Chapter 16

657 34 1
                                    

Selamat membaca....

Dua insan anak manusia itu sejak setengah jam saling terdiam walaupun belum tertidur. Mereka saling bertolak punggung.

Della masih terus berpikir tentang permintaan mertuanya. Sedangkan Ben masih galau dengan perasaannya.

"Ben, kau sudah tidur?" akhirnya Della memberanikan diri untuk mengatakan pada Ben.
"Belum."
Della membalikan tubuh menghadap Ben yang masih memunggunginya.
"Mengapa mom dan dad bisa tidak suka pada Roy?"
Pertanyaan Della membuat Ben juga membalikan tubuh. Sekarang mereka saling berhadapan.

Mata Della mengerjap beberapa kali saat melihat wajah Ben dari dekat. Betapa dia tidak menyadari begitu tampan suaminya itu. Dengan dua gigi kelincinya semakin membuat Ben lucu dan juga manis.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya?" Della masih memperhatikan wajah Ben dengan teliti.
"Hanya ingin tahu saja."
"Mereka menganggap Roy telah membawa dampak negatif dalam hidupku. Mereka hanya tidak tahu kalau aku merasa nyaman dan bahagia saat bersamanya." jelas Ben.

"Kalau aku ada diposisi mereka pasti aku juga akan kecewa terhadapmu. Kau adalah anak satu-satunya yang dimiliki mereka."

"Bukankah orang tua juga akan bahagia jika melihat anaknya bisa hidup bahagia?"

"Tidak semua penilaian setiap orang itu sama Ben. Seharusnya kamu bersyukur mempunyai keluarga seperti mereka. Apakah tidak ada keinginan bagimu untuk menyukai lawan jenismu?"

Ben menoleh pada Della, "Apa kamu lupa kalau aku sudah menikahi seorang wanita?"

"Maksudku Ben, apa kamu tidak mau kembali ke kodratmu? Menjadi lelaki sejati, menghilangkan rasa sukamu terhadap kaummu!"

"Kamu pikir aku bukan lelaki sejati. Kamu ingin bukti? Bisa kutunjukkan padamu."
Ben mulai mendekati Della. Sekarang tubuh mereka sudah saling menempel. Della menjadi salah tingkah membayangkan hal yang tidak-tidak.

"Ben....jangan membuatku marah lagi." Della sungguh ketakutan.

Senyum menggoda Ben semakin membuat Della panik.
"Kamu sendiri yang mulai. Aku hanya ingin menunjukkan bagaimana lelaki sejati itu."

"Maaf, bukan begitu maksudku!" Della cepat-cepat meralat pernyataannya tadi.

Ben semakin gemas melihat tingkah istrinya itu.
"Tenang saja aku tidak akan melakukan apapun tanpa seijinmu."
Ben menjauhi Della dan membalikan badan dengan posisi siap untuk tidur.

Della menganga melihat kelakuan laki-laki di sampingnya itu. Dia tidak tahu saja kalau Ben sedang menyembunyikan debar jantungnya yang menggila. Jika tidak teringat Roy mungkin dia sudah menarik tubuh Della dalam pelukannya. Melampiaskan hawa panas dan desiran dalam tubuhnya.

Bahkan sampai tengah malam pun dia masih tidak mengerti mengapa dia begitu bernafsu dengan Della.
Oh benarkah aku terpesona padanya? Sepertinya aku benar-benar mulai menyukainya.

Ben membalikan badan menghadap Della yang sudah tidur terlelap. Dipandangnya wajah polos Della. Tangannya mengelus pelan pipi Della sampai ke bibir yang terus menggoda imannya. Kedua sudut bibir Ben melengkung membentuk senyuman yang penuh arti.
"Aku menyukaimu Della." suara Ben lirih yang hanya didengarnya sendiri.

*
*
*

Della sedang berada di antara kerumunan orang yang duduk menyaksikan kelulusan mahasiswa dan mahasiswi jurusan kedokteran. Ya dia telah memenuhi permintaan Max untuk datang di wisuda Max.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang hadir di aula besar itu. Tubuh Della memang berada di sana namun pikirannya hilang jauh ke tempat lain. Dia terus memikirkan sikap suaminya Ben yang akhir-akhir ini sedikit, tidak namun sangat aneh.

The Gay Man Is My Future Husband ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang