu mengerucut bibir. "Sudah ... Bila mau mempersiapkan makanan untuk berbuka dulu."

Nabila bangkit dari duduk. Wanita itu melangkah menuju dapur. Sepanjang jalan dirinya tersenyum mengakui kebenaran omongan Ibu.

'Ya Kak Sabiru memang orang baik. Oke ... hari ini akan kubuatkan makanan kesukaan dia ... soto ayam,' batin Nabila riang.

Fin.

Novelnya masih bisa dipesan ya untuk kloter kedua. Bagi yang belum datang bukunya mohon bersabar, lagi otw kok. Oh ya yang minat gamis dan mukena Nabila bisa japri nomer aku ye.

Wa.me/6281225224075

Mahkota yang Terenggut (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang