Chapter 26

398 14 2
                                    

Happy Reading...................

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Langit sedikit mendung di waktu menunjukkan pukul 1 siang. Butik minimalis itu tidak terlalu ramai dikunjungi. Satu mobil BMW warna putih terpakir di depan halaman. Pemilik mobil itu adalah Haris Purnomo seorang Direktur dari perusahaan tekstil cukup ternama. Biasanya Haris datang sendirian ke butik BEAUTY SHOP, kali ini dia menggandeng seorang wanita cantik dan anggun. Wanita berhijab itu bernama Anita yang merupakan calon istri Haris. Mereka mendatangi butik itu bertujuan untuk fitting baju pengantin yang dipercayakan oleh Shilla. Dan rancangan tas dari Della akan diberikan sebagai souvenir para undangan. Orang kaya memang berbeda.

Maka dari itu Della beberapa minggu ini terlihat lebih sibuk dan sering lembur agar pesanan dari calon pengantin siap pada waktunya. Hal itu juga yang membuat Ben suaminya tambah uring-uringan kepadanya. Ben menuduh Della ada hubungan special dengan pelanggannya itu. Padahal Della sudah menjelaskan bahwa pria pelanggannya itu sudah akan menikah. Namun, rasa cemburu seakan membutakan mata dan hati Ben.

Kesibukan Della membuat Ben merasa diabaikan. Ben merasa bahwa istrinya sudah tidak menginginkannya, karena kekurangannya. Ben semakin dilanda kegalauan saat ini karena seharian ponsel istrinya tidak bisa dihubungi. Akhirnya Ben mendatangi butik sang istri. Langkah kaki Ben berhenti di depan pintu masuk saat melihat istrinya duduk dan bercengkrama dengan pria yang sudah membuat hubungan rumah tangganya memanas. Ben mengurungkan niatnya untuk memasuki butik tersebut. Dia kembali masuk ke mobilnya dengan perasaan marah menggebu. Dipukulnya setir mobil yang tidak bersalah itu. Dia langsung menyalakan mobil dan tancap gas.

Ben hanya tidak tahu bahwa istrinya sekedar menemani dan menyambut baik tamunya yang sedang menunggu calon istri yang sedang diukur oleh Shilla. Bahkan di ruangan itu Della tidak berdua saja dengan Haris. Di sana ada kedua teman Della yang lain juga pegawai lainnya. 

Dengan kacaunya Ben menyetir mobil ugal-ugalan. Dia hanya ingin melampiaskan rasa marahnya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ben meminggirkan mobil dan mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Hai, Ben. Bisa bertemu sekarang?"
Tanya seseorang diseberang telpon.

Ben, mengerutkan dahi. "Bukannya masih besok kita membicarakan kerjasama kita?"

"Aku mengajakmu makan siang, bukan untuk membicarakan pekerjaan. Bisa kan?"

"Baiklah, dimana?"

"Kamu tahu Hotel Superior? Disana ada restoran yang menyajikan steak enak. Kita ketemu disana."

"Ok.
Setelah mematikan panggilan Ben meluncur ketempat tujuan janjian makan siang.

Sekarang Ben sudah memasuki lobby hotel bintang lima itu. Dia berjalan menuju sebuah restoran hotel itu. Pandangannya menyisir segala arah mencari temannya tadi yang mengajak makan siang.

"Siang pak, bisa kami bantu?"
Tanya seorang laki-laki berseragam sepertinya waitress.

"Aku ada janji dengan seseorang."
Jawab Ben singkat.

"Boleh saya tahu namanya?"

"Alwi, Alwi Ardiansyah."

"Oh, pak Alwi. Mari saya antarkan ke meja beliau."

The Gay Man Is My Future Husband ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang