Chapter 5

684 23 0
                                    

Impian Della bersama ketiga temannya untuk membuka sebuah butik mulai terealisasi. Empat sekawan itu memang mempunyai bakat fashion masing-masing. Della yang suka mendisain tas, Shilla yang jago dalam bidang pakain, Rara dalam bidang sepatu dan Maya yang selalu mempunyai ide-ide cantik membuat aksesoris. Lengkap sudah.

Dari tabungan masing-masing mereka sudah menyewa sebuah ruko bakal butiknya. Hari ini Rara dan Shilla ditemani Satria mencari kebutuhan butik. Sedangkan Della dan Maya sibuk menata semua produk ke display. Sudah hampir tiga minggu mereka lakukan itu. Untuk pernikahan Della sama sekali tidak memikirkannya. Tidak ada niat untuk mengenal Ben lebih dekat lagi. Terlebih lagi Ben seakan juga masa bodoh dengan rencana para orang tua.

 Terlebih lagi Ben seakan juga masa bodoh dengan rencana para orang tua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Butik yang diberi nama 'BEAUTY SHOP' terdiri dari dua lantai. Lantai satu untuk area display dan lantai dua untuk kantor dan produksi. Desain butik yang sederhana tapi elegan, bercat putih berhiaskan lampu-lampu kecil. Rara yang suka dengan tanaman, memberikan pot-pot kecil tananman di bagian depan. Butik ini adalah impian Della dan kawan-kawan. Tidak ada campur tangan keluarga mereka dalam pembukaan butik ini.

Beauty Shop  dengan perjuangan empat sekawan akhirnya resmi di buka hari ini. Para keluarga, sahabat menghadiri pembukaan yang dilakukan sederhana. Rasa lelah, terbayarkan dengan hasil yang memuaskan. Banyak dari pengunjung menyukai desain mereka. Apalagi produk dari Beauty Shop sangat simpel, nyaman dipakai dan tentu tidak kalah modis dengan merk terkenal dengan harga terjangkau untuk kalangan anak muda.

Hari pertama pembukaan sudah ada yang order produk mereka. Walaupun belum banyak, sudah membuat bangga karena ada yang suka dengan hasil karya mereka.

Di tengah suasana yang masih ramai datang sekelompok keluarga memasuki area butik. Ya keluarga tuan Jay dan Ratna Asher. Di ikuti putra mereka Ben Asher memperlihatkan senyuman yang menawan.

Mereka menghampiri pak Aryo dan istri yang sedang duduk di samping butik yang sengaja di pasang tenda untuk menjamu para tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka menghampiri pak Aryo dan istri yang sedang duduk di samping butik yang sengaja di pasang tenda untuk menjamu para tamu.
"Calon besan dan mantu datang!" suara Ratna bunda Della terdengar renyah.
"Tentu kami datang. Kami juga ingin melihat usaha calon mantu kami." jawab tuan Jay.
"Kamu pasti bangga ya mas Aryo punya putri seperti Della. Mandiri dan bisa berfikiran memulai usahanya sendiri." puji Ratna kemudian.
"Alhamdulillah, Della itu selalu menjadi kebanggan kami."
Ratna melirik Ben, "Oh ya Ben, Della ada di dalam kalau kamu mau ketemu."
"Biarkan Ben makan dulu bun." pak Aryo memotong.
"Saya tadi sudah makan om. Saya ketemu Della dulu saja."

Ben menuju tempat Della berada. Dilihatnya calon istrinya sedang berbicara pada seseorang. Della tidak menyadari bahwa Ben sudah beediri dibelakangnya.
"Ehem..."
Della menoleh seorang yang mendehem. Mata Della sedikit membulat karena kaget dengan keberadaan Ben.

Della menghiraukan Ben sesaat, kembali berbincang dengan wanita di depannya.
"Mbak lihat-lihat aja dulu. Kalau masih belum srek nanti saya bisa buatkan eksklusif buat mbak. Dan dijamin tidak ada duanya." Della tersenyum manis kepada pelanggannya itu.
"Ok." jawab si pelanggan dan berlalu melihat tas-tas hasil desain Della.

Ben sedikit kagum melihat cara Della menawarkan produknya dengan luwes.
"Kamu datang?" Della sudah menghadapnya.
"Ya" jawabnya singkat.
"Sendiri?"
"Gak. Sama daddy dan mommy."
Dan Della hanya 'oh' saja.
"Selamat atas pembukaan butiknya." lanjut Ben datar.
"Terimakasih."
"Aku suka suasana butiknya. Bagus." Della tidak menyangka dengan komentar Ben barusan. Sejak mengenalnya beberapa bulan ini, baru kali ini Ben menunjukkan rasa simpati dengan tulus.
"Baik, aku ke om sama tente dulu. Soalnya baru ngobrol bentar tadi."
"Hmm... " Della hanya mengangguk.

Shilla langsung mendekati Della saat melihat Ben di sana.
"Heh itu tadi Ben?"
"Iya."
"Ih baik banget sih mau dateng ke pembukaan butik calon istri."
Della memutar mata malas.
"Dell, beberapa hari gak liat si Ben, kok dia tambah kece aja. Loe beneran gak demen sama itu cowok?" kali ini Maya ikut nimbrung.
"Gak. Hati gue udah ada Max seorang." jawab Della mantap.
"Gak apa-apa kali Dell kalau loe suka. Max juga gak akan tahu."
"Ah udah lah, dengerin omongan kalian membuat aku darah tinggi." Della pergi meninggalkan kedua sahabatnya itu.

Selama sebulan ini memang para sahabatnya selalu membuat Della geram. Mereka seakan mendesak Della untuk menerima perjodohannya. Bahkan Maya dengan terang-terangan menyuruhnya untuk putus dengan Max. Tentu Della jadi marah mendengarnya.

Tapi bukan tanpa alasan teman-temannya menuyarankan hal tersebut. Selama menjalani coas, Max sudah jarang berkomunikasi dengannya. Della memakluminya, mungkin memang Max sedang sibuk. Namun lagi-lagi Shilla mematahkan keyakinan Della dengan mengatakan kalau Satria yang satu angkatan dengan Max dan juga melaksanakan coas. Tapi masih sempat sesekali mengunjunginya.

Dan sekarang Della dilanda galau luar biasa. Dia termangu memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Max. Diraihnya HP pintarnya, mencari kontak milik Max. Menekan tanda telfon. Dering pertama tidak diangkat. Dering kedua tidak diangkat. Dering ketiga juga tidak diangkat. Della menyerah. Menarik nafas panjang. Max, sesibuk itukah dirimu? Aku merindukanmu. Gumamnya tak jelas.

+++++++++++++++++++++++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


+++++++++++++++++++++++

Ben Pov

Hari ini adalah hari libur. Seharusnya kuhabiskan waktuku bersama Roy. Tapi aku haris terjebak di tempat ini. Daddy memaksaku untuk ikut ke acara pembukaan butik Della.

Sejak datang tadi aku terpaksa teesenyum ramah. Huh sungguh menyusahkan saja. Kalau bukan permintaan orang tua mana sudi aku datang kesini. Tidak ada orang yang ku kenal.
Hah aku ada ide. "Mom, aku harus pergi. Tiba-tiba ada urusan kantor yang mendesak." kataku pada mommyku sedikit berbisik.
"Sekarang Ben? Ini hari libur."
"Aku juga tidak bisa apa-apa mom. Sebenarnya aku juga masih ingin di sini." aku memasang wajah kecewa. Dan mommyku percaya.
"Ya sudahlah segera pulang kalau sudah selesai. Jangan terlalu lelah. Ingat pernikahan mu sebentar lagi."

Setelah berpamitan dengan daddy dan calon mertua. What? Rasanya masih kurang ikhlas mengucapkan itu.
Aku pergi tanpa berpamitan dengan Della. Untuk apa aku harus berpamitan padanya. Tidak terlalu penting.

Kulajukan mobilku ke jalanan menuju apartemen Roy. Berdua dengan Roy lebih menyenangkan dibandingkan yang lainnya. Aku mengirim WA memberitahunya aku akan datang.

Shit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shit. Membaca chat Roy saja bisa membuatku turn on.  Oke sabar Ben. Tahan dulu. Aku menambah kecepatan mobilku. Kau akan kuhabisi hari ini Roy. Aku menyeringai senang.

The Gay Man Is My Future Husband ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang