Seoul, Korea Selatan.
"Wuahhh, keren sekali!" Bingyan berlarian di halaman depan. Koper yang ia jatuhkan di atas rerumputan hijau, Hansung pungut lalu ia seret ke depan pintu masuk utama.
Rumah bergaya Jepang bertingkat 2 itu berdiri di area jauh dari keramain pusat kota. Suara kicauan burung dan desiran angin yang menerpa pepohonan menjadi nyanyian merdu di telinga, ditambah dengan pemandangan sunset yang terlihat sangat dramatis dari tempatnya berdiri.
"Bingbing, ayo masuk," ajak Hansung sambil melambaikan tangan.
"Apa ini rumahmu?"
"Mn, rumah mendiang ibuku. Rumah keluargaku," jawab Hansung sambil membuka pintu.
Bingyan tahu bahwa kedua orangtua Hansung sudah tiada, dan karena ingin menjaga suasana ceria, sebisa mungkin ia menghindari topik pembicaraan yang sensitif. "Sebelum ke China, kau tinggal di rumah sebesar ini sendirian? Kau pasti sangat kesepian."
"Aku ... Tidak tinggal sendirian."
Clek.
Pintu terbuka.
Begitu masuk ke dalam, Bingyan kembali dibuat kagum dengan interior rumah ini. Ada banyak tanaman hias di dalamnya, aquarium besar berisikan ikan-ikan cantik yang berenang dengan tenang, lukisan artistik, dan patung-patung hewan. Semuanya yang terlihat begitu tertata dan memanjakan mata.
Memiliki rumah secantik ini bukan hal yang mengejutkan mengingat bahwa ibu—tiri—Hansung adalah seorang pejabat tinggi ketika masih hidup.
Ayah Hansung hanya seorang pengelola pabrik arak kecil sebelum ia menikah dengan Nyonya Xiao yang kini berganti marga menjadi Ny. Park.
Pernikahan antara pria Korea dan wanita China itu berlangsung 5 tahun yang lalu. Tiga tahun kemudian, kisah keduanya harus berakhir dalam kecelakaan mobil tragis."Kamar kita di lantai 2."
"Kau bilang kau tidak tinggal sendirian, apa maksudmu ... Mungkin ada pelayan di sini?"
Hansung tersenyum lalu mengangguk kecil. "Juga saudara tiriku."
"Saudara tiri?!" Bingyan nampak terkejut. Selama ini Hansung memang tidak banyak bercerita tentang keluarganya, hanya sekilas garis besar tentang latar belakangnya yang ia bagi dengan Bingyan.
Hansung menambahkan,"Dia adalah anak ibu dari suami pertamanya. Usianya kira-kira sebaya dengan kakakmu."
"Lalu dimana dia? Aku ingin berkenalan!" tanya Bingyan dengan begitu bersemangat.
"Dia ada di basement bawah, dia sakit," jawab Hansung sambil mengusap keningnya tak karuan ketika menyebutkan kata 'sakit'.
"Sakit?" Bingyan terdorong untuk mengajukan pertanyaan lain namun tiba-tiba Hansung menyambar badannya dari belakang, memeluk.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF I'M IN LOVE?! [Tamat✓]
Fanfiction[Gagal Revisi, Dibuang Sayang] Semuanya bermula dari kutukan sang adik, Wang Bingyan, "Aku harap kau juga merasakannya! Aku harap kau akan menjadi seorang gay!" Wang Yibo, seorang homophobic, bertemu dengan 'sang karma', Sean Xiao. Sebuah insiden me...