BAB 39

139 33 0
                                    

JENNIE POV

Tiada waktu untuk menikmati kemenangannya atas Orion. Mulut Blackjack berbusa. Tungkainya kejang-kejang. Darah menetes dari luka tusuk panah di sisi tubuhnya. Jennie mengaduk-aduk kantong bekal pemberian Phoebe. Ditotol-totolnya luka Blackjack dengan ramuan penyembuh. Dituangkannya jamu unicorn ke bilah pisau lipat peraknya. "Kumohon, kumohon," Jennie berkomat-kamit sendiri. Sesungguhnya Jennie tidak tahu sedang melakukan apa, tapi dia membersihkan luka sebisanya dan mencengkeram buluh panah. Jika panah itu memiliki ujung bergerigi, mencabutnya mungkin saja malah semakin melukai Blackjack. Tapi, jika panah tersebut beracun, Jennie tidak bisa membiarkannya begitu saja. Dia juga tidak bisa menembuskan panah sampai keluar, sebab panah itu menancap ke tengah badan Blackjack. Jennie harus memilih yang terbaik di antara sekian opsi buruk. "Tahan sebentar ya, Teman. Rasanya bakalan sakit," kata Jennie kepada Blackjack.

Sang pegasus mendengus, seolah hendak mengatakan Coba sampaikan sesuatu yang belum kutahu. Dengan pisaunya, Jennie menyayat sisi kiri-kanan luka. Dicabutnya panah. Blackjack memekik, tapi panah tersebut keluar dengan mulus. Ujungnya tidak bergerigi. Panah tersebut mungkin beracun, tapi tiada cara untuk memastikannya. Selesaikan saja masalah satu demi satu. Jennie menuangkan ramuan penyembuh lagi ke luka itu dan lantas memerbannya. Jennie membebat luka rapat-rapat sambil menghitung dalam hati. Rembesan darah sepertinya berkurang. Diteteskannya jamu unicorn ke mulut Blackjack. Jennie tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu. Denyut nadi kuda itu menjadi kian kuat dan kian stabil. Matanya tidak lagi menampakkan rasa nyeri. Pernapasannya menjadi tenang. Pada saat Jennie berdiri, dia gemetaran karena takut dan letih, tapi Blackjack masih hidup. "Kau akan baik-baik saja," Jennie berjanji. "Akan kucarikan pertolongan untukmu dari Perkemahan Blasteran." Blackjack mengeluarkan suara menggerutu. Jennie bersumpah kuda itu mencoba mengucapkan donat. Jennie pasti berhalusinasi. Dia terlambat menyadari bahwa langit sudah demikian terang. Athena Parthenos berkilau diterpa sinar mentari. Guido dan kuda-kuda bersayap yang lain menggaruki dek tak sabaran.

"Pertempuran ..." Jennie membalikkan badan ke pantai, tapi tidak melihat tanda-tanda pertarungan. Trireme Yunani terangguk-angguk malas di antara ombak pagi hari. Perbukitan tampak hijau dan damai. Sekejap Jennie bertanya-tanya apakah bangsa Romawi memutuskan untuk tidak menyerang. Barangkali Jinhwan akhirnya berpikir jernih. Barangkali Jungkook dan yang lain berhasil memenangi simpati legiun. Kemudian pendar jingga menerangi puncak perbukitan. Amunisi api berkelebatan ke langit bagaikan jarijari terbakar. Onager telah menembakkan misilnya yang pertama.

Adventures of the Demigods Season 2 #5 Last (Bangvelt)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang