Chapter 23

444 23 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah dua bulan hubungan antara Ben dan Della semakin membaik. Setiap malam mereka menyempatkan untuk berbincang sebelum tidur. Sekedar bertukar cerita keseharian mereka. Saling membuka diri, memberitahu apa yang disuka atau tidak disuka.

Selain itu sejak sebulan yang lalu Ben rajin berkonsultasi dengan psikiater untuk menyembuhkan seksualitas nya yang menyimpang. Dia benar-benar berusaha untuk sembuh, ingin kembali pada kodrat nya.

Setiap hari Ben merasa hidupnya telah terberkati karena diberikan keluarga yang sempurna dan tidak kekurangan apapun.

Namun, akhir-akhir ini Ben lebih banyak menghabiskan waktu di kantornya. Sebenarnya bukan hanya dia saja, sang istri pun juga sedang banyak kerjaan.

Semua musibah, ujian dan cobaan itu datang dari Sang Ilahi tanpa ada alasan. Semua pasti ada hikmahnya dibalik kesulitan yang kita terima dengan ikhlas.

Perusahaan yang Ben pimpin sedang mengalami kesulitan. Banyak investor yang memutuskan mundur dari kerjasama karena permainan kotor dari pesaing Ben. Dengan berat hati Ben harus memutuskan untuk merumahkan beberapa karyawan.
Bahkan pimpinan tertinggi Jay Asher ikut 'turun gunung' untuk menstabilkan kondisi perusahaan.

Hingga berbulan-bulan Ash's Corp harus menelan kerugian yang tidak sedikit. Memberikan pesangon untuk pekerja yang di PHK, dengan menjual sebagian aset perusahaan.

Della sebagai seorang istri selalu memberikan semangat untuk suaminya. Walaupun pendapatan dari butiknya juga agak menurun, tetapi Della masih bersyukur karena masih ada satu atau dua yang datang untuk membeli.

Hari ini Della memasak sesuatu yang sederhana. Walaupun Ben masih memberikan uang belanja yang cukup Della tidak mau terlalu boros. Mengingat suaminya itu sedang kesulitan.

Della segera berlari kecil untuk membuka pintu menyambut Ben yang baru pulang. Senyum manis dia berikan. Hati Ben menghangat setiap kali pulang ke rumah.

"Kamu kelihatan capek banget."
Tanya Della setelah mengecup punggung tangan Ben.

"Hmm... "

"Kamu mandi dulu ya, terus makan."

Tanpa menunggu lama Ben berjalan ke kamarnya. Setelah membersihkan badan dan mengganti pakain yang lebih bersih, dia menghampiri sang istri yang sudah menunggu di meja makan.

"Masak apa kamu?"
Ben duduk di kursinya.

"Maaf ya, hari ini biasa aja. Kan kita juga harus hemat."
Nampak wajah Della sedikit menyesal.

"Tidak apa-apa, apapun yang kamu buat akan aku makan."

Wajah Della ceria seketika mendengar kata-kata lembut suaminya. Dan mereka pun menikmati makan malam dengan khimat.

Kini mereka berdua sedang duduk berselimut di atas ranjang. Tidak lupa Ben akan menautkan jemarinya dengan sang istri. Saat seperti inilah yang selalu membuat semakin mencintai Della.

"Bagaimana hari ini?" tanya Della memulai obrolan.

"Aku masih perlu mencari banyak dana untuk memulai proyek baru. Untung tadi aku dapat kabar kalau ada perusahaan yang mau kerjasama dan menyuntikan dana."

"Oh ya, Alhamdulillah... Masih ada yang mau percaya sama kamu. Aku sempat khawatir dengan berita miring di beberapa media. Punya dendam apa sih si pimpinan Crystal Group itu."
Della terlihat sewot saat mengatakan di akhir kalimat.

The Gay Man Is My Future Husband ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang