Seharian penuh natalie hanya dikamar. Dihari sabtu seperti ini ia bingung harus bertindak apa saja. Dan akhirnya ia memilih menonton film.
Dari pagi sampai sekarang sudah ingin magrib. Sesekali ia menjeda film hanya untuk makan. Atau pun mengambil sesuatu yang dibutuhkan.
Tadi nya nata berniat pergi bersama chika, namun chika mengatakan jika ia pergi ke rumah neneknya yang ada dibandung karna sedang sakit.
"Ya Allah, hidup nata gini-gini aja ya?"
"Aduh kenakan banget jadi nata"
"Timbang rebahan santuy" nata berdumal sendiri dikamar.
"Ahayy, yogurt i'm coming" nata merentangkan tangannya dan beranjak dari tempat tidur seakan sedang ingin memeluk seseorang.
Natalie menuruni anak tangga satu persatu. Sampai di dapur dilihatnya tidak ada mbak asri mungkin sedang membeli sesuatu.
Lita yang baru pulang pun dikejutkan dengan nata yang sedang didapur mengambil yogurt.
"Astagfirullah, kamu kaya kucing aja"
"Yeuh bunda sih gak ngucap salam pulang-pulang"
"Oh iya, assalamualaikum cantik"
Lita menepuk dahinya dan mengucapkan salam."Waalaikumsalam. Bunda piara ibu negara mamah nata istri ayah"
"Kurang panjang"
"Anak omah, anak opah, adik lena-"
"Ishh, bisa gak sih jangan bikin bundanya gemes" lita mencubit pipi nata dengan kedua tangannya.
"Awhh. Nata emang gemezin kali, whaha" nata meringis. Ia menjawab dengan mengedipkan mata.
Mereka berdua pun tertawa bersama dan menuju ke ruang tamu.
"Kamu udah makan?" Tanya lita pada anaknya.
"Udah kok bun"
"Sholat?"
"Enggak bun, nata lagi kedatengan tamu"
"Oh yaudah, ayah besok udah ambil cuti jadi kita bisa jalan-jalan"
"Serius bun?" Sambil meminum yogurtnya Nata bertanya memastikan lita.
Dan lita pun mengangguk mengiyakan. Natalie begitu senang ia memeluk bundanya dengan erat.
Dan pelukannya mengendur saat pintu rumahnya ada yang mengetuk.
"Nata aja bun" nata segera beranjak dari sofa.
Ia berjalan dengan malas, siapa yang datang disaat malam seperti ini. Dan membuka pintu besar dihadapannya saat ini.
"Ehh dokter kejam, ehhdokterganteng, ehh dokter rizky"
Rizky yang mendengar itu tertawa pelan dan mengacak rambut natalie.
"Nata siapa yang dateng" teriak lita dari dalam rumah.
"Abang grab mah" triak nata kembali.
"Oh saya abang grab. Oke salah alamat kayanya. Permisi"
Setelah mengucapkan itu dokter rizky ingin beranjak pergi namun nata langsung memegang pergelangan dokter rizky."Ehh, ihh dokter mah gitu nata bercanda tau. Maaf" jawab nata menundukan kepalanya.
"Iya" dokter rizky tertawa melihat tingkah nata dan mencubit pipi gembulnya.
"Dokter mau ngepain?" Tanya nata.
"Bajak sawah"
"Yampun dok, dokter malem-malem mau bajak sawah? Dokter udah gak jadi dokter? Ntar nata bukan manggil dokter rizky lagi dong...."nata menjeda kalimatnya dan berfikir sebentar
"dokter jadi petani rizky nanti" nata menutup mulutnya, memastikan semua khayalan yang ia pikirkan saat ini.
"Otak...otak...ck. lama-lama saya rendem otak kamu pake belao" dokter rizky yang pusing dengan gadis absur dihadapanya ini hanya bisa memijat dahinya.
"Dokter tega, otak nata ntar jadi biru" melas nata.
Sampai lita keluar dan melihat siapa yang sebenarnya datang. Jika ojol mengapa nata masih diluar.
"Ohh. Dokter, nata kenapa gak kamu ajak masuk" baru nata ingin menjawab namun terjeda karna lita sudah menarik dokter rizky lebih dahulu.
"Astagfirullah. Punya enyak gini bener ye" ucap nata mengelus dada dengan logat betawi.
Natalie mengikuti dari belakang sampai diruang tamu dokter rizky duduk di sofa bersama lita juga diikuti nata.
"Dokter mau minum apa?"
"Gak usah bu, saya mau ngajak natalie keluar boleh?"
"Gak usah panggil ibu, bunda aja sama kaya nata. Boleh banget, tapi jam 9 harus balik dengan keadaan selamat ya"
Dokter Rizky tersenyum hangat dan mengangguk memastikan.
Nata yang sedari tadi diam dikejutkan dengan suara bundanya.
"Nata"
"Ehh kodok-kodok penyet" ia membulatkan matanya.
Dokter rizky yang melihat itu manahan tawanya, sungguh lucu saat wajah imut itu membinarkan mata hitam pekatnya. "Bunda ngagetin aja deh"
"Kamu malah diem aja, dokter ngajak kamu jalan. Buru ganti baju"
"Ah? Eh.. i iya" natalie segera berlari menuju kamarnya. Ia menaiki anak tangga satu persatu dengan cepat seakan takut ditinggalkan.
"Nata jangan lariii" lita mengingatkan, karna anaknya yang satu itu sungguh ceroboh.
"Iya bun" teriak nata dari atas.
Hanya lima menit nata sudah selesai dengan Pakaian yang cukup dibilang tidak niat.
Dengan jaket kebesaran dan celana levis pendek melihatkan paha mulusnya rambut yang hanya di cepol dengan jepitan, tak lupa sendal mungil untuk kakinya yang kecil.
"Subhanallah anak bunda, gak ada rapih-rapihnya ya" lita berdiri dan menjewer pelan kuping nata.
"Awhh bunda ishh apaan dah. Ini tuh udah rapih tau"
"Kamu bilang rapih? Kamu itu diajak pergi sama dokter, bukan mau ke pasar sama bunda"
Lita menepuk dahinya. Pusing dengan tingkah anak satu-satunya yang selalu seenaknya.
"Bunda nata pergi dulu ntar keburu malem, emang mau nata pulang subuh. Ok assalamualaikum" nata menarik tangan dokter rizky menyalami tangan lita dan diikuti oleh dokter rizky.
"Pamit bun" kata dokter rizky dan diangguki lita dengan senyum hangat.
---
Pendek bnget kek tinggi nata kan")
.
.
.
Senyum:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My sweet docter
General FictionKetika kalian yang selalu baik-baik saja untuk pergi kerumah sakit. Namun berbeda dengan tingkah konyol gadis imut nan cantik yang selalu ngajak war terhadap dokter yang ia temuinya. Perbedaan sifat yang menyatukan keduanya. Menjadikan mereka saling...