JUNGKOOK POV
"Kau bukan orion," tukas Jungkook. Komentar bodoh, tapi itulah hal pertama yang tebersit di benaknya. Pria di hadapannya jelas-jelas bukan raksasa pemburu. Badannya kurang tinggi. Dia tidak berkaki naga. Dia tidak membawa wadah panah atau busur, dan dia tidak memiliki mata seperti lampu sorot yang Jennie lihat dalam mimpinya. Pria kelabu itu tertawa.
"Memang bukan. Orion semata-mata mempekerjakanku untuk membantunya dalam perburuan. Aku—"
"Lycaon," potong Jennie. "Manusia serigala pertama."
Pria tersebut pura-pura membungkuk hormat kepadanya. "Jennie Ramirez-Arellano, praetor Roma. Salah seorang anak Lupa! Aku senang kau mengenaliku. Tidak diragukan lagi, aku adalah bahan mimpi burukmu."
"Bahan penyebab gangguan pencernaan, barangkali." Dari kantong serut di sabuknya, Jennie mengeluarkan pisau lipat. Dia membuka pisau itu dan para serigala pun mundur sambil menggeram.
"Aku tidak pernah bepergian tanpa senjata perak." Lycaon memamerkan gigi-giginya. "Bisakah kau menghalau selusin serigala dan raja mereka dengan pisau lipat? Kudengar kau pemberani, filia Romana. Tidak kusangka bahwa kau nekat."
Kedua anjing Jennie berjongkok, siap menerjang. Sang pelatih mencengkeram tongkat bisbolnya, meski sekali ini dia tidak kelihatan gatal ingin mengayunkan tongkat tersebut. Jungkook meraih gagang pedangnya. "Tidak usah repot-repot," gerutu Pak Pelatih Hedge. "Mereka ini hanya dapat dilukai dengan perak atau api. Aku ingat mereka dari Pikes Peak. Mereka menyebalkan."
"Dan aku ingat kau, Gleeson Hedge." Mata sang manusia serigala berpijar semerah lava. "Kawananku akan gembira menyantap daging kambing untuk makan malam.
Hedge mendengus. "Sini kalau berani, Bocah Kudisan. Para Pemburu Artemis sedang dalam perjalanan saat ini, persis seperti kali terakhir! Yang di sang itu kuil Diana, dasar idiot. Kalian berada di wilayah kekuasaan mereka!" Para serigala kembali menggeram dan melonggarkan kepungan mereka. Sebagian melirik ke atas atap dengan gugup. Lycaon semata-mata balas memelototi sang pelatih. "Percobaan yang bagus, tapi aku khawatir kuil itu keliru dinamai. Aku pernah lewat sini pada zaman Romawi. Kuil tersebut sebetulnya dipersembahkan bagi Kaisar Augustus. Tipikal demigod sombong. Meskipun begitu, aku bersikap lebih hati-hati sejak perjumpaan kita yang terakhir. Jika para Pemburu berada di dekat sini, aku pasti tahu."
Jungkook memutar otak untuk menggagas rencana pelarian. Mereka dikepung dan kalah jumlah. Satu-satunya senjata efektif yang mereka punya adalah pisau lipat. Tongkat Diocletian telah sirna. Athena Parthenos berada sembilan meter di atas mereka di puncak kuil dan, sekalipun mereka dapat mencapai patung tersebut, mereka tidak bisa melakukan perjalanan bayangan sampai bayangan tersedia. Matahari baru akan terbenam berjam-jam lagi. Dia tidak merasa berani, tapi Jungkook melangkah maju. "Jadi, kalian sudah mengepung kami. Apa yang kau tunggu?"
Lycaon menekuri Jungkook seperti daging jenis baru di etalase toko tukang jagal. "Jungkook Joen putra Hades. Aku sudah mendengar tentangmu. Aku minta maaf tidak bisa membunuhmu dengan segera, tapi aku berjanji kepada atasanku Orion akan menahanmu sampai dia tiba. Jangan cemas. Dia semestinya sampai sebentar lagi. Begitu dia membereskanmu, akan kutumpahkan darahmu dan tandai tempat ini sebagai teritoriku hingga berabadabad mendatang!"
Jungkook mengertakkan gigi. "Darah demigod. Darah Olympus.
"Tentu saja!" kata Lycaon. "Bilamana ditumpahkan ke tanah, terutama tanah keramat, darah demigod punya banyak kegunaan. Dengan mantra yang tepat, darah demigod dapat membangunkan monster atau bahkan dewa-dewi. Darah demigod bisa melahirkan kehidupan baru atau menggersangkan suatu tempat selama bergenerasi-generasi. Apa lacur darahmu takkan membangunkan Gaea sendiri. Kehormatan itu dikhususkan bagi teman-temanmu di Argo II. Tapi, jangan takut. Kematianmu akan hampir sama menyakitkannya seperti kematian mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventures of the Demigods Season 2 #5 Last (Bangvelt)
AdventureApi Yunani berkobar ... membakar sebagian besar monster. Tanah menggemuruh. Semua gelembung membrane berlendir meletus, mengepulkan debu. Setetes jatuh dari dagu Jimin ... mendarat di tanah ... mendesis seperti seperti air di wajan. Darah Olympus...