My sweet docter 9

9.3K 457 4
                                    

Kini natalie dan dokter rizky sudah berada dimobil. Sengaja dokter rizky memakai mobil katanya agar udara yang tidak sehat tidak akan membuat masuk angin.

Nata saja bingung, lagian untuk apa ia menyedot angin sungguh kurang kerjaan bukan. Entah memang nata yang terlalu pintar atau dokter rizky yang ahli dalam bidangnya.

Mereka hanya diam tidak ada yang membuka percakapan. Sampai nata bosan dengan keheningan ini.

"Dokterrr"

"Apa?"

"Kita sebenernya kemana sih? Udah lima belas menit, kenapa gak nyampe-nyampe. Jangan...jangan..."nata melebarkan matanya dan memutar kan kepala mengahadap dokter rizky.

"Dokter mau culik nata ya?hayo ngaku?" Nata menyilangkan kedua tangannya dan menjauh seakan takut dengan orang yang sedang menyetir disampingnya ini.

"Iya."

"Tuh kan bener, kalo mau nyulik jangan jauh jauh nanti nata gak tau arah jalan pulang" oceh nata.

"Gak bakal bisa pulang lagian, nanti kamu saya bekap, terus masukin karung, buang ke jurang"

"Dokter ternyata beneran kejam ya" nata memasang muka melasnya.

"Tau ah nata capek"lanjutnya kembali. aneh. Tadi marah-marah, namun seketika moodnya menjadi seorang yang pemalas.

Dokter rizky hanya menahan senyum di bibirnya. Ia menatap kesamping dilihat nata yang sedang menghadap kaca.

Dua puluh menit berlalu, nata yang sedari tadi diam langsung bersemangat, seperti anak kecil yang akan diberi permen gula gula.

Dokter rizky melepas sabuk pengamannya begitu juga nata. Mereka berdua turun bersamaan.

Natalie membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Lampu lampu yang menyala jika dilihat dari atas seperti ini membuat kota jakarta seakan lebih indah.

Kini mereka berada disebuah tanah yang mana lebih tinggi bisa disebut seperti bukit namun bedanya tidak terdapat rerumputan hijau, dan dapat melihat keindahan kota yang ramai penduduk.

Dokter rizky duduk diatas kap mobilnya, ia tersenyum melihat natalie yang seperti itu. Saat nata berbalik, ia ikut duduk bersama diatas kap mobil.

"Seneng banget?"

"Banget lah dok, bener sih ini bagus bukan main. Nata kalo disini keknya bakal betah deh"

"Yaudah gak usah pulang"

"Ishh, bukan gitu tapi kok nata baru tau dijakarta ada kek giniian ya?" Nata menaruh jari telunjuk didagunya seperti sedang berfikir.

"Makanya jangan mall terus"

"Makanya dokter sering sering ajak nata main" nata mengikuti gaya bicara dokter rizky.

Dokter rizky hanya tersenyum hangat. Mereka berdua sama sama menekukan kaki dengan tangan yang dililitkan dikaki. Nata menaruh dagunya di dengkul, berbeda dengan dokter rizky yang melihat ke atas.

Langit gelap namun dipenuhi dengan banyak sinar. Dan bulan yang memancarkan cahayanya dengan sempurna.

Nata menatap kesamping dan mengikuti dokter rizky melihat ke langit namun bedanya ia mengangkat telunjuknya.

"Kamu ngepain?" Tanya dokter rizky.

"Ngitungin bintang"

"Kapan selesainya?"

"Gak akan sih, sama kaya kisah kita" nata menjawab dengan lugunya.

Dokter rizky menengok ke samping diacaknya rambut nata, dan tersenyum hangat bahkan sangat menghangatkan.

Keduanya kembali terdiam, sampai nata terlebih dahulu memutuskan keheningan ini.

"Dokter"

"Hm"

"Yang bener jawabnya"

"Apa nata?"

"Dokter tau gak, ada apa lagi yang lebih indah dari langit,awan,bintang,bulan?"

Dokter rizky diam dan detik selanjutnya ia berkata.

"Seorang wanita yang menerima setiap kekurangannya"

"Kok gak ada nyambung nyambungnya sama benda langit sih dok" heran nata.

"Terkadang wanita itu hanya melihat yang indah hanya karna sesuatu yang bagus atau menarik saat dilihat dengan matanya."

"Sama seperti diri mereka,selalu melihat fisik terlebih dahulu padahal di dalam diri mereka memiliki sebuah kelebihan yang indah, tapi saat melihat fisiknya ada saja yang tak sempurna, mereka akan menjadi lebih tak percaya diri"

Nata menyimak kata demi kata yang diucapkan oleh dokter rizky. Sejak kapan seseorang yang ada disampingnya menjadi bisa puitis seperti ini.

"Nata selalu percaya diri"

"Iya bocel"

"Dokter bilang apa?"

"Bocel"

"Nata gak bocel, dokter yang ketinggian" teriak nata. "Buktinya tinggi nata naik dua kilo" lanjutnya.

"Sekalian lima gram. Makin oneng aja" dokter rizky melayangkan telunjuknya ke dahi nata.

"Ishh" nata mencubit perut dokter rizky.

"Aww aww sakit iya,iya" tanpa mau melepaskan cubitan dari perutnya dokter rizky langsung menghadiai kelitikan ke nata, dan membuat cubitannya terlepas.

Nata yang sangat fobia untuk di kelitikipun menahan geli mati matian, sampai ia mengeluarkan air mata.

Dokter rizky pun melepaskan tangan dari pinggang ramping nata, ia tertawa sampai giginya yang rapih terlihat, membuat keduanya sama sama kembali tertawa.

"Awhh" teriak nata dan mengelus pipinya.

"Gemes" dokter rizky menggigit pipi nata yang begembul itu.

"Dokter ihh jorok" natalie memeperkan tangannya pada baju dokter rizky.

"Satu lagi biar seimbang sini"

"Enggakk" nata mendorong wajah dokter rizky dengan tangannya.

Dokter rizky pun tertawa, melihat nata memajukan bibirnya dengan wajah yang memerah bak kepiting rebus.

"Jangan marah sayang"

Apapun itu, rasanya natalie saat ini ingin menenggelamkan lelaki yang ada disampingnya, apa ia tidak tahu bahwa nata kali ini menahan mati-matian untuk tidak berteriak.

"Lucu ya pipinya, udah bulet, merah lagi" dokter rizky menusuk nusukan jari telunjuknya kepipi nata.

"Dokterrr" nata kembali berteriak. Dan dokter rizky hanya tertawa.

"Dokter sekarang jam brapa?"tanya nata.

Dokter rizky melihat jam yang ada dipergelangan tangannya.
"19.34"

"Dok nata laper"

Dokter rizky tak menjawab ia turun dari kap mobil dan setelahnya tanpa aba aba dokter rizky membopong tubuh nata.

Nata membelalakan mata, tanpa memberi tahu dokter rizky menaruh badannya pada punggung. Natalie pun tersenyum ia melilitkan tangannya pada leher dokter rizky.

---
Tbc
.
.
.
:)

My sweet docter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang