🦋
🦋
🦋🦋
"Hansung? Hansunggg ~~~" Bingyan merayap dari selimut.
Orang yang sedari tadi ia panggil masih sibuk menatap layar komputer sambil sesekali mengeluarkan makian.
"Hansung!" Bingyan melempar bantal.
Hansung lalu menoleh dan tersenyum. "Oh, kau sudah bangun?"
"Sudah dari 3 jam yang lalu!"
"Maaf, aku terlalu fokus sampai tidak memperhatikanmu."
Bingyan lalu bangun dan duduk di pangkuan Hansung, ia menjadikan tubuhnya sebagai penghalang antara mata Hansung dan layar komputer.
"Apa kau tidak tidur semalaman?"
"Sean menghilang, aku tidak bisa melacak keberadaannya lagi," jawab Hansung dengan mimik wajah gelisah.
"Lalu, apa kau punya rencana lain?"
Hansung lalu memutar kursinya sambil memegangi pinggang Bingyan. "Orang suruhanku bilang Sean melukai dirinya sendiri untuk mencabut alat pelacaknya. Dalam kondisi yang tidak bagus, bagaimana mungkin dia bisa melarikan diri semulus ini? Ngomong-ngomong, Apa kau tahu kemana kakakmu pergi?"
Bingyan menggelengkan kepala. "Tidak tahu. Dia memang sering menyelinap keluar rumah. Biasanya dia kabur untuk menemui pacarnya atau berkumpul dengan teman-temannya."
Tiba-tiba terdengar suara hantaman keras dari luar.
"Sekali lagi," ucap Fen Shua sambil memangku kedua tangan.
Penjaga berbadan tambun itu lalu menendang lagi, tapi pintu kamar Yibo begitu kokoh dan tidak berderit sedikit pun.
"Apa jangan-jangan Yibo bunuh diri? KALIAN TENDANG PINTUNYA BERSAMAAN!" teriak Fenshua panik.
Tiga penjaga mundur ke belakang, mereka mengambil ancang-ancang untuk kembali mendobrak pintu. Tapi sebelum kaki mereka dihantamkan, pintu terbuka dan ketiganya terhuyung ambruk ke dalam.
Yibo memandangi sang ibu dengan napas terengah-engah. Lututnya berdarah akibat jatuh dari pagar belakang rumah, membuatnya harus serta berjuang menahan denyut yang lumayan menyakitkan. "Kenapa berisik sekali?"
"Yibo?! Apa-apaan kau ini!" Fen Shua masuk dan mengunci pintu dari dalam setelah mengusir para pengawalnya pergi.
"Aku sudah mendengar semuanya dari Bingyan. Sejak kapan kau menjadi orang bodoh? Mengurung diri di kamar hanya karena seorang wanita?!"
Plak!
Kepala Yibo digeplak gemas.
Tanpa perduli dengan wajah Yibo yang terlihat lelah dan tertekan, Fen Shua lalu melanjutkan, "Jika ayahmu tahu, apa kau masih punya wajah untuk berhadapan dengannya? Siapa wanita itu? Sehebat apa dia sampai membuat putra pertama keluarga Wang, yang terhormat menjadi lemah begini?! Sekarang cepat kau ganti baju dan antar aku!"
"A-antar kemana?" Yibo celingukan.
"Antar ke tempat wanita itu tinggal! Aku ingin bicara dengannya."
"HAAA????"
---
Kepala Sean berputar ketika ponselnya berbunyi. Ia taruh kembali pisau yang sedang ia asah lalu segera menjawab panggilan. "Mn, ada apa?"
Yibo mengeluarkan suara penuh teror dari sambungan telepon, "CEPAT BUKA LEMARI YANG WARNA PUTIH DAN KENAKAN WIG JUGA PAKAIAN RAPI!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF I'M IN LOVE?! [Tamat✓]
Fanfic[Gagal Revisi, Dibuang Sayang] Semuanya bermula dari kutukan sang adik, Wang Bingyan, "Aku harap kau juga merasakannya! Aku harap kau akan menjadi seorang gay!" Wang Yibo, seorang homophobic, bertemu dengan 'sang karma', Sean Xiao. Sebuah insiden me...