*#NowPlaying Westlife - My Love*
Di penghujung hari, Emil mengantarkan Gia selamat sampai di rumah, tepat sebelum adzan Ashar berkumandang.
Namun, pemandangan aneh tiba-tiba membuat Gia buru-buru merangsek masuk ke dalam rumah, mencari keberadaan kedua orang tuanya, abang, kakak ipar, dan para keponakan tercinta, berteriak-teriak di antara hiruk pikuk banyak orang di ruang keluarga.
Bagaimana Gia tidak terkejut?
Pegangan tangga dihias kain satin putih serta beragam bunga. Perabot biasa diungsikan, terganti oleh beberapa kursi, sebuah meja panjang, serta dinding berhias paper flower, gebyok, lantai beralas karpet merah, serta makanan prasmanan tersaji hangat di bagian garasi.
Sederhana, luar biasa, menyesakkan dada.
"Papa!" Gia menarik tangan seseorang berkemeja batik mahal berlengan panjang yang baru menutup pintu kamar. "Ini ada apa?!"
"Lho, Kakak baru pulang? Kok belum siap-siap?" Papa bertanya heran. "Buruan naik ke atas, rombongan keluarganya Emil sebentar lagi dateng."
"Hah? Keluarganya Emil? Emang mereka mau ngapain ke rumah kita?"
Sel otak Gia mendadak lambat berpikir begitu papa menertawai kepolosan si bungsu, sebelum berkata...
"Kakak amnesia? Bukannya Kakak sama Emil mau menikah sore ini?"
"NGIBUL! KATA SIAPA??" Jerit Gia tak terima.
"Sabar ih, Kakak.. jangan teriak-teriak gitu atuh sama papa." Mama datang menyusul dari belakang, telah berkebaya rapi sekali dengan sanggul plus sasak khas ibu pejabat. "Si Emil teh rencananya emang mau kasih kejutan buat Kakak, jadi selama Kakak diajak jalan tadi, kita sekeluarga ngebut siapin semuanya. Gimana? Bagus, nggak? Ini pilihan papa, Mama, abang kamu, sama Inka, lho."
Bagus? Bahkan lebih dari yang Gia inginkan dan impikan.
"Kata si Emil, kamu mah pengen nikah sederhana aja di rumah. Asal Kakak tahu.. Papa, Abang, sama mama kerjasama kelimpungan cari vendor dibantu Pak Dewa. Soal undangan, dekorasi, seserahan udah diurus sama Denaya. Lucunya, si Inka teh meuni kaget baru tahu semalem. Jadi, dia koordinir ibu-ibu RT sini buat masak menu favorit kita sekeluarga sama keluarganya Emil." Papa menjelaskan pelan-pelan, sambil berusaha mendudukkan Gia di sofa ruang tamu.
Berbeda dari mama yang membelai penuh kasih sayang, saat air mata Gia mengalir dan sengguk tak percaya turut mampir.
"Maaf udah bikin Kakak kaget, kita semua sayang Kakak. Makanya, Mama sama papa yakin kalau Emil bisa jadi suami dan ayah yang baik buat kamu, dan anak-anak kalian nanti."
"Terima kasih banyak, Pa, Ma.. Kakak janji, Kakak nggak bakal kecewain Papa, Mama, sama Abang."
"Iya, sayang.. kamu ganti baju dulu, ya? Udah ditungguin Inka di kamar." jawab mama setengah terharu seraya direngkuh papa, kemudian diangguki oleh Gia.
***
"Gia, udah.. calon pengantin jangan kebanyakan nangis, nanti kalo sungkeman.. baru puas-puasin deh."
Inka mengelap sekujur wajah Gia dengan berlembar-lembar tisu, saat Gia datang memasuki kamar dan menangis tersedu-sedu.
"Please convince me it's just a prank or something, Kak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SAFEST PLACE ✔️
FanfictionCerita pendek nan manis berbalut kehidupan sehari-hari dalam hubungan percintaan Emil dan Gia. Tidak ada konflik berarti, hanya perjalanan dalam mendewasakan masing-masing sebelum mencapai tujuan penting saat restu keluarga telah di tangan. Sebelum...