Setelah film Filosofi Kopi sukses tayang di tanah air, para pengusaha muda berbondong-bondong membuka kedai es kopi kekinian. Setiap seratus meter, berjajar berbagai merek es kopi lokal di tepi jalan daerah perumahan dan sekolah. Entah dalam bentuk kafe atau take away, selalu ramai didatangi massa demi mengeksiskan diri di jagad fajar atau senja, apapun itu dilakoni, asal tidak terlibat dalam obat-obatan terlarang.
Dari sekian banyak mahasiswa yang mencoba peruntungan di bisnis tersebut setelah lulus, mungkin hanya Aquilegia Danantri, alias Gia, satu-satunya yang tidak ingin berkecimpung di sana dengan alasan sudah terlalu banyak dan malas bersaing. Sedangkan membuka toko kado, bisa jadi merupakan impian gadis berambut sebahu sejak SMP yang terwujud sangat baik.
Tak mau peduli soal keuntungan, asal dapat menyenangkan hati banyak orang, begitulah alasan saat ditanya sang kakak mengapa memilih berbisnis di bidang itu selepas meraih gelar sarjana teknik kimia dan keluar dari perusahaan industri berskala multinasional sehabis ditekuni dua tahun lamanya.
Dengan cermat, Jumat sore itu, Gia mengelap deretan gelas mug lucu agar tidak berdebu ketika beberapa siswa berseragam putih biru memasuki tokonya di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara tersebut.
"Selamat datang, silakan." Gia menyapa lembut saat mereka tersenyum-senyum malu. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Jepit rambut di sebelah mana ya, Kak?" Tanya salah satu dari kelima siswi SMP itu.
"Mari saya tunjukkan tempatnya."
Di hadapan aksesoris pemanis mahkota wanita, para siswi itu sibuk mencoba-coba, membiarkan Gia kembali asyik pada kegiatan semula.
"Tapi.. kira-kira dia suka, nggak, kalo gue pake ini?"
"Lo udah kebanyakan warna biru, sekali-sekali merah kek.. atau pink gitu."
"Yang ada rendanya bagus nih!"
"Nggak! Terlalu cewek banget!"
"Lo tuh cewek tulen, bambang! Gimana dia mau nengok lo kalo pake ginian aja nggak pernah!"
"Eh, serius. Buruan pilih. Nggak enak sama mbaknya!"
Diam mengulum tawa, mereka sungguh mengingatkan Gia tentang masa remajanya dahulu.
"Ehm, permisi.. Mbak."
Merasa dipanggil, Gia kemudian bangkit. Tak lupa senyumnya tersemat mengikuti.
"Mbak, boleh minta tolong pilihin, nggak.. jepit mana yang bagus buat temen saya?" Siswi SMP itu menunjukkan jepit rambut kupu-kupu berwarna soft pink dan biru tosca.
"Boleh. Sebentar, temen kamu yang mana?"
"Jamet! Sini lu!" Siswi itu menggestur tangan kirinya agar kawan satu geng itu berkumpul di hadapan Gia. Seorang gadis berkaus hitam lengan pendek namun masih mengenakan rok seragam biru selutut maju selangkah, menanggapi senyum Gia.
"Kamu yang mau minta dipilihin?" Tanya Gia. Gadis itu mengangguk malu. "Cantik kok. Nggak usah terlalu feminin juga nggak apa-apa. Kalo mau, ada warna hijau muda. Sebentar, saya ambilin dulu, oke?"
Mengacak-acak isi laci dekat kasir tempat stok barang tersisa, Gia bernapas lega saat mengetahui barang yang dimaksud tetap terbungkus dan tersegel rapi dalam plastik.
Diserahkannya si jepit rambut berbentuk bunga aster warna hijau muda tak mencolok mata itu kepada si calon pembeli.
"Wahh.. bagus banget!" Seru gadis itu tertahan, teman-teman lainnya pun ikut memekik suka. "Saya ambil ini aja deh, Mbak."
Transaksi dilaksanakan. Jepit seharga dua puluh ribu rupiah itu berhasil gadis SMP itu dapatkan. Tak lupa, Gia selalu memberi gratis sebungkus stiker isi sepuluh, sekedar compliment dan representasi syukur atas berdirinya toko yang telah melewati waktu satu tahun.
"Buat kalian. Datang lagi, ya."
"Terima kasih, Mbak!" Koor lima siswi SMP itu sampai di sepasang telinga Gia, betapa senang hati diperhatikan oleh pegawai sekaligus pemilik toko.
Usai berkutat dengan pembayaran, Gia merapikan gelas-gelas mug itu, sambil menghela napas untuk menyadari sesuatu.
"Ultah Emil, masih lama.. ya?"
Panjang umur, sebuah notifikasi pesan singkat menggetarkan kantung celana jeans Gia.
Emilio
Sayang, ketemuan yuk
Kangen achu 😚😚"Tuhaann.." desah Gia. Kikik geli mengisi hening toko yang dipadu padankan dengan lagu original soundtrack drama Descendants of The Sun kesukaannya dari winamp, didesain untuk backsound.
Aquilegia
Tokoku tutup jam 7
Boleh tolong sekalian jemput?Emilio
Boleh dong
Nanti ke apartemenku ya
Kangen dimasakkinAquilegia
Kulkas masih penuh kan?
Mau dimasakkin apa?Emilio
Apa aja asal buatan kamu ❤Aquilegia
Hahaa okee
Sampe nanti 😊Begitulah mereka bercakap melalui perangkat komunikasi. Baru saja satu bulan, cita rasa gulali stroberi seolah tak henti melapisi relung hati Gia. Padahal, ia hanya ingin merasakan memiliki pasangan yang luar biasa.
Semoga, tidak ada luka tak penting yang tertinggal.
***BERSAMBUNG***
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SAFEST PLACE ✔️
ФанфикCerita pendek nan manis berbalut kehidupan sehari-hari dalam hubungan percintaan Emil dan Gia. Tidak ada konflik berarti, hanya perjalanan dalam mendewasakan masing-masing sebelum mencapai tujuan penting saat restu keluarga telah di tangan. Sebelum...