CHAPTER 3 -- PROBLEM LUHAN

42 5 0
                                    


Luhan baru saja sampai di rumahnya, setelah pulang dari perusahaan Wu Oil Factory. 'Menjadi asisten? Tidak buruk' pikirnya. Dia lalu memasuki rumahnya. Dia mengernyit, rumahnya terlihat banyak orang dengan penasaran dia langsung menuju ke arah ruang tamu.

Betapa kagetnya disitu dia melihat ada Minho, Yansu, ibu dan ayahnya serta kedua orang tuanya Minho. Luhan lalu berjalan dengan malas, baru saja dia mau melewati mereka dia langsung dihentikan oleh panggilan ibunya.

"Luhan, sini sayang!" Pinta ibunya, Luhan dengan berat hati menuju ke arah ibunya.

"Ada apa, eomma? Aku sangat lelah, biarkan aku ber-istirahat sebentar saja" ucap Luhan seraya ingin pergi, namun tanganya langsung dicekal oleh ibunya.

"Duduk dulu, sebentar saja dan sapa bibi dan paman!" Pinta ibunya lagi, dalam hati dia merutuki ibunya itu, sudah tau itu adalah orang tua mantan pacarnya, ibunya masih menyuruh-nya untuk menyapa mereka, sudah tau dia tidak enak hati. Dia lalu menuju ke arah dua pasangan suami-istri paruh baya itu.

"Halo bibi, halo paman" sapa Luhan sedikit mengbungkukkan badan-nya, kedua suami-istri itu pun tersenyum.

"Hai Luhan, bagaimana keadaan mu nak?" Tanya yuri -ibu Minho, Luhan membalasnya tersenyum.

"aku baik, bibi" jawab Luhan

"Luhan kamu duduk dulu!" Pinta ibunya lagi, dia lalu memutar bola matanya malas dan duduk disamping ibunya.

"Nah, kami ingin membicarakan tentang pernikahan Minho dan Yansu" kata ibunya, sesekali Luhan mencuri pandang ke arah Minho, pria itu terlihat bahagia. Dia lalu mengernyit mendengar perkataan ibunya.

"Lalu apa hubungannya denganku?" Tanya Luhan bingung, semua orang yang berada di ruangan itu menatapnya.

"Tentu saja, inikan pernikahan saudara kembarmu" jawab ibunya sambil tersenyum, dan itu membuat Luhan bértambah mélas mendengar perbincangan ini.

"Jadi pernikahannya akan kami percepat menjadi dua hari lagi" kata ayah Minho, membuat Luhan langsung membulatkan matanya.

"Jadi apa kau mau menjadi pengiring pengantin wanita-ku?" Tanya Yansu dengan nada yang membuat Luhan bertambah kesal.

Jika ada orang yang berpikir kalau hubungan kedua kembar ini akrab, maka itu salah besar, semenjak usia mereka menginjak 18 tahun, mereka tidak pernah akur dan setiap harinya selalu berdebat, dan mereka sudah bisa dibilang sebagai musuh bebuyutan.

Luhan lalu tersenyum sekilas ke arah Yansu "maaf, aku tidak bisa karena aku harus bekerja" jawab Luhan berdiri dari duduknya.

"Kenapa tidak minta izin saja?" Tanya ayahnya sambil menyesap teh-nya.

"Tidak bisa, aku Baru saja bekerja, tidak mungkin karyawan baru, baru saja masuk sudah meminta izin, yang ada aku akan dipecat karena tidak profesional" jawab Luhan dengan wajah datar dan dingin.

"Sudah selesaikan? Kalau begitu aku permisi. Aku ingin ber-istirahat" laniut Luhan lalu dia berlalu dari ruang tamu dan menuju kamarnya.

Untuk apa berlama-lama disana, itu hanya akan mebuatnya susah melupakan pria brengs*k itu, apalagi pria itu tidak mengatakan satu patah kata-pun padanya.

"Mungkin dia masih sakit hati" kata Yansu sambil tersenyum miring.

"Kamu tidak boleh berkata seperti itu, dia-kan juga saudaramu. Kalau dia tidak mau menjadi pengiring pengantinmu, suruh saja temanmu yang lain, bukannya kamu sangat banyak teman?" Tanya ibunya

"Tentu saja, aku bahkan tidak sudi ingin menyuruhnya, aku hanya mengetest-nya saja, benarkan honey?" Tanya Yansu pada Minho yang duduk disampingnya, pria itu hanya menganggukan kepalanya.

'Kasihan sekali kau Luhan, sekarang saatnya kau mengalah padaku' batin Yansu sambil tersenyum miring.

[][][][][]

"Suho, kau bisa tolong bantu mencarikan padaku, seluruh informasi tentang Xi Luhan?" Tanya Kris pada Suho, saat ini dia sedang berada di club sahabat-nya itu.

"Kenapa tidak suruh Kai saja?" Tanya Suho balik.

"Dia lama jika ingin mencari informasi seperti itu, apalagi bukan keinginannya" jawab Kris, Suho tidak menggubrisnya.

"Luhan? Teman kencan barumu?" Tanya Suho sambil mengambil dua gelas wine.

"Tidak kali ini bukan teman kencan. Aku berniat menjadikan-nya senagai milik-ku" jawab Kris sambil meneguk wine-nya yang baru diberikan oleh Suho.

"Wow.. ternyata seorang Kris sudah merasakan apa yang artinya 'cinta'?" Goda Suho sambil bersiul.

"Cinta? Kurasa tidak kamu tau aku tidak pernah ingin merasakan apa yang artinya itu 'cinta'" ucap Kris

"Benarkah? Siapa tau suatu saat kamu jatuh cinta pada..siapa namanya tadi? Luhan " balas Suho dan meneguk wine-nya. Kris hanya tersenyum miring menanggapi perkataan sahabat-nya itu.

'Cinta' kata itu sangat mustahil untuknya, dia tidak pernah merasakan cinta dan tidak akan, seperti yang dibilang oleh orang-orang, bisa dibilang dia hanya terobsesi, bukan menyukai ataupun mencintai. 'Brakk... '

Meja digebrak oleh orang yang baru saja datang diantara mereka, dan itu membuat Kris dan Suho menatap heran orang di depannya ini, siapa lagi kalau bukan Kai.

"What's wrong ?" Tanya Suho, Kai tidak menggubris pertanyaan-nya, dia langsung merebut wine yang dipegang oleh Suho dan meminum-nya dengan sekali teguk.

"Dasar sialan, Chanyeol. Dia memberitahu eomma kalau aku melakukan hal itu dibelakang-nya" jawab Kai.

"Lalu apa yang akan Eomma lakukan?" Tanya Kris, Kai menatap Kris sekilas.

"eomma, menyita seluruh kartu kreditku" jawabnya dan kembali meneguk wine-nya, ralat wine milik Suho.

"Kau seperti anak kecil saja, bahkan ibumu saja masih ingin menyita kartu kredit-mu, jika Kau melakukan hal itu" Kai tidak menggubris perkataan Suho, dan memilih meneguk wine-nya.

"Lalu sekarang kenapa kau masih minum?" Tanya Kris heran, kalau ibunya menyita kartu kredit-nya berarti dia tidak membawa uang untuk membayar wine yang dia minum itu.

"Ini punya Suho" balas Kai, dia tau kalau dia meminum wine tanpa membawa uang, dan Kris pasti tidak akan membayar untuk-nya, bisa dibilang Kris itu sangat pelit.

"Ya sudah, kalau begitu aku pergi. Dan ingat Suho carikan itu untuk-ku" kata Kris berdiri dari tempat duduk-nya. Kai yang mendengar perkataan Kris mengernyit bingung.

"Mencari apa?" Tanya Kai. Kris menoleh ke arahnya sekilas, dan melihat jam tangannya.

"Kau tidak usah tau urusan-ku" jawab Kris

"Hei, apa kau tidak mau bersenang-senang? Sudah beberapa hari ini mereka menganggur" tanya Suho, Kris langsung menatap ke arah sekumpulan wanita yang sedang menari itu.

"Tidak, akhir-akhir im' aku kurang mood, kalau mereka menganggur, suruh saja Kai" kata Kris beranjak dari tempatnya dan berjalan keluar dari club itu.

"Dasar kembaran tidak tau diri, sudah tau aku tidak membawa uang dia masih memancing-ku" guman Kai, Suho yang mendengar itu hanya tertawa, lalu dia melanjutkan pekerjaan-nya dan meninggalkan Kai yang masih meneguk wine-nya.


To be contunie,,,,,,

AMOR VERDADEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang