"Saya terima nikah dan kawinnya Ayunda Permana binti Hamzah Permana dengan mas kawin tersebut, Tunai." Suara ijab qobul itu terus menggema di telingaku. Sakit, benar-benar sakit. Disaat hati telah ikhlas dengan takdir, kenyataan pahit harus kutelan. Sedikitpun aku tidak bisa mengecap manisnya pernikahan.
Hati wanita mana yang tidak hancur ketika belum genap sehari harus menerima kenyataan pahit dimadu. Malam pertama berbalut luka, air mata mengalir deras kala kamar pengantin bertabur kelopak mawar harus kutempati sendiri. Memeluk angin berteman sepi.
Dia, pria yang telah sah menjadi imamku, tega menghempas impian keluarga bahagia yang baru saja kurangkai. Dengan sekali tarikan nafas, mengakad wanita lain tepat di malam pertama pernikahan kami.
Mengapa dia tidak melihatku sebagai wanita yang lebih dahulu dia persunting sebagai istri? Tidak bisakah dia sedikit saja menoleh padaku? Disini akulah yang tersakiti.
🍁🍁🍁
Assalamualaikum, saya kembali dengan kisah baru. Cerita ini bukan berlatar pesantren seperti sebelumnya, meski begitu nanti ada sedikit saja adegan yang mengarah kesitu.
Mohon doanya njih🙏
Wassalamu'alaikum wr.wb.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Akad [On Going]
SpiritualFollow sebelum baca Sebuah keadaan membuatku terjerat ikatan pernikahan yang tak kuinginkan. Ketika perlahan hati mulai ikhlas dengan takdir, dia tega menyisihkanku. Membangun kebahagiaan sendiri dengan wanitanya tanpa peduli lukaku. Haruskah aku...