Chapter 25

448 20 1
                                    

Seperti spoiler chap sebelumnya, akan ada konflik...
Jadi siapkan hati, pikiran dan kuota 😁

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ben Asher penerus dari Ash's Corp sedang duduk dikursi kebesarannya. Tidak seperti kebiasaan Ben yang sibuk dengan komputer atau banyaknya berkas yang harus mendapatkan persetujuannya. Kini Ben melamun memandang jauh pemandangan tingginya gedung-gedung dari kaca jendelanya.

Berkali-kali dia membuang nafas seakan lelah bekerja seharian. Bukan, bukan pekerjaan yang membuatnya lelah. Melainkan istrinya yang kini menjadi pusat perhatiannya.

Kejadian dua hari lalu, dimana malam itu hampir saja Ben membuktikan bahwa dia untuk pertama kalinya memiliki hasrat terhadap wanita. Namun sayang sekali, dering ponsel Della telah mengagalkan semua.

Hati Ben masih geram dan marah saat tahu yang mengganggu acara intimnya dengan sang istri adalah lelaki yang dia lihat bersama istrinya keluar dari butik. Yang Della katakan sebagai rekan kerja. Mana ada rekan kerja menelfon malam-malam hanya bertanya soal pekerjaan. Kurang kerjaan mungkin. Ben benar-benar kecewa dan merasa marah kepada Della.

Karena Della lebih memilih meladeni lelaki yang entah siapa namanya Ben tidak mau tahu. Dibandingkan menyelesaikan sesi bercumbu mereka.

Sejak malam itu Ben mengacuhkan Della. Kembali bersikap dingin. Hanya ingin melihat keseriusan Della dalam membantunya melewati masa transisinya yang kembali menjadi pria seutuhnya, lahir dan batin.

Tok tok...
Suara ketukan pintu mengagetkannya. Dari arah pintu terbuka menampakkan seorang wanita cantik. Sari, sekretarisnya. Wanita yang memakai celana panjang dan blazer dengan warna senada itu memasuki ruang kerjanya.

"Maaf pak, pimpinan dari Light sudah datang."

"Baiklah, tolong siapkan berkas yang kemaren dan suruh mereka menunggu di ruang rapat."

"Baik pak."
Sari keluar dari ruangan itu.

Ben bersiap-siap untuk menemui pimpinan perusahaan yang menghubunginya dan tertarik menanamkan modal untuknya. Setelah penasaran akhirnya Ben bisa bertemu langsung pimpinan mereka. Karena perusahaan itu, menurut informasi yang dia terima merupakan perusahaan yang sering menyelenggarakan konser musik.

Sesaat setelah Ben memasuki ruang rapat, matanya melebar. Tubuh menegang, langkah kakinya tiba-tiba serasa membeku ditempat.

Tepat di hadapannya seseorang yang sudah lama tidak dia lihat sedang duduk dengan tenang menatap dirinya. Ben terpaku pada sepasang mata itu. Mata yang dulu begitu indah baginya. Wajah orang itu masih sama seperti dulu, begitu manis bagi Ben. Alis tebal, bibir tipis, hidung mancung, bentuk wajah oval. Begitu sempurna.

Tak sadar Ben menelan saliva dengan gugup. Melihat kembali cinta pertamanya di masa SMA.

"Hai Ben, apa kabar?"
Bahkan suaranya membuat bulu kuduk Ben meremang.

Sial, ada apa denganku? Kenapa jantung ku berdegup seperti anak ingusan yang baru melihat pacarnya. Ingat Ben, kau sudah punya istri. Kau sangat mencintai Della. Kau lelaki normal sekarang.

Dalam hati Ben terus mensugesti dirinya agar tetap sadar dan waras.

"Alwi?"

Lelaki yang lebih pendek dari Ben itu berdiri menghampiri dirinya.
"Senangnya kau masih mengingatku."
Yang bernama Alwi tersenyum manis.

"Ah... Ten-tentu aku ingat." Ben tergagap.
Membuat mantannya itu tertawa kecil.

"Sepertinya kau baik-baik saja Ben. Dan kudengar kau sudah menikah?"
Wajah lelaki manis itu agak kecewa.

The Gay Man Is My Future Husband ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang