*Aquilegia's point of view*
Aku sama sekali tidak habis pikir, bagaimana bisa seorang Nickolai Danantri memutuskan siapa pendamping hidupnya lebih cepat dari yang kuduga. Papa dan mama pun menghaturkan setuju tanpa masalah, begitu Bang Nicky mengatakan niat sucinya kala itu.
Di sinilah, di ruang ganti dan rias mempelai pria, iseng kucoba dekati Bang Nicky usai si mbak make up artist menyemprotkan setting spray ke seluruh wajahku, sebagai sentuhan terakhirnya.
"Abang ganteng banget."
"Hehee.. makasih. Kakak juga cantik, sering-sering dong pakai rok, biar Emil bahagia."
Apa hubungannya, Bang?
"Ngomong-ngomong, Bang. Kakak boleh tanya, nggak?" Kulirik ia tengah mengutak-atik ponsel, setelah kupastikan papa, mama, dan anggota keluargaku yang lain berada cukup jauh dari jangkauan.
"Ya masa' nggak boleh. Kenapa? Kakak mau tanya apa? Tips dan trik biar cepet dikawinin Emil?" Godanya seraya tertawa ngakak.
Bodo amat, Bang.
"Kok Abang yakin banget sih sama Kak Inka? Ya emang.. Kakak tahu, Kak Inka itu baik banget, keibuan, dewasa, dari keluarga berada, pinter lagi. Kakak sering tuh dikasih tahu Kak Inka soal pengaturan bisnis, Kakak punya keberanian rilis online store aja dibantu Kak Inka. Hebat banget dia."
Semoga pujianku tak terdengar berlebihan.
"Tapi, Bang, perawan di luar sana kan bejibun. Harus banget sama single parent?"
"Bukan maksud Kakak ngerendahin Kak Inka. Ini cuma persiapan aja kalau nanti Kakak ditanya orang-orang, kenapa Abang mau nikah sama Kak Inka yang udah punya dua anak."
"Tapi serius deh, anak-anak Kak Inka lucu banget. Kakak seneng bisa deket sama keponakan yang imut-imut gitu, nurut pula, nggak rewel."
Tiba-tiba, sepasang pergelangan tangan Bang Nicky mengepal, menempel di kedua sisi pipinya.
"Abang imut juga, nggak, Kak?"
"Lo lebih dari imut, Bang, sampe Kakak nggak nafsu sarapan."
"Awas durhaka sama Abang ya, Kak. Nggak jadi nikah lho sama Emil, hahahahahh!!"
"JAHAT BANGET SIH LO, BANG!"
Kupukul-pukul lengannya yang malah membuat ia tertawa bahagia. Duh ilah.. cara bikin Bang Nicky waras tuh gimana sih? Ada yang tahu?
Tersenyum bibir Bang Nicky yang mengelus kepalaku lembut, tanpa membuat sanggul modern ini berantakan.
"Abang kenal Inka sebenernya udah lama. Kita sama-sama jadi volunteer acara color run di CFD Sudirman, waktu Abang baru lulus kuliah."
"Abang nggak menilai Inka seperti yang Kakak sebutin tadi. Bagi Abang, Inka udah cukup melengkapi kekurangan Abang, memenuhi keinginan dan kebutuhan Abang."
"Abang nggak muluk-muluk cari tipe istri, Kak. Asal dia shalihah dan sayang keluarga. Soal fisik, status, dan lain-lain? Gampang."
Well, here's my last but not least strike to him.
"Abang sendiri sayang, nggak, sama Chika dan Sena?"
Penasaran. Mungkin karena aku sering menonton sinema taubat bersama Emil, bayangan sifat ayah tiri jahat kadang menghantui.
"Kakak kan tahu Abang suka anak-anak. Gimana ceritanya Abang nggak sayang sama mereka?"
Kami tertawa kecil. Hingga mama mengumumkan bahwa acara akan dimulai 40 menit lagi, kurasa ada sebuah tanya akan kuutarakan sebelum sibuk mencari selop masing-masing.
"Terus.. Kak Inka kenapa bisa cerai, Bang?"
Diamnya Bang Nicky adalah alarm untukku, di mana jawabannya hampir sukses menjatuhkan rahangku.
"Setiap hari Inka dapet ancaman pembunuhan dari mantan suaminya, kalau pendapatan operasional restoran nggak ditransfer setiap tanggal satu, ke rekening dia dan ibu mertua calon kakak iparmu itu."
Sumpah.. masih ada laki-laki pengeretan di zaman start up begini? Sinting!
"Ya Allah, Bang.. kasihan Kak Inka."
Kubelai bahu Bang Nicky lembut.
"Abang harus sayang sama Kak Inka, ya? Sama anak-anaknya juga. Gimana pun Kakak sama Kak Inka sesama perempuan, Kakak nggak tega, Bang.."
"Iya, Abang ngerti. Makasih banyak ya, Kak. Kakak udah mau perhatian sama Abang dan Inka." Bang Nicky membalas ujaranku, memelukku hangat. "Haahhh... Abang pasti bakal kangen banget sama Kakak.."
Maafkan aku, mbak MUA. Sepertinya engkau harus memperbaiki riasan mata kami, karena terlanjur basah dan meleleh akibat air mata haru.
Mungkin karena aku juga sering menonton FTV bertema musik dangdut bersama Emil, sampai ada lagi pertanyaan yang membuat Bang Nicky mengerutkan kening terheran-heran.
"Abang pas dulu nyatain cinta dan ngelamar Kak Inka secara nggak resmi, itu kayak apa kalo Kakak boleh kepo?"
"Standar sih." jawabnya biasa. "Cuma dateng ke salah satu cabang restoran dia, makan bareng, terus Abang kasih cincin ngajak komitmen. Alhamdulillah diterima."
"Dih, nggak romantis banget. Emang nggak Abang bawain bunga? Kenapa Abang nggak nyanyi lagu Sempurna diiringi gitar? Kan suara Abang bagus. Terus ada hiasan lilin, habis itu.."
Kurang ajar. Belum selesai bicara, bibirku keburu dikeplak!
"SAKIT, ABANG!!"
"Minta sana sama Emil, jangankan dia kasih bunga sama lagu, dia langsung ajak Kakak kawin juga Abang bolehin kok."
"Mamaaa!! Bang Nicky ngomongnya sembarangaaann!!"
***BERSAMBUNG***
Happy wedding for Nickolai Danantri & Inkarita Novelia! 💕💕
(Jangan tanya saya kapan 🤫)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SAFEST PLACE ✔️
FanficCerita pendek nan manis berbalut kehidupan sehari-hari dalam hubungan percintaan Emil dan Gia. Tidak ada konflik berarti, hanya perjalanan dalam mendewasakan masing-masing sebelum mencapai tujuan penting saat restu keluarga telah di tangan. Sebelum...