JUNGKOOK POV
Saat fajar, jungkook masih terjaga ketika seseorang mengetuk pintu. Dia membalikkan badan, melihat wajah berambut pirang, dan sekejap mengira bahwa itu adalah Byun Baekhyun. Ketika Jungkook menyadari bahwa yang datang adalah Taehyung, dia kecewa. Lalu dia marah pada diri sendiri karena merasa seperti itu. Dia belum bicara sama sekali kepada Baekhyun seusai pertempuran. Anak-anak Apollo kelewat sibuk merawat korban luka. Lagi pula, Baekhyun mungkin menyalahkan Jungkook atas kejadian yang menimpa Jinhwan. Kenapa tidak? Jungkook pada dasarnya telah membiarkan apa pun itu. Pembunuhan berdasarkan konsensus. Bunuh diri naas. Pada saat ini, Baekhyun Byun sudah menyadari betapa seram dan menjijikkannya Jungkook Joen. Tentu saja, Jungkook tidak peduli apa pendapat Baekhyun. Namun begitu
"Kau tidak apa-apa?" tanya Taehyung. "Kau kelihatan—"
"Aku baik-baik saja," bentak Jungkook. Kemudian dia melembutkan nada suaranya. "Kalau kau mencari Wendy, dia masih tidur."
Taehyung mengucapkan Oh tanpa suara dan mengisyaratkan agar Jungkook keluar. Jungkook melangkahkan kaki ke tengah-tengah sorot cahaya matahari, mengerjapkan mata, dan merasa terdisorientasi. Aduh Barangkali prasangka desainer pondok bahwa anak-anak Hades adalah vampir memang benar. Jungkook tidak bisa bangun pagi. Taehyung kelihatannya tidak tidur nyenyak juga. Rambutnya mencuat sebelah, sedangkan kacamata barunya bertengger miring di hidung. Jungkook menahan dorongan hati untuk mengulurkan tangan dan meluruskan kacamata itu. Taehyung menunjuk ladang stroberi, tempat bangsa Romawi sedang membongkar perkemahan. "Tadinya aneh melihat mereka di sini. Sekarang tidak melihat mereka di sini malah aneh."
"Apa kau menyesal tidak ikut dengan mereka?" tanya Jungkook.
Taehyung menyunggingkan senyum miring. "Sedikit. Tapi, aku akan sering bolak-balik di antara dua perkemahan. Aku harus membangun altar pemujaan."
"Sudah kudengar. Senat berencana menunjukmu sebagai pontifex maximus."
Taehyung mengangkat bahu. "Aku tidak terlalu peduli pada gelar. Yang penting adalah memastikan agar devva-dewi diingat. Aku tidak mau mereka bertengkar lagi gara-gara cemburu, atau menumpahkan frustrasi kepada demigod."
"Namanya juga dewa-dewi," timpal Jungkook.
"Mungkin, tapi aku bisa mencoba memperbaikinya. Mungkin kalau menurut istilah Hoseok, aku ini berlaku sebagai mekanik, mengerjakan perbaikan preventif."
Jungkook merasakan kesedihan Taehyung laksana badai yang hendak melanda. "Kau tahu, kau tidak bisa menghentikan Hoseok. Tidak ada yang bisa kaulakukan. Hoseok tahu apa yang harus terjadi."
"Aku—kurasa begitu. Kuperkirakan kau tentu tahu kalau dia masih—"
"Dia sudah tiada," kata Jungkook. "Maafkan aku. Kuharap aku bisa mengatakan sebaliknya, tapi aku merasakan kematian Hoseok." Taehyung menatap ke kejauhan. Jungkook merasa bersalah karena meremukkan harapan Taehyung. Dia hampir tergoda untuk menyampaikan keraguannya sendiri bahwa kematian Hoseok menimbulkan sensasi yang lain, seolah jiwa Hoseok telah menemukan jalan sendiri ke Dunia Bawah, menumpang kendaraan yang terbuat dari gigi roda, tuas, dan piston bertenaga uap. Walau begitu, Jungkook yakin Hoseok Jung sudah meninggal. Dan kematian tidak bisa diganggu gugat. Tidak adil memberi Taehyung harapan palsu. Di kejauhan, orang-orang Romawi mengambili perlengkapan mereka dan menyandangnya ke atas bukit. Di sisi lain, menurut yang Jungkook dengar, searmada SUV hitam sudah menunggu untuk mengantar legiun melintas negeri, untuk pulang ke California. Jungkook menduga perjalanan itu bakal menarik. Dia membayangkan seluruh anggota Legiun XII di restoran drive-through Burger King. Dia membayangkan monster sial yang kebetulan meneror seorang demigod di Kansas, tapi ujung-ujungnya mendapati bahwa dirinya dikepung oleh beberapa lusin mobil yang dipenuhi orang Romawi bersenjata lengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventures of the Demigods Season 2 #5 Last (Bangvelt)
AventuraApi Yunani berkobar ... membakar sebagian besar monster. Tanah menggemuruh. Semua gelembung membrane berlendir meletus, mengepulkan debu. Setetes jatuh dari dagu Jimin ... mendarat di tanah ... mendesis seperti seperti air di wajan. Darah Olympus...