35

4K 434 32
                                    

Tangan yang tadinya memeluk erat tubuh yang mendekap dirinya berlahan terlepas.
Kedua tangan terkepal di samping badan.

Tangis kian besar.

Seulgi menghela napasnya.
Dia melepas dekapannya.

Jihyo tertunduk tidak berani menatapnya.

"Aku akan pergi beli makan dulu" ujar Seulgi sembari berlalu pergi. Dia tidak tau harus berbuat apa lagi.

Kecewa sudah pasti dia rasakan.
Jihyo masih menolak dirinya.

Hembusan napas kian besar.

"Seulgi..." Jihyo memanggil.

Langkah terhenti.
"hm?"

"cepat kembali" lirih gadis Son itu

Seulgi memutar tubuhnya. Dia menatap Jihyo yang masih menundukkan kepala.
"Aku tidak akan lama"

Krek..
Pintu tertutup.

Mendengar itu membuat Jihyo terduduk di atas sofa.

Tangan terangkat menghapus jejak air matanya.

"Apa yang harus ku lakukan?" lirihnya

Punggung disandarkan di sandaran sofa. Mata sembabnya menatap lekat langit-langit apartement.

Hah~

Hari ini begitu melelahkan.
Hari pertama yang tidak menyenangkan sama sekali.

Kalau tahu akan seperti ini, Jihyo tak akan mau menerima tawaran Prof.Lee untuk di pindahkan ke Korea.

Dalam bayangannya sebelumnya, Dia akan kembali bertemu dan berkumpul bersama keluarganya, dia juga bisa berinteraksi dengan pasien di tempat barunya bahkan dia juga bisa menggunakan bahasa Korea dengan leluasa tanpa harus mendengar bahasa Inggris lagi.

Dia sama sekali tak berharap akan bertemu Tzuyu secepat ini, tapi takdir berkata lain.

"Aku benci takdir bodoh ini!"

Di lain sisi...

Helaan napas terus terussan dikeluarkan.
Tangan memijit pelipis pertanda sedang memikirkan banyak hal.

"Tzuyu-a, gwencana?"

Kepala terangkat.
Sosok wanita yang terus bersamanya selama ini terlihat berjalan ke arahnya setelah terlihat keluar dari sebuah ruangan.

"Bagaimana keadaan Yena?" Tzuyu memberikan pertanyaan lain

"Membaik. Lalu bagaimana denganmu?"

"Aku?"

"Aku sudah lama mengenalmu. Kau pikir bisa menyembunyikan kerisauanmu itu dariku?"

"Elkie ku mohon. Untuk yang ini, aku tidak bisa mengatakan apa-apa"

Wanita bernama Elkie itu menghela napasnya
"Baiklah aku paham"

Tzuyu berusaha tersenyum
"Gomawo"

Elkie mengangguk
"Aku masuk ke kamar Yena dulu" pamitnya dengan sebuah ciuman yang di daratkannya di pipi milik si gadis Kim.

"Ne. Aku akan masuk sedikit lagi"

Elkie mengangguk lagi.

Kala sosok wanita itu menghilang.
Tzuyu segera meraih handphonenya.

Mencari sebuah kontak dan segera menghubunginya.

Lakukan sesuatu untukku!
Ucap Tzuyu kala panggilannya terjawab.

Jihyo side...

Mata terpejam begitu eratnya.
Setelah membersihkan diri dan makan, Jihyo memang langsung tertidur.

Seulgi terlihat duduk di pinggir ranjang. Memperhatikan setiap lekukan di wajah gadis cantik yang tertidur pulas itu.

"Hari ini begitu berat untukmu" lirih Seulgi sembari mengelus lembut pipi Jihyo.

"Seulgi?" Jihyo membuka matanya

Seulgi hanya memberikan senyumnya
"Maaf membuatmu terbangun. Tidurlah lagi"

"Temani aku" pinta Jihyo

Seulgi tidak berpikir dua kali untuk mengabulkan permintaan itu.
Ini bukan pertama kalinya dia dan Jihyo tidur seranjang.

Di kala Jihyo seperti ini, di saat masalah benar-benar membuatnya tertekan.
Seulgi selalu ada untuknya.
Bahkan jarak dua benua yang cukup jauhpun tidak akan menghentikan Seulgi kala Jihyo membutuhkannya.

Pengorbanan yang cukup besar memang.
.

Seulgi masuk kedalam selimut yang sama setelah membaringkan dirinya dengan posisi terlentang.

Jihyo juga terlihat langsung memeluknya.

Senyuman kecil Seulgi tampilkan.
Tangannya mulai mengelus kepala Jihyo dan tangan milik gadis Son itu yang terlihat erat memeluknya.

"Andai saja Tzuyu tidak pernah melakukan hal menyakitkan itu. Senyum mu pasti tidak akan pernah pudar" gumam Seulgi sembari menatap langit-langit kamar.

"......"

Seulgi menatap Jihyo sebentar
"Aku akan berusaha mengembalikkan senyum tulusmu" bisiknya
.
.
Mata mengerjap berlahan kala sinar matahari masuk tanpa permisi menembus tirai jendela.

Tubuh dibangunkan terduduk lalu meregangkannya sedikit.

Kepala menengok ke arah lain.
Sisi ranjang disampingnya kosong.

"Kemana Seulgi?" herannya

Berlahan kaki di menyentuh lantai.
Tubuh dibawanya keluar kamar.

Apartement barunya nampak sangat sepi.
Jihyo mendengus kesal.
Gadis Kang itu meninggalkannya tanpa pamit.

Jihyo akhirnya memilih ke dapur.
Kerongkongannya tampak sangat kering.

Langkah membawanya ke depan lemari es. Hingga sebuah kertas yang tertempel di pintu kulkas itu mengambil atensinya.
Jihyo mengambilnya dan mulai membacanya.

Princess mianhae .
Aku pulang tanpa membangunkanmu.
Aku tidak tega membangunkan princess cantik sepertimu.

"Dasar cringe!" ujar Jihyo disela-sela dia membaca.

Aku lupa kalau aku punya rapat penting pagi ini. Jadi, aku harus ke kantor secepatnya. Ah! Dan soal makanan, aku membeli banyak semalam. Kau bisa memanaskannya.
Makanlah sebelum pergi bekerja.

Seulgi.

Jihyo menghela napas setelah membacanya. Kertas tadi kembali di tempelkan. Dia lalu membuka kulkas dan mulai sibuk mengurus makan paginya.

"Ku harap hari ini baik-baik saja!"

1 jam kemudian...

Jihyo terlihat keluar dari apartementnya.
Dia terlihat siap menjalani harinya sebagai seorang dokter di Negeri kelahirannya itu.

Langkah berlahan keluar dari gedung.

Mata mengarah ke kanan dan ke kiri memperhatikan taksi yang kosong.

Hingga beberapa menit kemudian, dia mendapatkannya.

"Ke rumah sakit Haesung" ujarnya pada sang sopir

"Ne"

Di seberang jalan...
Nampak seseorang memperhatikan gerak gerik Jihyo sedari tadi.

Senyumnya mengembang tatkala menatap gadis itu dari kejauhan.

"Ternyata ini tempatmu" ujarnya senang lalu kemudian berlalu pergi tatkala taksi yang di naiki Jihyo telah menembus jalan yang cukup ramai.

_continue_
.
.
.
Tinggalkan jejak 👣👣

My Beautiful Bodyguard 2 ; Jitzu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang