Haikuan mengecup kedua kelopak mata Zhuocheng. Ada senyum yang terpatri di bibir itu. Seorang Wang Zhuocheng menanyakan status padanya, bukankah itu hal yang luar biasa?
"Ge.."
Haikuan meletakkan telunjuknya tepat di bibir Zhuocheng.
"A-Cheng, kau tahu bagaimana perasaanku dengan jelas. Mm, tapi aku akan memperjelas semuanya. Aku.. mencintaimu dan aku ingin kau menjadi milikku. So, maukah kau bersamaku?"
Jawaban Zhuocheng benar-benar membuat Haikuan agak terkejut. Dia tak menyangka Zhuocheng akan mengangguk perlahan. Mengingat hubungan mereka kemarin tak baik. Haikuan meraih Zhuocheng ke dalam pelukannya. "Terima kasih A-Cheng. Aku mencintaimu."
Haikuan membopong Zhuocheng ke kamar mandi. Membiarkannya mandi, sementara dia membuat makanan.
🍨
Yuchen menatap saudara tirinya, Zhu Zanjin. Kemarin setelah dia bertanya pada Peixin soal lencana yang katanya hilang tiga hari sebelum kejadian itu, seorang sepupunya yang lain menemuinya dan mengatakan jika lencana Peixin jatuh lalu seseorang memungutnya. Katanya sih mau dikembalikan ke orangnya, tapi nyatanya lencana itu justru nyasar di BU. "Siapa yang memungutnya?" Tanya Yuchen.
"Zhu Zanjin."
Itulah sebabnya dia mengamati Zanjin. Ya, kalau dipikir lagi agak aneh rasanya kalau itu Zanjin. Sedangkan bocah itu tak terlalu mengenal Xiao Zhan.
"Apa hubungannya Zanjin dan Xiao Zhan? Setahuku mereka bahkan tak pernah berinteraksi. Kalau itu Zhuocheng itu mungkin saja terjadi. Tunggu dulu.." Yuchen sepertinya teringat sesuatu.
"Jangan-jangan..."
Yuchen berjalan menghampiri Zanjin di ruang baca rumah megah mereka. Melihat Yuchen, Zanjin menampilkan senyuman terbaik yang dia punya.
"Peixin kehilangan lencananya, katanya kau yang memungutnya. Sudah kau kembalikan?" Tanya Yuchen santai. Dia terlihat mengaduk-aduk beberapa buku di rak. Zanjin tersenyum.
"Sudah. Begitu kutemukan langsung ku kembalikan."
Yuchen melirik Zanjin.
"Peixin bilang dia belum menemukan lencananya."