Della Pov
Alarm otomatis membangunkanku di setiap pagi. Kuraih HP yang tadi malam kuletakkan di meja samping tempat tidurku. Benar saja sudah jam 04.30 pagi. Aku harus segera bangun. Tunggu dulu, kenapa ada sesuatu yang berat dan keras di belakangku?
"HHaaaaa......!!!" kutendang tubuh seorang pria yang tiba-tiba ada di ranjangku.
BRUKKKK....
Aku sedikit menengok ke bawah melihat siapa pria ini.
"Ben...!" sungguh tidak percaya jika dia tidur di ranjangku.
Astaga, diranjangku? Kusingkap selimutku, untung saja pakaianku masih utuh. Jadi apa yang dia lakukan di kamarku?"Kamu ngapain di kamarku?"
"Kamu...dasar gadis bar-bar...kenapa menendangku!" sepertinya dia marah.
"Siapa suruh kamu tidur di sini. Jangan-jangan kamu mau ngapa-ngapain aku."
"Jangan Ge-Er...aku tidak bernafsu dengan wanita. Apalagi wanita sepertimu."Memangnya aku ini wanita seperti apa. Dia saja yang pria aneh tidak suka dengan wanita. Tapi utung juga sih, kalau tidak bisa-bisa aku di perawani. Ih....ngeri juga kalau dia sampai melakukan itu.
"Sana keluar, aku mau mandi." usirku pada Ben.
"Ini masih pagi, kenapa sudah bangun?"
"Ben, kamu gak sholat?"
"Hah.." dia malah menaikkan satu alisnya.
"Subuhan yuk, kamu yang jadi imam-nya. Sekarang kan kamu suamiku."
"Sholat saja sendiri, aku mau tidur lagi." tanpa menghiraukan ajakanku dia keluar dari kamarku. Dasar manusia penuh dosa. Iyalah kalau dia pria beriman pasti dia tidak akan punya kekasih seorang pria yang menyalahi kodratnya.Hah, ngapain sih ngurusi Ben. Terserah deh, aku mending segera mandi dan sholat subuh. Semoga saja dia dibukakan pintu hidayah ya Alloh....aamiin....
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Hari pertama aku menjadi seorang istri harus kujalani dengan sepenuh hati. Walaupun agak berat melakukannya. Tapi, mengingat ancaman Ben membuatku takut juga. Aku harus bersikap seperti selayaknya istri pada umumnya. Maka, pagi ini aku berencana untuk memasak sarapan kami berdua.
Tadi malam aku sempat melihat dapur yang cukup lengkap dengan perabotan untuk memasak. Jadi aku tidak perlu khawatir akan kesulitan memasak. Untung saja aku sedikit punya keahlian memasak walaupun tidak bisa di samakan dengan chef terkenal atau di restauran mahal. Kata bunda, masakanku cukup enak.
Langkahku berhenti di depan meja makan saat kulihat Ben sudah duduk di sana melihatku dengan pandangan anehnya.
Aku berusaha tidak menghiraukan apapun yang dia lakukan. Aku terus berjalan melewatinya yang tetap melihatku. Aku mulai membuka kulkas melihat-lihat bahan apa saja yang bisa kumasak.
"Kau sedang apa?"
"Kau tidak mengisi kulkasmu?" tanyaku tanpa menolehnya.
"Aku tidak pernah masak, untuk apa ku isi."
Aku menghela nafas. Melihat kulkasnya hanya ada air mineral, soda dan bir. Sekedar buah dan telur saja tidak ada."Adakah supermarket atau minimarket dekat sini?" tanyaku lagi.
"Ada supermarket di ujung jalan. Kenapa, Mau belanja?"
"Iya." aku berjalan masuk ke kamarku sendiri mengambil dompet dan ponsel. Kemudian aku melenggang menuju pintu keluar."Aku antar."
Gerakan tanganku pada kenop pintu berhenti menoleh ke belakangku. Ben sudah berjalan menghampiriku sambil memakai jaket kulit, memakai sepatu. Setelah pintu ku buka, dia keluar tanpa menungguku. Dasar suami gay... Astaga.... Aku menepuk mulutku.Belanja adalah salah satu kegiatan favoritku. Aku sering menemani bunda jika belanja bulanan. Memilih berbagai bahan makan seperti terapi tersendiri bagiku. Melihat jejeran sayuran, buah dan lauk pauk yang segar selalu bisa menggugah selera makanku. Huh, aku jadi rindu masakan bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gay Man Is My Future Husband ✅
RomanceUpdate sesuai mood author Ben Ivander Asher Usia 29 tahun, penerus dari Ash's Corp. Anak semata wayang yang menjadi kebanggaan orang tuannya. Wajah tampan, body sexy, kaya raya tapi mempunyai sifat keras kepala dan suka memerintah. "Kamu harus nur...