[🔔]
Warning! : Mature Content! / Adult only.Note: Bagi yang mengira Yibo sudah mengenal Sean, jawabannya adalah TIDAK. Itu pertemuan pertama mereka. Penjelasan kenapa Yibo mengetahui nama Sean, ada di percakapan dia bersama Bingyan di bawah ini ⬇️ (Bagian sarapan). Keterangan lebih jelasnya ada di chapter mendatang.
----
"Aaghhh, mmhhh," Yibo mendesah melampiaskan sensasi ngilu setelah rasa sakit itu pudar, ia mengintip penisnya sebentar untuk memastikan masa depannya masih berbentuk wajar."K-kenapa …?!" Batang miliknya menggeliat, membesar dan mengalirkan getaran tak tertahankan ke seluruh tubuh.
Yibo segera menutup celananya lalu memasang tatapan marah pada sosok yang duduk santai di atas ranjang sana. Bagaimana bisa penisnya tiba-tiba dibuat aktif dengan cara tak senonoh seperti itu?!
"Kau! Kau memang sakit jiwa?! Beraninya kau me—"
'Ting!'
Suara alarm pintu berbunyi.
Keduanya bereaksi cepat, Yibo langsung menggelinding masuk ke kolong ranjang, sedangkan Sean memasang rantai ke kakinya sendiri lalu pura-pura tidur.
"Sialan, dimana aku meninggalkannya? Apa di sini?" Nona perawat menyalakan lampu ruangan dan menggeledah tumpukan handuk di dalam laci. Ia melihat sebuah jepit rambut tergeletak di bawah lantai lalu memungutnya. "Ketemu!"
Ketika ia berbalik badan, Sean sudah dalam posisi duduk sambil menatap ke arahnya. Pelayan itu sempat kaget tapi dengan cepat, ia meluruskan kembali ekspresi wajahnya. "Tuan Sean, kau tidak tidur? Apa kau mau kubantu tidur?"
Sean menggelengkan kepala. Tapi pelayan itu tidak berhenti, ia memasukan cairan obat ke dalam jarum lalu menyuntikannya ke tangan Sean. "Semoga kau mimpi indah," gumamnya lalu melangkah ke arah pintu.
Setelah perawat itu pergi, Yibo merangkak keluar sambil menahan sensasi panas dingin yang tiba-tiba menggerayangi. Ketika penisnya tergesek lantai, sekujur tubuhnya seperti tersengat aliran listrik.
Namun si pelaku ternyata sudah terbaring bisu di atas ranjang. Hanya dalam hitungan detik setelah mendapat suntikan, lelaki berparas manis itu langsung terlelap.
Dengan kondisi seperti ini, memarahinya pun jelas tak berguna. Yibo memandanginya beberapa saat dengan penis yang masih berkedut-kedut, ia tatap tangan kurus yang dengan licik memelintir batang sucinya itu.
"Bahkan ketika melihat majalah porno, batang suciku tidak bereaksi sekuat ini. Apa karena dipelintir?! Karena akhirnya pilar kesucianku merasakan sentuhan perdana?" Yibo berdebat dalam batin tentang bagaimana caranya agar sensasi ngilu yang mengganggu ini lenyap. Seluruh tubuhnya terasa sangat tidak nyaman.
"F*ck! F*ck!" Kepalanya terasa panas, keringat mulai menyembul dari pori-pori kulitnya.
Yibo melepas baju lengan panjangnya dan melemparnya ke lantai, otot tangan dan penampakan roti sobek bersembunyi di balik kaos tipis tanpa lengan yang ia kenakan. Ditambah dengan bantuan keringat, abs sempurna itu nampak seksi mengkilap.
"Ini tidak bagus." Yibo berjalan terhuyung menuju pintu, namun naas, pintunya tidak bisa dibuka! Sample sidik jari si perawat sudah tidak bisa terdeteksi mesin pintu, ia terkunci di dalam!
"AAAAAA!!!" Yibo meraung sambil menonjok pintu, lalu merosot duduk di lantai. Ia berusaha mengendalikan napasnya yang terasa berat lalu memandang lelaki lemah di atas ranjang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF I'M IN LOVE?! [Tamat✓]
Fanfiction[Gagal Revisi, Dibuang Sayang] Semuanya bermula dari kutukan sang adik, Wang Bingyan, "Aku harap kau juga merasakannya! Aku harap kau akan menjadi seorang gay!" Wang Yibo, seorang homophobic, bertemu dengan 'sang karma', Sean Xiao. Sebuah insiden me...