🍁🍁🍁
Zhuocheng mengeliat saat merasa sesuatu mengusik matanya. Cahaya silau yang ternyata cahaya matahari yang menembus celah gorden dalam kamarnya. Zhuocheng menyadari ada sesuatu yang salah disini. Dipinggangnya melingkar lengan kuat dan kokoh milik seseorang. Siapa lagi kalau bukan milik Haikuan.
Baru saja dia akan bangun, nyeri di bagian bawahnya membuatnya kesal setengah mati pada orang yang tidur nyenyak disampingnya itu. Ingin rasanya dia memukul wajah tampan itu, tapi...ah sudahlah.Perlahan Zhuocheng bangun dan berjalan tertatih ke kamar mandi. Membersihkan diri setelah itu dia berencana pergi ke dapur. Kalau memanggang roti untuk sarapan rasanya dia masih bisa. Namun, saat keluar dari kamar matanya masih melihat Yibo duduk berlutut di depan kamar Xiao Zhan.
"Bocah itu pasti sejak semalam tidak tidur dan terus berada di sana."
Telinganya masih mendengar rintihan dan tangis ketakutan sepupunya. "Patutlah dia tidak bisa tidur. Mendengar suara raungan kekasihnya memilukan seperti itu."
Zhuocheng kembali ke kamar. Dia tidak jadi membuat sarapan. Dia tidak akan tega untuk makan selama sepupunya bahkan masih meraung seperti itu. Saat dia kembali, Haikuan baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat mendung di wajah kekasihnya, Haikuan segera menghampirinya. Dia menyampirkan selimut pada Zhuocheng yang duduk dekat jendela.
"Ini dingin. Jangan duduk di depan jendela."
"Adikmu masih berlutut di depan pintu kamar Zhan-ge. Kau tidak bermaksud untuk membujuknya istirahat? Dia tidak beranjak dari sana sejak semalam."
"Akan kulakukan, tapi dia cukup keras kepala. Aku tidak tahu apakah ini berhasil atau tidak."
Selang beberapa menit, Haikuan kembali. "Bagaimana?" Tanya Zhuocheng.
"Mamamu sudah menyuruhnya untuk tidur. Sekarang dia sudah tidur di sofa. Kata-kata ku tak mempan padanya."
Haikuan menyerahkan segelas susu pada Zhuocheng. Pria itu menerimanya tanpa protes dan meminumnya pelan-pelan.
"A-Cheng, jujur aku penasaran. Apa yang terjadi saat itu hingga Zhan Zhan bisa seperti ini."